29)Perasaan yang Sulit Diartikan.

819 35 0
                                    

•Jum'at, 5 April•
•Jeddah, pukul 07:00•

'Tok tok tok!'

"Assalamu'alaikum, Aira. Ini Ummi," seru Aisy dari depan kamar Aira.

"Wa'alaikumussalam, Mi. Masuk aja," jawab Aira yang sedang menggambar sesuatu di bukunya.

"Lagi apa?" tanya Aisy seraya menghampiri Aira.

Aira mendongak, menatap manik mata sang Ummi sambil tersenyum manis. "Aku gambar ini, buat Ummi." Aira pun memberikan bukunya pada sang Ummi.

Di buku tersebut, ada gambar seorang akhwat berniqab yang di atasnya tertulis 'Ummi'. Lalu di samping kirinya terdapat akhwat yang agak lebih pendek dan memakai khimar. Menggambar makhluk hidup itu memang haram, tapi itu jika benar-benar sempurna. Boleh menggambar makhluk hidup, asalkan detail wajahnya--terutama mata--jangan digambar.

Di pinggiran gambar tersebut terdapat tulisan Arab dan hiasan bunga mawar.

Aisy yang melihat apa yang digambar sang putri pun, menitikkan air matanya.
"Ummi juga sayang sama Aira." ujarnya setelah melihat tulisan yang tertera di sana, lalu memeluk Aira.

Aira pun membalas pelukan sang Ummi. "Ummi, janji ya sama Aira!"

"Janji untuk apa?" tanya Aisy seraya mengusap pelan puncak kepala Aira yang terbalut khimar berwarna abu-abu.

"Jangan tinggalin Aira, Mi. Janji!" ujar Aira mulai terisak.

"Aira ... setiap orang yang hidup di dunia ini pasti akan kembali kepadaNya, Nak. Cepat ataupun lambat, sekarang ataupun besok, dan sehat ataupun sakit. Jadi Ummi gak bisa janji," jawab Aisy.

"Tapi kalo Ummi pergi, nanti Aira sama siapa?"

"Ada Abi dan keluarga kita yang lainnya juga, 'kan?"

"Tapi, Mi ..."

"Sudahlah Aira, Allah telah menentukkan segalanya. Dulu, saat kita masih dalam bentuk ruh, kita membuat perjanjian dengan Allah,"

"Perjanjian apa?"

"Tentang kehidupan kita. Allah memberitahu kita tentang kita akan lahir dengan keadaan bagaimana, takdir kita seperti apa, kehidupan kita di dunia, juga tentang kita meninggal dunia itu seperti apa. Dan saat itu, kita telah menyetujuinya. Maka dari itu, jika sekarang kita telah mengalami hal-hal tersebut, kita harus menerimanya dengan sabar dan tabah, juga ikhlas,"

"Benarkah, Ummi?"

"Na'am. Jangan sampai dulu kita setuju, namun sekarang kita malah banyak mengeluh dan bersikap seolah menolak takdir. Mengerti?"

Aira mengangguk pelan, "Na'am, Ummi,"

"Kenapa Aira tiba-tiba suruh Ummi buat janji begitu?" tanya Aisy.

"Eum, nggak apa-apa sih. Aira cuma keinget aja, ada temen sekelas Aira yang baru aja kehilangan Umminya," jawab Aira.

"Innaalillahi, kapan?"

"Sekitar dua minggu yang lalu,"

"Ohh," Aisy mengambil jeda,
"Ya sudah, sekarang ayo kita berangkat ke pesantrenmu! Hari ini 'kan pengambilan rapor," ujar Aisy lalu melepaskan pelukannya.

"Na'am, Mi,"

Aisy dan Aira pun keluar kamar.

"MaasyaaAllah, dua bidadari Abi hari ini sangat cantik!" puji Ishaq ketika Aisy dan Aira menuruni anak tangga.

[SDRS2] HASNA | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang