33)Keadaan yang Telah Berubah.

717 28 0
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Hai anak Adam, Aku mencintaimu. Maka demi hak-Ku atasmu, cintailah Aku.”
|Hadist Qudsi|

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

•Senin, 15 April•

Wanita dengan usia sekitar 30 tahunan itu merangkul kedua putrinya sambil berjalan ke luar rumah. "Faridah, bawa motornya pelan-pelan, loh! Jangan ngebut!" katanya, ketika mereka sudah berada di teras rumah.

"Kalo pelan-pelan nanti gak nyampe-nyampe dong, Mi!" balas putri sulungnya.

"Iya, juga." Halimah terkekeh kecil.

Huwaida meraih tangan sang Ummi, lalu menyalimi punggung tangan tersebut. Setelah itu, Faridah juga melakukan hal yang sama.

"Kami berangkat dulu, ya?" pamit Faridah.

Halimah tersenyum. "Iya. Hati-hati, ya!"

Kedua putrinya ikut tersenyum. Karena mereka tahu, senyuman yang Ummi mereka ulumkan kali ini, bukanlah senyuman 'palsu' seperti saat-saat dulu.

Kali ini, Faridah dan Huwaida akan berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor. Karena Farhan memiliki jadwal kuliah pagi, di pesantren khusus untuk kuliah. Beberapa bulan lagi ia akan lulus, setelah cukup lama berstatus sebagai Mahasantri.

Setelah itu, mungkin sekitar dua atau tiga tahun kemudian, ia harus kembali ke Arab untuk mengurus pesantren milik Kakeknya. Yang berarti, keluarga kecilnya pun harus ikut juga bersamanya.

Setelah naik ke atas sepeda motor dan duduk di jok belakang, Huwaida melambaikan tangan kanannya ke arah Halimah. "Dah … Ummi!"

Sang Ummi juga melakukan hal yang sama. "Dah … Sayang!"

Banyak sekali perubahan yang terjadi, semenjak Huwaida mengatakan bahwa ia menyayangi Halimah. Halimah baru sadar, meskipun Arfan telah tiada, namun di sekelilingnya masih banyak orang-orang yang menyayanginya.

Ia jadi lebih hangat, mudah tersenyum, tidak canggung dan bahkan sering ikut bercanda dengan suami serta kedua putri kembar mereka.

Selain itu, panggilannya untuk Faridah dan Huwaida juga berubah. Jika biasanya hanya memanggil dengan nama saja, akhir-akhir ini ia lebih sering memanggil mereka dengan sebutan; Sayang. Tanda bahwa ia pun menyayangi mereka.

Setelahnya, Halimah kembali masuk ke dalam rumah. Mengunci pintu, lalu memasuki kamarnya.

Ia mengedarkan pandangannya ke ruangan bercat biru dongker-merah muda tersebut--itu kamarnya dan Farhan. Lalu pandangannya pun teralih ke arah sebuah foto yang dibingkai, yang berada di atas nakas samping tempat tidur.

Tangan kanannya meraih foto itu, lalu duduk di atas kasur. Ditatapnya satu per satu orang yang ada di sana. Kemudian, tangannya mengusap pelan foto tersebut.

Itu foto perpisahannya dengan sahabat-sahabatnya, setelah lulus. Di foto itu, mereka berfoto dengan Yusuf--Kakak kelas--mereka juga. Karena foto itu diambil bukan di sekolah. Namun saat mereka sedang sengaja bertemu untuk berfoto bersama.

[SDRS2] HASNA | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang