40)Waktu yang Berlalu.

559 30 0
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Waktu terus berlalu, namun hubunganku denganmu masih sama seperti dulu.
Tak dapat dijelaskan melalui kata-kata, karena kita sama-sama telah dikuasai ego semata.”
•Huwaida Akleema Shezan Nafi'ah Abqariah•

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

•Setahun kemudian …
•Senin, 13 Juli•
•Huwaida's POV•

Tak terasa, kurun waktu setahun telah kulewati. Yang sejak saat itupula, kehidupanku seolah berubah sedemikian rupa. Mulai dari sisi kekeluargaan, persahabatan, juga tentang dia.

Tak henti-hentinya kuucapkan syukur padaNya, karena telah mempererat hubungan keluargaku. Ummi sudah bisa mengikhlaskan Paman Arfan dan benar-benar menerima Abi.

Dan sepertinya, phobia yang sempat diidapnya sudah mulai sembuh. Namun, ada satu hal yang terkadang membuatku merasa sedih. Tidak, ini bukan tentang Arkan. Melainkan, tentang keluarga Ummi.

Illahi, sampai kapan Ummi harus menghadapi segala rasa sakit ini? Illahi, kapan Ummi bisa menerima hak-nya sebagai seorang putri? Illahi Rabbi, mengapa Kau memberi Ummi ujian yang bertubi-tubi?

Maaf telah lancang bertanya seperti ini. Karena sekali lagi, adakah seorang anak yang mampu tersenyum ketika sang Ummi kerap menangis di kala sepi?

"Wa?" Aku menoleh ke arah pintu kamar.

"Eh, Ummi!" Senyumanku ikut merekah tatkala melihat wajah berserinya.

Ummi menghampiriku. "Kamu ini, udah kelas 9 juga. Jangan lama-lama, Faridah udah nungguin tuh!"

Aku terkekeh. "Iya-iya, sebentar. Kak Faridah-nya aja yang terlalu semangat ke sekolah. Mentang-mentang udah jadi kakak kelas,"

"Oh iya, Wa, jangan lupa beli badge yang kelas 9 ya! Nanti kalo upacara pasti diperiksa, loh, kelengkapannya." Ummi menyerahkan beberapa lembar uang padaku.

"Iya, Mi. Lagian juga ini 'kan Senin pertama setelah liburan panjang, pasti belum upacara, cuma ape'l doang." Aku menaruh uang tadi ke dalam tas.

"Berarti nanti pulangnya cepet dong? Kalo iya, langsung pulang loh!" Kami berjalan ke teras rumah.

"Mungkin, iya. Pastinya, Mi." Aku duduk di sebelah Kak Faridah yang sedang memakai sepatunya, lalu melakukan hal serupa.

Setelah kami selesai, kami bergantian menyalimi punggung tangan Ummi. Menaiki motor dan bersiap untuk berangkat menuju sekolah. Kami mengucapkan salam yang lalu dijawab oleh Ummi dan langsung berangkat ke sekolah.

•SMPN 24 Bekasi, pukul 06:53•

Terdengar helaan napas dari seorang perempuan yang berjalan beriringan denganku. "Alhamdulillah. Untung gak telat!" katanya.

"Nggak, kok. 'Kan gerbangnya baru bakal ditutup jam tujuh lewat lima menit nanti." Aku dan Kak Faridah menaiki anak tangga, karena kelas kami berada di lantai atas.

"Ya tapi tetep aja. Ini udah hampir jam tujuh, loh."

Di kelas 9 ini, kami berada di kelas dan satu kelas dengan teman sekelas kami saat kelas 7 lagi. Hanya ruangannya saja yang pindah. Jika sebelumnya ruang kelas 7E berada tepat di sebelah kantin koperasi, maka sekarang ruang kelas 9E berada tepat di atas kantin itu.

[SDRS2] HASNA | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang