15)Permintaan Maaf.

1K 46 0
                                    

•Jeddah, Selasa, 07:00•

Pagi ini, Yussof berniat untuk meminta maaf pada Aira, lagi. Sudah berkali-kali sejak ia datang pada Hari Kamis lalu, dan sampai saat ini Aira masih belum mau menemuinya.

Hal tersebut pun mampu membuat Yussof terganggu. Yussof sangat khawatir, takut, gelisah, dan sedih atas apa yang Aira lakukan padanya. Yussof tahu, ia salah, bahkan sangat salah. Karena itu, ia tak akan putus asa untuk menemui dan meminta maaf pada Aira.

•Kamar Yussof•

Yussof telah rapi dengan baju koko khas Arabnya, yang berwarna biru donker serta peci hitamnya.

Saat ini ia sedang berada di depan jendela kamarnya, menatap matahari yang bersinar dengan terangnya di pagi hari yang cerah ini.

Kamarnya berada tepat di samping kanan kamar Aira.

Yussof melihat ke kiri, ke jendela kamar Aira.

"Assalamu'alaikum, Aira," seru Yussof masih di depan jendela kamarnya dan juga masih menatap jendela kamar Aira.

Tak ada jawaban.

"Aku tau aku salah, sangat salah. Aku telah menyakiti hatimu, aku telah menambah luka yang ada pada hatimu, aku telah memperparah luka yang ada di hatimu ..." ujarnya, lalu menarik nafas, perlahan.

"Kau berhak sedih, kau berhak marah, kaupun berhak untuk membenciku. Namun, sungguh aku tak berniat begitu. Kupikir, jika aku menerima perjodohan kita dan saling memiliki namun tidak dengan hati kita, maka kau pasti akan sakit hati. Namun nyatanya, apa yang kuanggap benar ternyata salah, apa yang kuanggap baik ternyata buruk. Kukira kau akan lebih bahagia, namun ternyata kau malah menderita. Asif, Aira!" lanjut Yussof panjang lebar.

Aira masih tidak menjawab.

Yussof pun melanjutkan ucapannya. "Aira ... kumohon," pinta Yussof, lembut.

Jendela kamar Aira pun terbuka, memperlihatkan seorang gadis bergamis dan khimar berwarna merah muda, tangan gadis itu terpasang handsock berwarna hitam, itu Aira. Aira hanya memandang keluar jendela tanpa berniat menatap Yussof sedikitpun.

Yussof pun menatap Aira, saat ini keadaan Aira sangat menyesakkan hati Yussof. Mata sembab, sorot mata layu, aura kesedihan mendalam, bibir dan wajah pucat.

"Aira ..." panggil Yussof.

Aira tak menjawab, malah menundukkan pandangan.

Setetes air mata pun jatuh tepat di pipi kanan Aira.

Yussof yang melihatnya pun terkejut dan panik. "Aira..!"

Yussof pun memalingkan wajahnya, yang tadi menatap Aira, sekarang menatap pemandangan di luar jendela, lalu berkata. "Jangan menangis karena ikhwan sepertiku, Aira. Air matamu terlalu berharga dibandingkan dengan aku yang hina ini,"

Aira masih diam, dan malah mulai terisak.

"Entah mengapa, melihat air matamu mengalir, membuat hatiku seperti sedang diiris oleh ribuan pedang. Sakit, pedih, sesak, semua jadi satu. Lalu, aku harus bagaimana? Aku sendiri bingung akan perasaanku. Aku sendiri tak tau akan isi hatiku," ujar Yussof.

"Apa kau tak mau memaafkanku?" tanyanya lalu kembali menatap Aira.

"Memaafkanmu ataupun tidak, tetap tak akan merubah segalanya. Karena kau tetap akan memilihnya. Karena hatimu hanya akan tetap kau berikan untuknya ..." ujar Aira membuka suara.

"Kau baik--"
"--Aku baik-baik saja," belum sempat Yussof menyeselaikan ucapannya, sudah dipotong oleh Aira.

"Dengan keadaanmu yang seperti ini, kau bilang kau baik-baik saja?!" ujar Yussof kesal, karena Aira selalu saja berpura-pura baik-baik saja.

[SDRS2] HASNA | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang