POI 1 - Demi Negara

995 74 28
                                    

Dahulu kala... Sejarah yang bisa disebut nyata dan tidak nyata untuk bangsa indonesia... Sebuah sejarah yang terbilang asli namun berbeda. Kekuatan... Itu adalah suatu hal yang dapat dibeli menggunakan uang dan juga berperang demi memperjuangkan negara sendiri agar meraih kemerdekaan.

Dewa mengatakan bahwa ia menciptakan dunia Manusia yang sama persis seperti dunia Manusia yang ada di dunia asli... Sesuatu yang membedakan-nya hanyalah sihir dan juga sejarah yang berbeda-beda, tidak semua yang ada di dunia asli itu selalu ada di dalam dunia Manusia yang dipenuhi sihir.

Yahhh... Apa yang harus dikisahkan lagi tentang bangsa Manusia yang hidup-nya tidak jauh lagi dari Manusia yang ada di dunia asli itu? Intinya mereka semua mencoba untuk bertahan hidup sampai takdir kematian menyelimuti mereka dan sudah tidak ditanyakan lagi bahwa semua negara sudah pasti ada di dunia sihir Manusia itu.

Semua negara memiliki kemampuan mereka tersendiri, tetapi kisah ini hanya menceritakan tentang satu Manusia yang berasal dari dunia nyata, seorang rakyat Indonesia yang berasal dari jaman penjajahan belanda yang memperjuangkan negara-nya sendiri untuk bisa meraih kedamaian demi negara-nya sendiri.

Kisah yang akan diceritakan dan kisah yang tidak akan selalu ada di sejarah... Manusia itu adalah teman dekat dari seorang Presiden pertama Indonesia yang sangat hebat. Presiden mengakui manusia itu sebagai rakyat Manusia yang benar-benar membawa nama kebanggaan bagi Indonesia sampai ia rela berjuang agar Indonesia bisa berjaya dan menjadi negara yang maju.

***

"Andai saja kau tahu, Raden Aditya... Aku hanya bisa berharap dan berdoa bahwa di masa depan bangsa Indonesia bisa maju dan rakyat-nya hidup dengan damai tanpa harus merasakan apa arti dari perkelahian terhadap sesama saudara." Presiden itu mulai berbicara sambil menepuk bahu teman-nya yang bernama [Aditya Loka].

"Bung..." Aditya mulai menatap teman-nya dengan ekspresi yang terlihat kaget.

"Perjuangan-ku lebih mudah karena mengusir para penjajah, perjuangan-mu akan lebih sulit karena melawan bangsa-mu sendiri... Ingatlah itu, Aditya Loka... Kau harus bisa membawa Indonesia ke puncak dimana bangsa kita masih bisa merasakan apa arti dari saudara dan bangsa yang sama." Apa yang baru saja Presiden itu katakan membuat Aditya merasa terinspirasi sampai ia mulai mengangkat tangan kanan-nya untuk hormat kepada sang Presiden.

"Aku akan berjuang, bung... Aku akan meraih kemerdekaan itu demi negara yang aku sangat cintai!!!" Kata Aditya yang mulai menepuk dada-nya sendiri, kata-kata itu mampu membuat Aditya merasa bersemangat dan dipenuhi motivasi untuk melawan semua penjajah yang mencoba menjajah Indonesia.

Indonesia saat ini sedang dijajah oleh Belanda dan semua rakyat Indonesia sudah berjuang sekuat mungkin untuk bisa menyingkirkan semua Belanda itu demi meraih kemerdekaan untuk negara mereka sendiri, tidak ada peperangan yang berakhir bahagia karena darah menguasai wilayah itu ditambah lagi dengan mayat-mayat.

Aditya memotivasi dirinya sendiri untuk bisa maju melawan semua penjajah itu dengan hanya menggunakan sebuah bambu runcing, ia mencoba untuk mengambil senapan yang dimiliki oleh Belanda tetapi tidak bisa karena jumlah musuh sangat banyak hingga pasukan-nya terus berkurang karena terkena tembakan peluru.

Andai saja Aditya membawa pasukan yang memiliki persenjataan belanda... Dia sudah pasti bisa menerobos masuk ke dalam salah satu markas Belanda untuk mengambil senjata-nya, semuanya sudah terlambat karena para penjajah itu menyerang dengan menyergap mereka yang sedang istirahat.

"Hah... hah... hah..." Nafas yang terasa berat dan tubuh yang terasa lemas, Aditya mulai menutup luka tembakan di bagian bahu kanan-nya sambil mencoba berlindung dari semua peluru yang melesat menuju arah-nya sendiri.

"Maafkan aku... bung... Sepertinya sudah saat-nya aku mati sebagai pahlawan, jumlah mereka sangatlah banyak dan pasukan-ku terus berkurang..." Ungkap Aditya sambil menatap seluruh pasukan yang tertembak sampai mati, seiring-nya waktu berjalan... Hanya Aditya yang masih bertahan karena dia terus mencari tempat persembunyian yang baik.

Semua penjajah itu tidak menyerah, mereka terus mencari Aditya sampai ketemu bahkan mereka rela untuk menghabiskan peluru senapan mereka demi membunuh pasukan Indonesia yang bisa disebut hebat yaitu Aditya. Aditya menghela nafas panjang dan ia memejamkan kedua matanya, ia merasa kecewa terhadap dirinya sendiri.

Dia sudah tidak bisa lagi memperjuangkan negara-nya untuk meraih kemerdekaan, ia terus kekurangan darah sampai tubuh-nya benar-benar lemas dan kedua kakinya terus gemetar tanpa henti. Aditya menggenggam erat bambu runcing-nya lalu ia melebarkan matanya.

"Indonesia...!!! Tanah air-ku!!!" Seru Aditya keras, ia bergerak maju ke arah mereka semua yang terkejut ketika melihat tindakan Aditya yang sangat gegabah, dia terus bergerak maju dan berhasil menghindari beberapa peluru.

Tidak lama kemudian beberapa peluru mulai mengenai tubuh-nya, dengan tenaga terakhirnya Aditya melempar bambu runcing itu ke depan sampai mengenai kepala seorang penjajah, ia terjatuh di atas tanah dengan tubuh berlumuran darah. Matanya masih terbuka karena dia masih hidup tetapi berada di kondisi yang sekarat.

"Bung... Aku... memang... tidak bisa... berjuang... demi keme---" Sebelum Aditya menyelesaikan perkataan, seorang penjajah membidik kepala-nya lalu menarik pelatuk-nya sampai kepala Aditya hancur dan dirinya sudah diselimuti dengan takdir kematian.

Dengan kematian Aditya, bangsa Indonesia masih terus berjuang hingga bisa mendapatkan sesuatu yang merasa pantas dapat... Ya, itu adalah kemerdekaan, dengan Indonesia yang sudah bisa merasakan kemerdekaan, Aditya Loka dikenang sebagai pahlawan yang sangat berani.

 Di dunia nyata Indonesia merdeka pada saat 17 Agustus tahun 1945, tetapi... Kisah ini tidak menceritakan tentang dunia nyata melainkan sebuah dunia fantasi dimana Aditya tiba-tiba terbangun dengan sambutan peluru yang meluncur kemana-mana. Satu-satunya ingatan yang dia ingat adalah kematian dirinya ketika melawan semua penjajah tadi.

"A-Apa yang terjadi...?!" Aditya secara refleks menunduk ketika mendengar suara peluru yang meluncur ke arah kepala-nya, dia baru saja bangun di sebuah medan perang dimana penjajah Belanda masih saja menyerang sedangkan pasukan Indonesia menahan mereka menggunakan bambu runcing saja.

Aditya melompat dan berguling ke depan lalu ia sembunyi di balik pohon yang sangat besar, dia mengintip pasukan Indonesia sebentar dan melihat mereka yang mampu mementalkan peluru itu menggunakan tombak yang mereka pegang. Sesuatu yang aneh bisa dilihat oleh Aditya dan itu adalah beberapa garis di bambu runcing yang mereka pegang serta kedua lengan mereka juga memiliki garis yang sama.

"Apakah aku bermimpi...?" Tanya Aditya kepada dirinya sendiri sambil menatap tombak yang ia pegang, tiba-tiba ia melakukan sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan dengan mudah yaitu memunculkan garis-garis biru di tombak tersebut.

Kedua telinga Aditya seolah-olah mendengar suara bisikan dari seseorang yang berbicara kepada dirinya sendiri bahwa ia telah bangkit dan diberikan kesempatan kedua untuk hidup, Aditya mencoba untuk berbicara dengan suara itu tetapi tidak bisa karena orang itu hanya mengatakan-nya satu kali.

Apa yang Aditya rasakan dan lihat adalah sihir yang berasal dari sumber Mana, dia baru saja diberi kesempatan kedua untuk hidup di sebuah dunia yang sama... Tetapi yang membedakan-nya hanyalah dunia itu sekarang dipenuhi dengan sihir bahkan makhluk hidup lainnya yang baru dan aneh seperti Iblis dan Malaikat.

Aditya tidak bisa mengerti dengan apa yang dia bicarakan hingga orang yang berbicara dengan-nya mulai menampakkan dirinya di depan Aditya sampai dirinya sendiri terkejut, seseorang yang berdiri di depan Aditya adalah seorang gadis yang sedang menyentuh kening-nya dengan jari telunjuk-nya.

"Gunakan kesempatan kedua-mu ini untuk memperjuangkan sesuatu yang kau mau, untuk mengubah Indonesia menjadi negara yang sangat maju. Dengan ini aku akan memberkati dirimu pengetahuan tentang dunia ini agar kau bisa mengerti..." Kata gadis itu hingga kepala Aditya mulai bersinar dan gadis itu langsung menipis lalu menghilang.

"Mana...? Apakah aku...? Diberi kesempatan kedua untuk melawan penjajah itu lagi...? Dengan ini aku bisa membuat teman-ku bangga, aku harus memperjuangkan kemerdekaan negara ini dan membuat negara ini menjadi negara yang maju...!!!" Seru Aditya hingga kedua lengan-nya dipenuhi dengan garis biru.

"Bersiaplah, para penjajah...!!!" Aditya melempar tombak-nya ke depan.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang