Antoni mulai kewalahan dengan serangan peluru dan panah yang terus meluncur ke arah diri-nya, ia juga harus berjaga-jaga dengan serangan Ajax karena panah-nya itu dapat meledak dan ledakan itu tidak dapat ia tahan karena ia sendiri tidak memiliki kemampuan Mana yang sama seperti Satria, kemampuan Mana-nya lebih menonjol terhadap kekuatan dan kecepatan.
"K-Kalian... benar-benar meremehkan seorang pelayan." Kata Antoni sehingga kedua penglihatan-nya mulai buram untuk sesaat, ia maju menuju candi itu dan membunuh mereka yang mencoba untuk menghalangi jalan-nya itu. Antoni bisa merasakan kesakitan dan rasa sakit itu terus ia tahan karena dia adalah seorang pria dan ia harus menunjukkan harga diri-nya sebagai rakyat Indonesia yang mencoba untuk menghukum kejahatan.
Antoni mengayunkan kedua tongkat-nya beberapa kali dan mereka semua yang terkena serangan itu langsung terbunuh begitu saja, serangan tongkat Antoni itu sangat kuat tetapi tongkat itu tidak dapat melindungi diri-nya dari serangan tipis dan jarak jauh. Menahan peluru saja mampu membuat diri-nya kewalahan karena tubuh-nya sudah beberapa kali tertembak dengan senapan otomatis.
"Sialan kalian...!!!" Antoni menggenggam erat kedua tongkat-nya lalu ia menghantam daratan untuk menciptakan beberapa celah agar ia bisa menghampiri candi itu lebih cepat, hantaman tongkat itu mampu membuat daratan letak sehingga membuat jurang yang mampu menjatuhkan beberapa preman yang mengepung diri-nya itu.
Tubuh Antoni alirkan Mana karena ia bisa melihat Ajax yang masih menahan panah-nya, ia melepaskan satu panah dan Antoni melompat ke sebelah kanan untuk menghindari-nya sehingga panah itu terbang kembali lalu menusuk perut bagian kanan-nya, "A-Ack...!" Panah itu langsung meledak dan mendorong mundur Antoni ke belakang.
Ia masih bertahan tetapi Mana-nya terkuras karena ia mengalirkan seluruh tubuh-nya dengan Mana agar bisa menahan semua serangan ledakan dan peluru itu, darah mengalir deras melalui mulut-nya dan tubuhnya dipenuhi dengan luka-luka kecil yang ditimbulkan ledakan tadi. Seorang pria yang memegang tongkat batu melompat ke arah Antoni dan menghantam tubuh-nya sampai ia terlempar cukup jauh dari candi itu.
"Burrgghh..." Antoni memuntahkan lebih banyak darah lagi, Ajax tersenyum senang ketika melihat kedatangan anggota-nya yang ia anggap sangat hebat bahkan lebih hebat dari Marco sendiri. Ia dapat menciptakan benda apapun dengan menggunakan batu dan Antoni merasakan kesakitan besar ketika ia menerima serangan dari tongkat batu tersebut.
Ia tidak menyangka bahwa masih terdapat preman bertopeng kuat seperti-nya yang dapat menciptakan sebuah benda menggunakan batu. Antoni memaksakan tubuh-nya untuk bangkit dan Satria bisa melihat-nya yang terluka cukup parah, ia ingin sekali membantu-nya tetapi kedua kakinya masih terasa lemas, "Antoni...! Lebih baik kau pergi sekarang juga! Biarkan aku melawan mereka!"
"Kau diam saja di sini, wahai pemuda! Biarkan pelayan seperti-ku mengurus semua preman ini... sudah tugas-ku untuk menjadi keamanan bagi negara ini juga!" Antoni memegang erat kedua tongkat-nya lalu ia menatap ke depan, "Aku tidak akan membiarkan mereka berkeliaran di kota ini, sudah cukup... lebih baik kota ini merasakan kedamaian dan dipenuhi dengan turis yang ingin melihat keindahan dari seluruh wisata yang ada di Yogyakarta."
Antoni menatap Satria lalu ia mulai berpikir untuk menciptakan sebuah jalan agar ia bisa melarikan diri dan melapor soal geng bertopeng ini, jumlah dari anggota mereka sudah berkurang sangat drastis dan sudah saatnya mereka mengakhiri kejahatan preman bertopeng Kelana dan Bapang ini. Ia maju ke depan dan menerima beberapa serangan peluru yang menembus tubuhnya.
"Sungguh pria tua yang bodoh... babu seperti-mu seharusnya beristirahat di dalam kuburan saja!!!" Pria yang memiliki kemampuan Mana tipe sihir batu itu datang menghampiri Antoni tetapi Antoni berhasil melewati diri-nya sehingga pria itu tercengang ketika melihat kecepatan-nya itu, "Kalian para preman tidak akan mengerti perjuangan seorang pejuang ketika mengusir para penjajah!!!" Kata Antoni yang mulai membunuh seluruh preman yang menghalang jalan keluar dari Mana Battlefield itu.
Tubuh Antoni terkena peluru beberapa kali sehingga darah-nya terus berkurang bersama dengan Mana-nya, ia melempar tongkat yang ia pegang di tangan kiri-nya ke arah Satria dan ia bisa melihat Antoni yang menyuruh-nya untuk memegang tongkat tersebut. Satria mengangguk lalu ia memegang erat tongkat tersebut dan ia bisa merasakan tubuh-nya yang mulai dipenuhi dengan Mana.
"A-Apa ini...? A-Antoni...?"
"Aksi dan perbuatan kalian pantas dihukum...! Aku sebagai pengganti polisi dan penegak hukum itu akan menggantikan posisi mereka dengan menghukum kalian sendiri!!!" Antoni melempar tongkat-nya ke depan, membuat sebuah jalan untuk Satria agar ia bisa melarikan diri tetapi beberapa peluru dan panah mulai menembus tubuh-nya sehingga mengeluarkan banyak sekali darah, "Grrrgghhh...!!!"
"SEKARANG, SATRIA...!!! KESEMPATAN-MU UNTUK LARI...!!!" Seru Satria keras dan ia mulai memegang erat tongkat tersebut lalu ia mengalirkan kedua kaki-nya dengan Mana, ia pergi menghampiri jalan yang baru saja dibuat oleh Antoni dan ia mencoba untuk mengajak-nya tetapi Antoni menolak-nya karena ia harus menahan mereka semua, "Pergilah... beritahu mereka..."
Satria melihat beberapa peluru yang melesat menuju arah-nya tetapi Antoni mendorong-nya mundur sehingga peluru itu mengenai punggung-nya dan menghancurkan jantung-nya, Satria tercengang ketika melihat itu karena ia melihat Antoni berlutut sambil tersenyum tetapi kedua mata-nya tertutup, ia tidak bisa merasakan sumber Mana-nya lagi.
"Antoni...!!! Sial---" Satria mencoba untuk menyelamatkan-nya tetapi jumlah peluru dan panah yang melesat ke arah-nya cukup banyak sehingga ia harus mundur dan melaporkan situasi ini kepada Andrian secepat mungkin sebelum mereka melarikan diri dan mencari tempat persembunyian lain-nya.
***
Satria berhasil meninggalkan Mana Battlefield dan ia segera masuk ke dalam mobil lalu menyalakan mesin-nya, ia menginjak gas sekuat tenaga sehingga mobil itu melaju cepat. Diri-nya masih belum sepenuhnya pulih, jika ia ikut melawan mereka maka nyawa-nya juga akan ikut terancam... sama seperti Antoni yang menyelamatkan diri-nya.
"Kenapa dia melakukan hal ini kepadaku... seharusnya dia melarikan diri saja, padahal aku baik-baik saja sendiri!" Satria menunjukkan ekspresi yang kesal dan ia mulai memegang erat setir mobil dengan sangat erat, ia tidak tahu harus bilang apa kepada Andrian... pelayan hebat-nya terbunuh begitu saja karena mencoba untuk menyelamatkan diri-nya.
Beberapa menit kemudian, Satria tiba di Keraton Yogyakarta dengan selamat, ia keluar dari mobil-nya dan mencoba untuk melewati beberapa turis yang berada di luar Keraton itu. Tidak ada seseorang yang melihat-nya sehingga Satria terjatuh di atas tanah karena luka-nya masih belum pulih dan kedua kaki-nya terasa sangat lemas sekali, untungnya Wilhelm tidak sengaja melihat keluar jendela dan melihat Satria yang terjatuh di atas tanah.
"Satria...?!" Wilhelm tercengang ketika melihat Satria datang sendirian, ia dipenuhi dengan luka parah sampai darah-nya bisa terlihat di daratan.
Wilhelm segera pergi menghampiri Satria dan membantunya untuk berdiri, Satria menatap wajah Wilhelm dengan ekspresi yang mencoba untuk menutup rasa kesakitan ketika melihat seseorang yang rela mati demi dirinya bisa melarikan diri.
"Apa yang terjadi di sana...? Apakah kau diserang oleh mereka? Dimana Antoni sekarang?!" Tanya Wilhelm, ia mulai khawatir dengan Antoni yang tidak pulang bersamanya. Satria hanya diam lalu mata kirinya mulai berkaca-kaca sampai ia merapatkan giginya.
"Aku muak... Aku muak melihat seseorang mati di hadapanku... Kenapa mereka tidak berpikir bahwa nyawa mereka sendiri lebih berharga dariku...!" Air mata mengalir deras dari mata satunya, ia merasa bersalah karena terlalu lemah dan tidak bisa membantu Antoni yang tersiksa.
"Aku benar... Benar muak... Melihat teman yang baru saja aku kenal mengorbankan nyawa-nya demi melindungi-ku..."
"Satria..."
"Aku sangat muak..."
"...KAU DENGAR AKU!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pride of Indonesia
Fantasy~Original Story by LegendaNgawur~ ~Cerita ini Fiksi.. Tokoh, kelompok, tempat, hukum, dan nama yang digunakan dalam novel ini tidak ada hubungan dengan kehidupan sebenarnya~ ~Semua sejarah Indonesia masih sama dan tidak akan diubah juga para nama pa...