POI 28 - Sahabat

40 8 3
                                    

Wilhelm dan Satria berhasil keluar dari medan pertempuran itu dengan selamat tetapi Satria dipenuhi dengan luka, Wilhelm mencoba untuk membawa-nya ke dokter tetapi Satria menolak karena luka seperti ini tidak terlalu melukai-nya, "Luka seperti ini sudah terbiasa aku alami... lebih baik kita pulang saja sebelum melihat preman lain atau tentara militer Wahyudi. Masalah kita mulai bercabang sekarang..."

"Aku tidak menyangka akan terjadi seperti ini juga di Indonesia, preman yang memiliki kemampuan Mana berbeda dan kuat sehingga mereka semua menggunakan Mana Battlefield itu dengan cara yang salah. Indonesia sudah mulai menjadi medan pertarungan untuk pengguna Mana sama seperti di luar negara termasuk Amerika yang sudah banyak sekali pertarungan pengguna Mana bahkan terdapat juga permainan-nya." Kata Wilhelm, Satria langsung terkejut ketika mendengar itu.

Satria mulai berpikir bahwa Indonesia semakin maju akan semakin banyak pengguna Mana yang berkeliaran, mungkin saja seseorang yang masih sekolah memiliki-nya, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di masa depan nanti, "Perkembangan terkadang cukup menyakitkan jika dilihat dan diingat... aku benar-benar takut generasi baru apa yang akan dihadapi Indonesia..."

"Semoga saja baik... aku harap banyak orang yang dapat menggunakan Mana dengan tujuan yang baik seperti melindungi negara mereka masing-masing, bukan untuk saling membunuh." Kata Wilhelm, Satria mulai merasa sedikit tenang mendengar-nya sehingga ia mulai menyalakan rokok-nya lalu menghisap-nya, "Aku benar-benar harus berbicara dengan Aditya."

"Sepertinya urusan penting ya."

"Begitulah."

Mereka mulai mengalami perjalanan yang sangat aman sampai rumah, saat ini masalah mereka mulai bertambah karena geng yang memiliki kemampuan Mana. Era orde baru ini sudah cukup menyusahkan dan dipenuhi dengan beban bagi seorang rakyat Indonesia yang berasal dari era penjajahan, perubahan yang tidak dapat diprediksi dan juga dilihat begitu saja, semua perubahan itu mau tidak mau harus diterima.

Beberapa menit kemudian, mereka telah tiba di keraton Yogyakarta dan Andrian bisa melihat Satria yang dipenuhi dengan darah dan luka di tubuhnya, beberapa pelayan mencoba untuk membantunya tetapi Satria menolak karena ia tidak ingin merepotkan mereka semua, ia lebih memilih untuk menanggung semua rasa sakit itu sendiri, "Andrian... apakah kau punya perban? Sekali lagi, jangan biarkan mereka merepotkan diri mereka sendiri untuk mengurus-ku."

"Kau sendiri kenapa... kembali dengan luka dan darah itu?" Tanya Andrian sambil menunjukkan ekspresi yang terlihat serius, "Seperti biasanya... para preman pengguna Mana. Jadi, dimana perban itu?" Tanya Satria dan Andrian mulai menunjukkan jalan-nya sehingga berjalan pergi meninggalkan Andrian.

"Apa yang terjadi...?" Tanya Andrian kepada Wilhelm yang baru saja mengunci mobil-nya, "Langsung ke inti-nya saja, kami diserang oleh para preman yang memiliki pengguna Mana di dalam Mana Battlefield, sepertinya kota Yogyakarta ini dipenuhi dengan geng yang berdarah dingin ya."

Ketika mendengar itu dari Wilhelm, Andrian sudah mengetahuinya karena ia tinggal di Yogyakarta jadi ia sudah tau semua kejahatan yang ada di Yogyakarta, pengguna Mana di Yogyakarta juga bisa disebut banyak dan sebagian dari mereka menggunakan kekuatan mereka hanya untuk menculik, membunuh, dan mendapatkan uang. Geng yang dimaksud oleh Wilhelm ia sudah mengenal-nya sehingga ia langsung berbicara.

"Geng topeng Kelana dan geng topeng Bapang. Kedua geng itu memang sudah bermusuhan sejak Indonesia memasuki era orde baru... Mana muncul di dalam diri manusia setiap hari-nya untuk membantu mereka yang tidak memiliki Mana bisa bertahan hidup, teori yang aku ketahui tentang Mana adalah karena alam di sekitar kita yang kadang melepaskan Mana itu sehingga merasuki beberapa manusia yang tidak memiliki Mana." Kata Andrian, ia mendapatkan teori itu dari beberapa dokter dan profesor yang tinggal di negara lain.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang