POI 19 - Jenderal yang Sebenarnya

44 14 3
                                    

Henzie perlahan-lahan membuka kedua mata-nya dan ia sadar bahwa diri-nya sedang bersandar di atas bahu Daisy, ia mulai mengusap kedua mata-nya lalu sadar bahwa Aditya tiba-tiba hilang entah kemana, ketika melihat keluar jendela... bis itu melaju dengan kecepatan normal, kemungkinan besar Aditya tertinggal di Rest Area sebelum-nya tetapi ketika Henzie memikirkan-nya lagi, semua itu tidak mungkin terjadi.

"T-Tidak mungkin... Aditya..." Henzie menghampiri supir dengan langkah pelan karena ia tidak mau terjatuh, setelah ia tiba di belakang kursi supir tersebut... supir itu menatap Henzie dengan ekspresi yang terlihat panik karena kemungkinan besar dia pasti akan menanyakan seorang penumpang yang ditinggal dengan sengaja.

"Kenapa kau mengendarai bis ini...? Apakah kau tidak sadar bahwa kau baru saja meninggalkan satu penumpang...?" Tanya Henzie dengan ekspresi yang terlihat serius, supir itu mulai memikirkan sebuah alasan agar dia bisa percaya dengan apa yang dia katakan tetapi Henzie dapat membaca pikiran-nya... ia langsung melebarkan kedua mata-nya ketika seorang polisi menghampiri-nya dan menyuruh-nya untuk meninggalkan Aditya.

Itu artinya para tentara Jenderal Wahyudi telah datang, mungkin saja selama ini mereka mengikuti bis ini dan mencari waktu yang tempat untuk menyerang Aditya. Henzie mengepalkan kedua tinju-nya karena ia tidak bisa melakukan apapun, ia terlambat... menyalahkan supir itu juga tidak ada guna-nya.

Henzie berjalan kembali menuju kursi-nya sampai menunjukkan ekspresi yang terlihat khawatir, ia berharap bahwa Aditya akan selamat di Rest Area kota Semarang itu... terdapat dua hal yang ia khawatirkan saat ini, ia khawatir tentang Aditya yang terbunuh karena jumlah dari tentara itu dan ia takut diri-nya bersama Daisy tidak akan bertemu kembali di Yogyakarta, kesempatan yang sangat kecil untuk kembali bersatu.

"Sial... jika saja aku dapat mendeteksi keberadaan Mana Aditya maka aku tidak perlu khawatir tentang diri-nya..." Henzie duduk di sebelah Daisy yang masih tertidur lalu ia mulai memikirkan cara untuk bisa bertemu kembali dengan Aditya, "Sial... aku kehabisan rencana---" Henzie langsung mendapatkan sebuah ide ketika ia menatap buku Mana itu.

Henzie mengambil-nya lalu ia bisa merasakan sebuah Mana berbeda yang tertera di buku tersebut, seperti-nya Aditya membaca-nya dan tidak sengaja untuk melakukan praktek kepada buku ini... jika ia bisa memegang sebuah benda yang masih memiliki Mana Aditya maka Henzie memiliki kesempatan besar untuk mencari diri-nya.

"Baiklah... jangan menyerah..." Henzie mulai membuka buku itu dan mencari halaman tentang kemampuan Mana yang dapat mendeteksi Mana seseorang, "Apakah Nona akan panik dan kaget ketika Aditya tidak ada ya...?" Henzie mulai menatap Daisy dengan ekspresi khawatir.

***

"Selama ini aku tidak memiliki pilihan lain selain memburu-mu, Aditya... awal-nya aku hanyalah polisi yang ditugaskan untuk menjaga jalanan-nya tetapi fenomena aneh terjadi ketika tubuh-ku dipenuhi dengan garis biru yang melambangkan Mana itu..." David mulai berbicara dan Aditya dengan teliti membaca pikiran-nya untuk mencari tahu apakah dia berbohong atau tidak.

"Salah satu tentara yang dipimpin oleh Wahyudi melihat diri-ku yang memiliki garis biru itu, awal-nya dia sudah membidik kepala-ku dengan sebuah senapan tetapi ia malah membuat-ku pingsan sampai aku tiba di sebuah ruangan gelap... saling berhadapan dengan Wahyudi..." Aditya mulai terdiam ketika mendengar itu, kemungkinan besar Wahyudi sendiri menyamar sebagai Jenderal agar ia bisa mencari berbagai manusia yang memiliki kemampuan Mana hebat.

"Apa yang kau bicarakan bersama-nya? Apakah dia ingin melihat kemampuan Mana itu...?" Tanya Aditya.

"Itu benar... aku menunjukkan kemampuan Mana-ku dimana aku dapat melempar tongkat polisi lalu memutar-nya agar bisa menciptakan kerusakan yang cukup besar untuk tubuh Manusia tetapi jika tongkat itu berada jauh dari-ku maka aku tidak bisa menarik-nya kembali, itulah kekurangan-ku... kemampuan Mana lain-nya itu sama seperti tentara Indonesia." Jawab David.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang