POI 53 - Tidak ada Pengorbanan Besar

29 9 1
                                    

"Kita tidak akan bisa selamat!"

"Mundur! Mundur!"

Seluruh pasukan Indonesia mulai menjaga jarak, mencoba untuk melarikan diri karena jumlah pasukan Belanda yang terus bertambah banyak. Aditya terus menggunakan pistol itu untuk menembak mati beberapa Belanda yang ia lihat sampai peluru dari pistol itu habis, tujuan utamanya adalah bertahan dan memulihkan Satria yang terluka.

"Aagggghhh....!" Satria menjerit kesakitan.

"Tetaplah bersamaku, sobat..." Kata Aditya, ia berhasil membawa Satria ke tempat yang lebih yaitu pohon besar.

Untungnya pasukan Indonesia lain maju untuk menahan semua Belanda itu agar tidak mendekati desa dimana terdapat beberapa warga yang sedang berlindung dan ketakutan, pasukan Belanda itu tidak akan pernah menyerah sampai mereka berhasil membereskan seluruh warga Indonesia yang mereka lihat.

"Satria...!"

Aditya melihat sekeliling dan ia melihat beberapa pasukan Indonesia yang sedang berlindung karena pasukan Belanda itu memiliki senjata yang lebih mematikan dan canggih bahkan tempat perlindungan itu tidak akan bisa bertahan lama, mereka tidak memiliki pilihan lain selain melarikan diri dan mencari tempat yang lebih aman bersama seluruh warga yang tidak berdosa.

"Satria...!"

"Aditya... Dengar... Dengarkan aku... kau harus membawa seluruh pasukan... terutama penduduk desa ke tempat yang lebih aman... aku bukan lagi sesosok orang yang mencoba untuk mengajari dirimu lagi karena kau sudah... cukup siap..." Satria mengatakan itu karena ia tahu dirinya tidak akan bisa selamat, tidak lama lagi dirinya akan kehabisan darah karena tidak ada satupun orang yang mau membalut lukanya itu.

"Tidak... kita masih bisa bertahan, Satria! Ayolah!"

"Kau harus... kau harus mundur...!"

"Tidak, aku tidak akan mundur sampai kau selamat." Aditya mencoba sekuat mungkin untuk memulihkan luka Satria dengan menutup luka tembakan itu menggunakan daun-daun yang ia kumpulkan.

"Percuma saja, Raden Aditya! Jika... kau tidak mundur maka perjuangan yang kau akan lakukan akan berakhir, kau masih bisa lanjut...! Maneh teh bisa!!!" Seru Satria, melihat dirinya yang terus memaksa Aditya untuk mundur membuat dirinya tidak memiliki pilihan lain karena itu adalah pilihannya sendiri.

"Pergi...! Geuwat! Aku akan baik-baik saja, Raden..." 

"Ingatlah... tanah air ini... semua perjuangan... semua rencana yang kita rancang sejak itu... semua pelajaran dan latihan yang aku berikan padamu... jangan lupa..."

"Tidak ada pengorbanan yang besar... sekarang... kau pergi... kau perjuangkan negara ini... sampai jumpa... jaga dirimu baik-baik, Raden Aditya Loka!" Mendengar Satria mengatakan Raden membuat hati Aditya tersentuh, ini pertama kalinya ia bisa merasakan arti dari kesedihan sehingga Satria mulai meminta seluruh pasukan untuk mundur.

Beberapa orang mulai menarik Aditya mundur dan membawa dirinya pergi, Aditya masih tidak bisa menerima karena ia tidak ingin mundur sampai Satria pulih dan ingin ikut bersama dirinya tetapi semua itu terlambat.

"Kalian tidak bisa melakukan ini...! Dia masih bisa bertahan...!"

"Ini adalah perintah, Raden! Raden Satria mencoba untuk menahan semua musuh itu agar kita bisa melarikan diri!"

"Tidak! Tidak...!!!"

Satria melihat seluruh pasukan Indonesia mundur, melihatnya saja membuat dirinya tersenyum bangga bahwa Indonesia masih memiliki harapan untuk meraih kemerdekaan. Dengan cepat Satria mengangkat senapan itu lalu keluar dari belakang pohon itu untuk membunuh semua pasukan Belanda yang ia lihat, walaupun tidak memiliki kesempatan untuk menang.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang