POI 45 - Merebut Kembali

32 8 2
                                    

Ruangan tamu sekarang dipenuhi dengan keheningan karena Satria sudah memberitahu mereka semua bahwa Antoni terbunuh karena mengorbankan diri demi keselamatan diri-nya dan bahkan Satria meminta maaf beberapa kali kepada mereka semua, ia memberitahu mereka bahwa diri-nya yang seharusnya mati dan membiarkan Antoni pergi karena dia adalah pelayan pengguna Mana yang hebat.

Andrian hanya diam sambil menatap keluar jendela karena ia telah kehilangan pelayan terbaik-nya, dia dapat melakukan apapun dan dia juga yang sudah mengajarkan beberapa kemampuan Mana kepada diri-nya sendiri. Akan sangat menyedihkan jika ia memberitahu berita soal Antoni yang sudah mati kepada istri dan anak-anak, saat ini Andrian sudah tidak bisa memikirkan apapun kecuali reaksi mereka semua.

Wilhelm hanya diam sambil menatap Satria yang masih menangis karena menyesal kepada diri-nya sendiri, ia terus menyalahkan diri-nya sampai ruang tamu yang sebelum hening mulai dipenuhi dengan suara Satria yang terus menyalahkan diri-nya sendiri. Putri meninggalkan ruang tamu karena ia ingin menghubungi istri-nya dengan menyuruh beberapa pelayan, Aditya mengepalkan kedua tinju-nya sehingga Henzie dan Daisy melihat Aditya bangkit dari atas kursi-nya.

Aditya muak mendengar Satria yang terus menyalahkan diri-nya, ini bukan diri-nya yang dulu... seseorang yang mengorbankan nyawa demi seseorang itu pasti memiliki arti, Antoni yakin dia juga memiliki alasan kenapa dia membiarkan Satria pergi... dia masih memiliki banyak potensi dan pejuang Indonesia seperti diri-nya harus bisa bertahan sampai akhir.

Aditya memukul wajah Satria sampai ia terjatuh di atas tanah, semua orang yang berada di ruangan itu sontak kaget ketika melihat Aditya baru saja memukul-nya, "Aditya...!" Daisy mencoba untuk menghentikan-nya tetapi Aditya menunjuk diri-nya karena urusan Satria harus ia urus agar bisa mengembalikan diri-nya yang dulu.

"Hentikan, Aditya!" Andrian dan Wilhelm mencoba untuk menenangkan Aditya yang terlihat sangat kesal dan marah, "Ini bukan urusan kalian... diam..." Kata Aditya pelan karena ia masih bisa mengontrol amarah, alasan dia memukul Satria hanya untuk mengembalikan diri-nya dan membangunkan kembali jati diri yang sebenar-nya ketika seseorang mati di hadapan-nya maka kau harus bisa membalas dendam agar orang yang mengorbankan nyawa itu bisa hidup tenang di sana.

"Raden... maafkan aku..." Satria kembali sadar dan berhenti menyalahkan diri-nya, Aditya mengulurkan lengan kanan-nya untuk membantu Satria berdiri. Setelah itu Aditya mulai menepuk bahu kanan-nya beberapa kali, "Ingatlah... ingatlah apa yang kau selalu lakukan sejak itu, sejak penjajah menyerang. Kau membawa kemenangan, kau membalas dendam agar mereka bisa hidup tenang di atas sana!"

"Ada banyak cara untuk berani di dunia ini. Terkadang keberanian melibatkan dengan meletakkan hidup kau untuk sesuatu yang lebih besar dari diri-mu sendiri, atau untuk orang lain. Terkadang itu melibatkan dengan melepaskan semua yang kau pernah tahu, atau semua orang yang pernah kau cintai, demi sesuatu yang lebih besar..."

"...tapi terkadang tidak. Kadang-kadang itu tidak lebih dari menggertakkan gigi Anda melalui rasa sakit, dan pekerjaan setiap hari, berjalan lambat menuju kehidupan yang lebih baik. Itulah keberanian yang harus kita miliki sekarang." Kata Aditya yang mulai menatap mereka semua. Mereka yang tadi-nya terlihat diam saja kembali bersemangat, tujuan mereka tidak jauh sekarang... hanya perlu memberi hukuman untuk semua geng bertopeng itu maka kota Yogyakarta akan aman dari ancaman-ancaman tersebut.

"Terkadang ketika kau mengorbankan sesuatu yang berharga, kau tidak benar-benar kehilangan-nya. Kau hanya memberikannya kepada orang lain..." Aditya mulai menepuk dada-nya sendiri sehingga Satria mengangguk lalu ekspresi-nya dipenuhi dengan tekad dan semangat untuk memberi semua preman bertopeng itu hukuman, hukuman yang akan mereka berikan sudah setara dengan kejahatan yang selalu mereka lakukan.

Andrian mengangguk lalu memberitahu mereka semua bahwa pertarungan yang sebenarnya akan dimulai besok, ia juga sudah berbicara kepada Putri bahwa besok bala bantuan akan datang seperti para pelayan kuat lain-nya yang sama seperti Antoni dan juga polisi yang dikenal oleh Putri. Teman Putri sudah pasti bisa dipercayai karena Andrian sendiri bilang bahwa polisi itu sudah melakukan hukuman adil kepada seseorang yang berbuat kejahatan.

Satu hari ini mereka harus sepenuh-nya siap karena besok adalah hari yang tidak bisa diketahui dengan mudah... takdir terbelah menjadi dua maupun itu takdir kematian dan keselamatan, siapa yang tahu...? Mereka kembali melakukan aktivitas mereka dan Andrian menyarankan Aditya untuk tetap beristirahat karena jika ia terus melatih tubuh-nya maka Mana-nya akan tidak terkendali.

***

Satria melancarkan beberapa pukulan ke arah batu besar yang ada di hadapan-nya, mulai dari sekarang ia akan terus melatih kedua pukulan-nya. Ia tidak membutuhkan istirahat karena melakukan patroli bersama Antoni sejak itu sudah bisa disebut sebagai istirahat, ia berlatih cukup keras sehingga batu itu langsung hancur menjadi kepingan kecil. Wilhelm melihat Satria dari belakang sambil menikmati secangkir teh.

Satria mengeluarkan sebuah tongkat peninggalan Antoni, ia memberikan-nya kepada Wilhelm lalu ia menangkap-nya sehingga ia merasakan jumlah Mana besar di dalam tongkat tersebut. Kemungkinan besar Antoni memindahkan seluruh Mana-nya ke dalam tongkat itu sehingga serangan dari tongkat ini sangat fatal dan mematikan karena bisa menghancurkan organ tubuh secara langsung.

"Kenapa kau memberikan-nya kepadaku...? Bukannya Antoni memberikan ini kepada-mu? Apakah kau ingat apa yang baru saja Aditya katakan...? Terkadang ketika kau mengorbankan sesuatu yang berharga, kau tidak benar-benar kehilangan-nya. Kau hanya memberikannya kepada orang lain... Antoni memberikan tongkat itu kepada-mu agar kau bisa bertambah kuat." Wilhelm menghampiri Satria lalu ia memberikan tongkat itu kepada-nya, Satria mengambil-nya lalu ia menatap tongkat itu dengan ekspresi yang  terlihat serius.

"Lihat saja... Antoni, kau akan hidup tenang disana!" Satria memutarkan tongkat-nya lalu ia menancapkan-nya di atas tanah, "Walaupun kau seharusnya kakek-kakek tetapi kau adalah kakek-nya yang terlihat seperti seorang pemuda." Wilhelm tertawa.

"Woi, goblok!!!" Satria menunjukkan ekspresi yang kesal ketika Wilhelm memanggil-nya [Kakek], ia sebenarnya bersyukur dan senang karena pengguna Mana memiliki umur abadi dan fisik mereka tidak akan pernah berubah jadi fisik mereka akan terus terlihat seperti seorang pemuda.

"Syukurlah kau kembali, kau dengan mulut-mu itu." Wilhelm tertawa.

***

Andrian saat ini berada di dalam ruang kerja-nya sedang berbicara dengan istri dan anak-anak dari Antoni, ia sudah memberitahu segala-nya kepada mereka sehingga reaksi yang ia tidak harapkan adalah... mereka menangis tersedu-sedu karena sudah kehilangan seseorang yang sangat mereka cintai, sebagai ganti-nya Andrian akan memberi mereka jumlah uang yang banyak tetapi uang tidak dapat mengubah apapun jika orang itu sudah mati.

Beberapa menit kemudian, Andrian menghela nafas-nya karena mereka sudah pergi meninggalkan ruangan itu dengan tenang dan pemakaman-nya mungkin akan dilaksanakan dua hari dari sekarang, Andrian tentu-nya akan datang sehingga Putri melihat Andrian yang terlihat kesal dan lelah karena harus mengurus ini dan itu.

Andrian memegang kepala-nya sendiri sambil menulis sebuah laporan tetapi Putri menghentikan-nya dengan menyentuh tangan Andrian, "Andrian... berhenti dulu bekerja ya, istirahat lebih baik... besok kamu akan sibuk 'kan..." Putri mulai memeluk Andrian dari belakang sampai mengelus pipi-nya dengan pipinya lagi.

Andrian mulai merasa tenang dan damai ketika Putri melakukan itu kepada diri-nya, sudah lama sekali ia tidak merasakan perasaan ini karena terlalu sibuk dalam bekerja, "Sayang... berjanji-lah kepada diri-ku bahwa besok kamu tidak akan mati... kamu akan bertahan sampai kita bisa menikah dan memiliki keturunan ya."

"Tenang saja... aku berjanji, kemampuan Mana-ku yang memiliki tipe Summoner itu dapat membantu untuk mereka semua. Preman bertopeng seperti mereka pantas untuk dihukum karena akan merugikan kota ini, Aditya juga bilang bahwa ia nanti ingin mengunjungi beberapa kota untuk mencari kejahatan lain-nya... dia sekarang tidak peduli dengan tujuan utama-nya dulu yaitu menghentikan Wahyudi." Andrian memegang erat tangan Putri lalu ia memejamkan kedua mata-nya untuk menenangkan pikiran-nya.

"Semoga beruntung besok ya..." Putri memberi Andrian sebuah kecupan di pipi-nya.

"Terima kasih, sayang..."

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang