POI 41 - Persiapan

34 7 0
                                    

Aditya menggerakkan bambu runcing-nya dengan cepat, Andrian menyarankan diri-nya untuk menggunakan bambu runcing itu sebagai tongkat serangan, jika dia dapat melakukan-nya seperti seseorang yang mahir maka dia bisa saja menjadi seorang pengguna Mana bersenjata tongkat yang tidak terkalahkan. Proses latihan ini bahkan berbeda karena Andrian memberitahu diri-nya untuk melakukan tarian Yogyakarta yang dapat meningkatkan sebuah efek menguntungkan.

"Kau harus bisa tetap fokus, Aditya...!" Seru Andrian, ia masih bisa melihat beberapa gerakan kaku dan emosi yang keluar dari ekspresi-nya. Ia harus melakukan-nya dengan tenang tanpa menunjukkan ekspresi apapun agar tarian itu dapat menjawab isi hati-nya lalu memberi diri-nya efek yang dapat membantu-nya ketika bertarung.

"Tari Satrio Watang ya... disebut dengan tari prawiro watang adalah tarian Yogyakarta yang bercerita tentang kegagahan prajurit pada zaman dulu yang mahir dan lihai ketika memakai senjata atang atau tongkat, pantas juga ya bambu runcing itu dijadikan tongkat tetapi Aditya benar-benar membutuhkan bambu runcing yang sangat kuat." Wilhelm melihat Aditya yang mulai bergerak cepat sekarang, tubuh-nya dikelilingi dengan daun-daun.

Satrio memiliki arti prajurit atau ksatria sedangkan watang memiliki arti tongkat yang terbuat dari kayu. Penggunaan tongkat atau watang ini menjadi ciri khas dari tari satrio watang. Ketika dipertunjukkan, tarian ini akan dilakukan pria yang gagah dan biasanya akan dipentaskan dengan berkelompok atau tunggal.

"Tarian ini akan memberikan Aditya efek refleks dan kecepatan tinggi asalkan dia memegang sebuah senjata yang berbentuk dan terlihat seperti tongkat, aku yakin bambu runcing itu adalah mesin pembunuh yang dipegang oleh Aditya karena ia dapat menyerang dari dekat juga menyerang dari jarak yang jauh menggunakan kemampuan Mana-nya itu." Andrian menyilangkan kedua lengan-nya dan melihat Aditya bergerak cukup cepat, ia mengarahkan serangan-nya ke arah pohon besar di hadapan-nya dengan menusuk-nya dua kali lalu melompat tinggi ke atas dan melempar-nya.

Ketika bambu runcing yang ia lempar itu mengenai pohon, bambu runcing itu mulai meledak sehingga menyebabkan ledakan yang cukup besar. Andrian dan Wilhelm tercengang ketika melihat-nya karena ia sudah meningkat, ia benar-benar berubah menjadi seorang pejuang yang naik beberapa tingkatan ke atas.

"Sepertinya aku dapat mengendalikan tarian itu, Andrian! Wilhelm!" Aditya menghampiri mereka berdua lalu ia disambut dengan tepukan tangan mereka karena ia berkembang cukup cepat, apa yang mereka harapkan dari seorang pejuang negara... pengalaman yang dipenuhi dengan perang dan pertarungan, cocok untuk diri-nya.

Sekarang juga, mereka akan melanjutkan latihan-nya karena mereka memiliki tiga hari sebelum berwisata menuju candi prambanan dan menunggu ketika malam tiba. Satria dan Antoni seperti biasa-nya mengelilingi kota Yogyakarta untuk melihat-lihat karena ia harus memastikan preman bertopeng itu tidak melakukan tingkah lain-nya, mereka bertemu dengan preman-preman itu tetapi Satria dan Antoni membunuh mereka semua secara diam-diam.

Putri, Daisy, dan Henzie saat ini sedang menonton pertunjukan, menghabiskan waktu selama beberapa menit saja karena mereka semua harus mempersiapkan persiapan seperti tablet dan air yang dapat memulihkan luka. Henzie sendiri tidak memiliki kemampuan seperti itu, memasak juga bahkan tidak bisa karena ia lebih menonjol dalam pertarungan dan juga menjaga seseorang seperti Daisy.

Henzie membuka jendela lalu ia melompat keluar karena ia ingin berlatih dalam menggunakan busur-nya itu, tarian yang ia lihat tadi cukup menarik perhatian-nya... [Tarian Baksa Panah], Putri menjelaskan tarian itu kepada diri-nya bahwa tarian itu dapat meningkatkan efek atau atribut untuk seseorang yang dapat bertarung menggunakan busur, Henzie sendiri sangat mahir menggunakan busur.

Kemampuan Mana-nya yang tertera di dalam busur cukup membantu diri-nya untuk mendekat dan melarikan diri, panah yang dapat memindahkan diri-nya... contohnya seperti panah itu ia lepaskan dan menusuk pohon yang ada di hadapan-nya maka Henzie bisa pindah dan melakukan teleportasi dengan panah itu sehingga ia dapat melepaskan Mana lain-nya tetapi ia juga ingin menggunakan busur-nya untuk menyerang dan membuka kemampuan Mana yang baru.

Tari baksa panah adalah salah satu tarian tradisional masyarakat Kalimantan selatan yang melukiskan kegagahan dan kemahiran seorang Ksatria dalam menggunakan senjata panah di medan pertempuran, Dilukiskan pula cara dalam memanah serta ketepatan memanah suatu sasaran. Dalam pertunjukan-nya tarian ini diiringi oleh seperangkat gamelan dengan dasar gerak tari klasik dan beberapa gerak dasar wayang gung yang dikembangkan.

Henzie dapat mengingat pergerakan tarian itu, ia mulai melakukan tarian itu sehingga kedua lengan-nya terasa ringan karena dipenuhi dengan garis berwarna perak, ia menunjuk ke depan lalu ia menarik panah-nya dengan jaring itu lalu ia melepaskan panah itu sehingga ia tercengang ketika melihat peluru itu menembakkan banyak sekali panah.

"A-Apa...? H-Hebat sekali...!" Henzie seolah-olah seperti melepaskan panah yang membagi menjadi beberapa panah kecil, hampir seperti senapan otomatis yang menembakkan peluru secara berturut-turut. Henzie memegang erat busur-nya lalu ia sudah siap untuk membantu mereka semua dalam jarak yang jauh dan juga dekat.

***

Antoni dan Satria keluar dari mobil mereka untuk melihat candi prambanan, ia melihat banyak sekali turis yang datang dan menikmati pemandangan dari candi tersebut. Mereka berdua mulai mengelilingi tempat itu untuk mencari bukti lain-nya tentang markas dari geng bertopeng itu, dengan mengalirkan kedua Mata mereka menggunakan Mana maka mereka dapat melihat jejak apapun.

Antoni menepuk punggung Satria dengan tongkat, "Aww... sakit, woi!" Seru Satria dan Antoni mulai memberitahu Satria untuk tetap diam karena ia melihat banyak sekali jejak kaki yang bermunculan tidak lama, mereka bisa melihat jejak itu sudah ada beberapa menit yang lalu dan mereka sekarang hanya perlu mengikuti jejak kaki untuk memastikan sesuatu.

Satria mengerutkan dahi-nya karena ia melihat banyak sekali jejak kaki, kemungkinan besar Mana Battlefield telah digunakan, wilayah turis seperti ini... mana mungkin mereka akan menyerang semua turis itu di daerah yang terbuka seperti ini, Antoni mulai memasukkan tongkat-nya ke dalam tanah sehingga pendengar-nya mulai tajam sampai bisa mendengar suara yang berasal dari bawah tanah juga merasakan objek yang berbeda.

"Kita tidak salah lagi... kemampuan Mana Henzie dalam melihat sesuatu itu cukup hebat, prediksi-nya benar." Antoni mengajar Satria untuk mengikuti diri-nya karena ia menemukan sesuatu, Satria terlihat bingung ketika Antoni mengajak diri-nya jalan mengunjungi pepohonan dan juga semak-semak yang sangat lebah sehingga Antoni mengangkat tongkat-nya lalu menyentuh tanah.

Semua semak-semak lebat yang berada di wilayah itu mulai hancur dan Satria tercengang ketika melihat pintu bawah yang terlihat sangat kuno, "Apakah kita sudah sampai...?" Tanya Satira dengan ekspresi yang terlihat serius, Antoni mengangguk lalu ia mengetuk pintu bawah tanah itu sebanyak tiga kali, ketukan itu mampu menghancurkan kunci dari bawah tanah itu dan membuka pintu tersebut.

"Aku melihat banyak sekali debu dan candi kecil disini..." Satria masuk ke dalam bawah tanah itu dan melihat banyak sekali emas dan juga uang yang mereka curi, Antoni mengulurkan tongkat-nya ke bawah untuk membantu Satria keluar dari ruangan bawah tanah itu karena jika mereka berdua dengan gegabah-nya masuk ke dalam markas geng bertopeng maka itu sama seperti menghampiri maut.

Satria menutup kembali pintu itu lalu ia berdiri dan menunjukkan ekspresi yang terlihat serius karena sebentar lagi pertarungan terakhir mereka dalam melawan geng bertopeng yang merugikan itu di mulai beberapa hari lagi, ia menoleh kepada Antoni yang mengayunkan tongkat-nya ke arah, "Woi...!!!" Satria tidak sempat untuk menghindar karena ia terkejut ketika melihat serangan mendadak itu, tongkat Antoni mengenai seseorang yang berada di belakang Satria.

"Kau seharusnya bisa menjaga diri, Satria." Kata Antoni karena ia tadi melihat seorang preman bertopeng yang mencoba untuk memotong kepala-nya, Satria menghembuskan nafas-nya lega karena ia berpikir bahwa Antoni adalah seorang pengkhianat yang mencoba untuk membunuh-nya tetapi ia salah.

""Kyaaaaaaahhhhhhh!!!""

Terdengar suara teriak turis yang tidak jauh dari tempat itu, mereka bisa mendengar suara itu berasal dari candi prambanan, ketika mereka mencoba untuk melihat keadaan dengan turis yang teriak tadi... mereka terlambat karena langit-langit berubah menjadi biru muda, Satria mengepalkan kedua tinju-nya karena mereka baru saja masuk ke dalam Mana Battlefield.

"Satria!" Seru Antoni sehingga Satria mengangguk lalu ia memegang erat bahu-nya, Antoni mengalirkan kedua lengan-nya dengan Mana lalu ia melompat tinggi bersama Satria. Satria dan Antoni tercengang ketika melihat banyak sekali preman bertopeng yang sudah menunggu kedatangan mereka.

"S-Sial...!"

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang