Seluruh peluru yang melesat menuju arah diri-nya bisa dilihat dengan mudah oleh Aditya sampai ia sempat menghindari semua peluru itu karena penglihatan-nya melihat beberapa peluru yang melesat dengan sangat lambat, Aditya menggunakan bambu runcing-nya untuk menghancurkan semua peluru itu dan hasilnya berhasil.
Semua musuh itu tercengang ketika melihat tindakan gegabah Aditya yang berani maju sendirian dan melewati semua peluru itu, seorang musuh maju ke arah-nya dan mengarahkan sebuah pisau ke arah-nya. Aditya dengan mudah menghantam tangan musuh itu sampai menjatuhkan pisau-nya lalu ia menusuk jantung-nya dengan cepat.
Sebuah peluru mengenai pipi-nya hingga meninggalkan luka gores di pipinya, Aditya segera mengangkat tubuh musuh yang baru saja ia bunuh untuk menjadi sebuah perisai yang melindungi dirinya dari semua tembakan senapan itu. Musuh yang berada di barisan depan tidak ada pilihan lain selain maju dan menyerang Aditya menggunakan pisau.
Mereka yang mencoba untuk menyerang dari jarak dekat berakhir cukup tragis, Aditya cukup mahir dalam menggunakan bambu runcing itu sampai mereka mulai mundur beberapa langkah ke belakang. Semua musuh itu kehabisan amunisi jadi mereka segera mengisi kembali senapan mereka.
"... ...!" Aditya menarik bambu runcing-nya dari tubuh musuh-nya lalu ia melompat ke kanan dan berguling hingga ia bersandar di belakang sebuah pohon besar yang lainnya sambil mengusap pipi kanan-nya yang terasa cukup menyengat.
"Sepertinya aku benar-benar diberi kesempatan kedua untuk hidup dan memperjuangkan kemerdekaan demi negara-ku sendiri. Karena bantuan dari kedua mata-ku dan bambu runcing-ku yang sudah di alirkan dengan Mana... Aku dapat melawan mereka dengan mendekati mereka semua." Aditya mulai menatap bambu runcing-nya yang berlumuran dengan darah.
"Semakin banyak aku menggunakan Mana ini... tubuh-ku terasa lemas dan tenaga-ku seperti terkuras. Pikiran-ku seolah-olah memberitahu-ku bahwa Mana memiliki tingkatan masing-masing dan aku masih berada di tingkatan yang paling rendah yaitu satu..." Aditya mulai mengintip dari balik pohon itu dan melihat banyak sekali musuh yang membidik senapan mereka ke arah pohon dimana Aditya berada.
"Tidak semua Manusia disini memiliki Mana, dengan ini... Aku akan terus bertarung demi membuat tanah air tercinta-ku merdeka!" Aditya memanjat pohon besar itu, sesampai-nya ia berada di atas pohon tersebut... Ia melempar bambu runcing-nya ke arah musuh yang mencoba untuk mendekati pohon besar itu.
Bambu runcing itu mengenai kepala-nya sampai hancur, Aditya turun dari atas pohon itu dan ia melihat semua musuh di depan-nya sedang menembak ke atas karena merasakan keberadaan Aditya. Dengan ini Aditya diberi kesempatan untuk mengambil kembali bambu runcing-nya dan juga senapan yang dipegang oleh musuh tersebut.
"Musuh! Arah jam dua belas!!!" Seru musuh itu yang menyadari Aditya sedang berada di hadapan-nya.
"Sial...!" Beberapa peluru meluncur menuju arah dirinya, Aditya sempat untuk menahan semua peluru itu menggunakan bambu runcing-nya tetapi ia bisa melihat sebuah retakan di bambu yang ia pegang.
Dua peluru mulai mengenai pinggang dan bahu-nya hingga Aditya melebarkan matanya karena musuh-musuh itu sepertinya menggunakan strategi lain untuk mengalahkan Aditya, ia tidak akan bisa bertahan lama dengan hanya menggunakan bambu tersebut jadi ia mengangkat senapan musuh yang ia bunuh lalu membidik-nya ke arah mereka.
"Aku baru saja ingat...! Setiap senapan memiliki hentakan yang cukup besar, jika aku menggunakan-nya dengan satu tangan maka satu tembakan yang akan aku lakukan bisa saja meleset atau membuat diriku terjatuh...!" Ungkap Aditya hingga senapan yang ia pegang mulai diselimuti dengan garis biru dan ia segera menarik pelatuk-nya sampai senapan itu meluncurkan beberapa peluru ke arah musuh.
Entah itu keberuntungan atau apa tetapi Aditya berhasil membunuh beberapa musuh di depan-nya, sekarang Aditya mengerti ketika melihat garis biru itu... Mana, garis yang melambangkan aliran Mana. Aditya membidik semua musuh itu menggunakan senapan yang ia pegang satu tangan, karena dia sudah mengalirkan senapan itu menggunakan Mana jadi senapan itu tidak memberikan dirinya efek hentakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pride of Indonesia
Fantasy~Original Story by LegendaNgawur~ ~Cerita ini Fiksi.. Tokoh, kelompok, tempat, hukum, dan nama yang digunakan dalam novel ini tidak ada hubungan dengan kehidupan sebenarnya~ ~Semua sejarah Indonesia masih sama dan tidak akan diubah juga para nama pa...