Pagi yang cerah telah tiba, matahari yang baru saja terbit dari timur menyinari desa tersebut hingga sinar itu membangunkan Aditya dari tidur-nya, sinar itu masih belum cukup untuk membanguni-nya karena Manusia yang sudah kehabisan Mana akan tertidur dalam waktu yang cukup lama.
Aroma masakan Daisy membuat kedua mata Aditya terbuka lebar hingga ia perlahan-lahan bangkit dari atas ranjang-nya lalu ia meregangkan tubuh-nya hingga aroma masakan Daisy mulai terasa kuat sampai Aditya pergi menghampiri aroma itu dan ia tiba di dalam dapur.
Aditya melebarkan mata-nya ketika melihat meja makan di ruangan itu dipenuhi dengan makanan yang sudah siap untuk cicipi, akan sangat tidak sopan jika Aditya diam-diam mencicipi-nya jadi dia lebih baik menunggu Daisy selesai memasak lalu memakan makanan itu bersama-sama.
"Selamat pagi, Aditya, sarapan sebentar lagi sudah siap... Tunggu ya." Aditya terkejut ketika Daisy menyebut nama-nya, bagaimana bisa dia mengetahui nama-nya... Padahal dia kemarin belum memperkenalkan diri-nya sendiri, kemungkinan besar karena kemampuan Mana itu yang dapat membaca pikiran.
Perut Aditya mulai bersuara dan ia langsung tersenyum canggung, "Maaf... Mungkin karena faktor dari kekurangan Mana ini, perut-ku mengamuk..."
"Tidak apa, perut bersuara itu adalah hal yang normal, tunggu sebentar lagi ya... Henzie seperti-nya masih belum pulang."
"Dia kemana?"
"Menyembelih ayam."
"Ohh..."
Sepuluh menit kemudian, Daisy sudah menempati banyak sekali makanan di atas meja makan hingga Aditya heran kenapa ia memasak makanan sebanyak ini walaupun hanya tiga orang yang akan memakan-nya, karena rasa penasaran yang dimiliki... Aditya langsung menanyakan-nya kepada Daisy.
"Kenapa kau memasak sebanyak ini? Kita bertiga tidak akan mampu memakan semua ini bukan? Jangan terlalu berlebihan..." Kata Aditya.
"Aku memasak bukan hanya untuk kita saja kok, desa ini juga membutuhkan makanan jadi aku bersedia untuk memasak makanan sebanyak-banyaknya demi membuat perut penduduk desa ini merasa kenyang." Jawab Daisy hingga Aditya melebarkan matanya melihat rakyat setengah Belanda dan setengah Indonesia akan sangat peduli dengan rakyat Indonesia.
Aditya sekarang dapat mempercayai-nya lebih dalam lagi hingga ia mulai membantu Daisy untuk memasak telur dadar, mereka menghabiskan waktu dengan memasak sarapan demi membuat penduduk desa itu kenyang. Daisy menceritakan tentang desa ini kepada Aditya selagi memasak... Desa ini sangat miskin dan benar-benar kekurangan kebutuhan untuk mencari makanan dan pekerjaan.
"Daisy... Mengapa kau melakukan tindakan seperti ini?"
"Aku sangat mencintai Indonesia, mereka semua sangat baik dan aku menyukai-nya sejak orang tua-ku membawa-ku ke negara ini... Aku tidak tahan melihat tanah air yang aku cintai ini dipenuhi dengan rakyat yang masih kekurangan terhadap kebutuhan-nya, lebih baik aku membantu mereka saja tanpa meminta imbalan." Kata Daisy.
"Kau hebat juga ya... Seperti pahlawan yang ingin mengorbankan sesuatu demi rakyat-nya sendiri, aku tidak menyangka bahwa kau memiliki banyak sekali bahan untuk memasak makanan sebanyak ini." Aditya melirik ke belakang dan melihat banyak sekali makanan yang sudah tersedia.
"Aku bekerja loh... Aku ini seorang pengusaha, aku juga memiliki warung tegal sendiri di setiap kota yang ada di Indonesia berkat bantuan dari Ayah-ku. Ditambah lagi, aku ini pebisnis rempah-rempah." Jawab Daisy.
"Hebat juga..." Aditya mengangguk hingga Daisy tersipu.
Aditya sekarang memilih diam sambil mendengarkan karena ia tidak mau keceplosan untuk mengatakan sesuatu yang seharusnya Daisy dengar seperti keluarga-nya sekarang kemana, tidak lama kemudian Henzie masuk ke dalam rumah Daisy dan memberikan banyak sekali Ayam yang sudah dikuliti, menu selanjut-nya adalah membuat sup ayam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pride of Indonesia
Fantasy~Original Story by LegendaNgawur~ ~Cerita ini Fiksi.. Tokoh, kelompok, tempat, hukum, dan nama yang digunakan dalam novel ini tidak ada hubungan dengan kehidupan sebenarnya~ ~Semua sejarah Indonesia masih sama dan tidak akan diubah juga para nama pa...