POI 4 - Teman

267 38 8
                                    

Di malam hari yang gelap dan sepi seperti ini, seseorang yang Aditya kenal membawa dirinya ke dalam tempat penginapan-nya untuk bersiap-siap pergi ke suatu tempat yang aman agar dia tidak menjadi korban Petrus juga. Orang itu memperkenalkan dirinya dengan nama [Bima Satrio] dan dia datang menemui Aditya karena sudah waktunya dia menyembunyikan identitas-nya lebih ketat lagi.

"Kenapa aku harus melarikan diri jika aku tidak terkait dengan korban dari Petrus itu, setahu aku hanya orang jahat dan yang memiliki tato saja 'kan...?" Kata Aditya yang sedang memasukkan barang-nya ke dalam ransel, Bima mendengarkan perkataan itu sambil membaca sebuah koran.

Sepertinya berita tentang Manusia yang memiliki Mana itu mulai menyebar di setiap negara yang ada sampai Presiden saat ini mulai membenci rakyat Indonesia yang memiliki sumber Mana karena ia pernah dengar bahwa orang-orang yang sedang menjalani operasi Petrus tiba-tiba terbunuh oleh Manusia yang memiliki Mana itu.

Tetapi hanya sebagian saja yang ia benci karena sekarang tentara yang ia punya sudah memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber Mana, mereka sekarang dapat mencari tahu siapa yang mencoba untuk melawan Petrus ditambah lagi siapa rakyat Indonesia yang berani melawan Presiden walaupun mereka memiliki sumber Mana itu.

Pada akhirnya koran itu menceritakan bahwa seluruh Manusia yang memiliki sumber Mana terbunuh dengan cara tragis, ada hal aneh lain-nya yang terjadi... Darah mereka dipenuhi dengan garis Mana yang dapat berubah menjadi partikel hingga partikel itu memberikan seorang Manusia sebuah kemampuan untuk menggunakan Mana.

Cara kerja-nya hampir sama seperti Virus, tetapi lebih menguntungkan. Bima dapat melihat jelas sebuah garis Mana di leher bagian belakang-nya, garis Mana itu membantu dirinya untuk bisa begadang tanpa harus merasa ngantuk sedikitpun.

"Kalau tidak salah... Kau ingin menghentikan operasi Petrus ini bukan...? Apakah kau membaca koran yang baru saja keluar akhir-akhir ini? Presiden mencoba untuk mencari rakyat Indonesia lainnya yang dapat menggunakan Mana lalu menjadikan mereka semua sebagai tentara milik-nya sendiri." Kata Bima.

"... ..." Aditya hanya bisa diam karena menolak permintaan dirinya sama saja kematian untuk dirinya, "Jika kau menolak maka kau akan menyia-nyiakan kehidupan kedua-mu itu, Aditya."

"Aku tidak mau berurusan apapun dengan sesama bangsa Indonesia, teman baik-ku pernah bilang bahwa suatu hari nanti ujian terbesar negara ini adalah melawan bangsa-nya sendiri, apa yang dikatakan beliau benar... Melawan penjajah itu lebih mudah daripada mencoba untuk mencegah bangsa yang mencoba untuk melawan bangsa-nya sendiri." Jawab Aditya sambil menunjukkan ekspresi yang terlihat kesal.

"Kata-kata seperti itu sudah tidak ada di era seperti ini, kau bisa melihatnya 'kan? Petrus, operasi yang dijalani untuk membunuh rakyat Indonesia yang bersikap jahat." Bima bangkit dari atas kasur-nya lalu ia mengambil senjata yang masih dimiliki oleh Aditya yaitu bambu runcing.

Ketika mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Bima, Aditya hanya terdiam dan terlihat kesal... Ia kecewa dengan kemajuan dari tanah air yang dicintai, membunuh bangsa yang sama sudah menjadi hal biasa di era ini karena Presiden yang memimpin-nya. Aditya sebenarnya ingin menyadarkan mereka dengan cara yang benar tanpa harus melawan dengan kekerasan.

Dia juga tidak mau memulai perang antar bangsa seperti mencoba untuk menyerang Presiden bersama dengan seluruh Manusia yang memiliki Mana, jika Aditya melakukan itu maka dia baru saja membuat teman-nya kecewa karena sudah melawan bangsa-nya sendiri.

"Kau memang tidak bisa berkata apa-apa ya, kebanggaan dirimu terhadap Indonesia memang---" Bambu runcing itu tiba-tiba mengarah ke arah leher Bima dengan cepat karena Aditya yang mengalirkan telapak tangan kanan-nya menggunakan Mana hingga bambu runcing itu bisa ia gerakan dari jarak jauh.

Bima melihat tatapan Aditya yang benar-benar mengancam dirinya, "Jangan berbicara seperti itu kepadaku... Indonesia seharusnya bisa maju tanpa harus merasakan apa arti dari melawan bangsa yang sama, era seperti ini benar-benar cukup memalukan, bisa-bisa Presiden pertama Indonesia akan merasa sedih." Kata Aditya yang mulai menunjuk bambu runcing-nya yang melesat menuju arah-nya lalu ia mengambilnya.

"Menakutkan sekali kau ini, Aditya Loka. Ternyata pahlawan yang pernah melawan penjajah akan bersikap tegas seperti ini." Jawab Bima yang mulai mengusap leher-nya karena dia merasa linu di bagian tersebut.

"Beritahu... Kenapa aku harus ikut denganmu?" Tanya Aditya yang sudah sepenuh siap untuk pergi bersama Bima, ia bisa mempercayai dirinya karena sumber Mana-nya mampu mendeteksi bahwa Bima juga dapat menggunakan Mana.

"Aku ingin membawa-mu ke sebuah tempat yang cukup aman, aku adalah rakyat Indonesia yang ada di era saat ini, aku sama seperti dirimu karena diriku dapat menggunakan sumber Mana. Masih ada banyak yang harus kau ketahui tentang kemampuan Mana ini, cukup membantu untuk bertahan hidup dan yang lain-lainnya." Bima mulai menjelaskan-nya sambil bergegas pergi dari tempat penginapan itu bersama Aditya.

"Apakah kau yakin untuk terus menggunakan senjata kuno-mu itu, Aditya? Bambu runcing sekarang sudah sangat sulit untuk digunakan dalam membunuh lawan, tetapi dengan kemampuan Mana-mu sepertinya cukup mematikan juga."

"Aku sudah nyaman dengan bambu runcing ini... Bambu runcing merupakan lambang utama yang menjelaskan tentang keberanian dan pengorbanan kita sebagai warga negara untuk negara Indonesia." 

"Bambu runcing yang kau buat itu, bukan hanya serta merta bahan baku bambu yang diruncing-kan. Melainkan pada ujungnya telah diolesi teletong sapi atau kerbau, tujuannya selain melukai prajurit lawan, juga agar menginfeksi pada luka musuh, sehingga pada akhirnya musuh tidak bisa ikut berperang lagi." Kata Bima karena ia hampir saja terinfeksi dengan bambu runcing itu.

"Mari kita ke inti-nya, Aditya. Mulai sekarang aku akan mencoba sebisa mungkin untuk melatih-mu menjadi Manusia yang dapat menggunakan kemampuan Mana itu secara sepenuhnya agar kau tidak perlu kebingungan lagi dengan kemampuan lain yang dimiliki Mana tersebut, ilmu bela diri juga sepertinya kau tidak mahir ya?" Tanya Bima.

"Ilmu bela diri ya... Sudah lama sekali aku tidak mempelajari-nya, Bima. Lebih baik kau beritahu aku semuanya tentang Mana dan latihlah diri-ku tentang ilmu bela diri yang kau ketahui." Kata Aditya hingga beberapa menit kemudian mereka berdua berdiri tepat di depan gudang besar yang sepi.

"Kita telah sampai, kau akan aman bersama kami semua, Aditya." Kata Bima yang mulai membuka pintu gerbang gudang itu yang menunjukkan sebuah ruangan istirahat dan pelatihan, Aditya melihat banyak sekali orang di dalam sana yang sedang beristirahat dan berlatih.

Aditya melihat banyak sekali warga Indonesia yang menatap dirinya, mereka langsung menyambut dirinya dengan sopan dan hangat hingga mereka langsung mengenal Aditya karena Bima-lah yang menceritakan tentang dirinya kepada mereka bahwa ia adalah warga Indonesia yang berasal dari jaman penjajahan.

Ketika Aditya menghitung jumlah mereka, terdapat enam warga Indonesia ditambah Bima, Bima menceritakan-nya kepada Aditya bahwa orang-orang yang dikumpulkan di gudang itu memiliki sumber Mana yang dapat digunakan juga untuk melawan dan bertahan dari operasi Petrus.

Hanya menghabiskan tiga puluh menit berbicara, Aditya bisa mengenal karakteristik mereka yang memiliki jiwa seperti orang Indonesia asli, mereka benar-benar mencintai tanah air ini sampai tembok ruangan gudang itu berwarna merah dan putih. Aditya juga melihat banyak sekali gambar tentang Presiden pertama yang terpasang di tembok-tembok itu.

Aditya sekarang memiliki teman yang dia cukup percayai yaitu Arif, Nur, Bima, Rafael, Fajar, dan Bagas. Dengan mereka sekarang yang berjumlah bertujuh, pelatihan dalam menggunakan senjata era saat ini dan juga bela diri di mulai hingga Aditya tidak memiliki kesulitan apapun ketika berlatih dengan mereka semua.

Apa yang dijelaskan oleh mereka bisa langsung dimengerti oleh Aditya bahkan kemampuan Mana yang rumit juga bisa dikuasai dengan cepat, karena pengalaman kehidupan pertama dan kedua-nya... Ia sekarang menjadi seorang Manusia yang belajar dengan cepat.

Tidak ada yang perlu dipelajari lagi tentang Ilmu bela diri kepada Aditya karena dia sudah cukup mahir dalam melakukan silat, ia bahkan mengalahkan mereka semua dengan hanya menggunakan ilmu bela diri-nya saja. Aditya benar-benar kuat, jadi tidak salah lagi dia adalah seorang pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan bersama teman baik-nya yaitu Presiden pertama.

"Aku sekarang dapat mengerti tentang kemampuan dari Mana..." Kata Aditya yang mulai menatap kedua telapak tangan-nya, garis Mana muncul dan langsung menyelimuti tangan-nya.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang