Wilhelm perlahan-lahan membuka kedua mata-nya dan ia melihat seseorang yang mengangkat kedua lengan-nya sambil memegang sebuah pisau tetapi Wilhelm langsung menusuk leher-nya dengan memanggil pisau-nya lebih cepat, "Astaga... give me a break." Wilhelm baru saja sadar bawah diri-nya sedang berada di Mana Battlefield, walaupun dia sudah menikmati tidur yang damai tetapi seseorang menyerang.
"Ini pasti ulah geng itu lagi..." Wilhelm mulai melempar orang yang mencoba untuk membunuh-nya ke depan, ia bisa melihat kedatangan preman lain-nya, mereka mulai membidik Wilhelm dengan senapan otomatis mereka tetapi Wilhelm berhasil melindungi diri-nya dengan kasur yang ia angkat lalu alirkan Mana, setelah itu ia maju ke depan dan menghantam mereka semua dengan kasar yang sama keras-nya dengan baja.
"Wilhelm, sepertinya ini serangan mendadak!" Kata Satria, ia mulai mendekati Wilhelm tanpa harus waspada dengan sekitar-nya karena setiap preman yang bersenjata datang... mereka akan terbunuh dengan luka dalam di bagian leher karena silet Satria yang melayang dimana-mana, Wilhelm dan Satria mencoba untuk mencari pengguna Mana lain-nya yang tidak bersalah dan mereka bisa melihat seorang pelayan yang sedang bertarung menggunakan tongkat-nya.
"Ahh... selamat malam, tuan Wilhelm dan tuan Satria." Pelayan itu menghantam kepala preman yang berada di belakang-nya dengan tongkat yang sudah ia alirkan Mana, satu hantaman dari tongkat itu mampu mengeluarkan bola mata mereka dan menghancurkan organ tubuh dalam mereka seperti otak, "Sungguh malam yang indah bukan...? Di serang seperti ini---"
"Malam indah mata-mu... kita di serang oleh geng bertopeng itu!!! Sungguh menyebalkan, padahal aku sudah mimpi indah!!!" Satria mulai menginjak-injak lantai dengan ekspresi yang terlihat kesal sehingga ia menoleh ke belakang lalu membunuh semua preman yang mencoba untuk menyerang-nya dari belakang.
Mereka bertiga berhasil mengalahkan semua preman yang berada di ruang tamu dan setiap kamar, apa yang mereka sebenarnya lakukan sampai berkeliaran di Keraton Yogyakarta...? Pelayan itu bahkan memberitahu Wilhelm dan Satria bahwa preman itu memiliki jumlah seratus lebih, ia dapat mengetahui-nya menggunakan kemampuan Mana-nya.
"Melihat pelayan hebat seperti-mu memiliki kemampuan Mana cukup membuat-ku terkesan." Mereka mulai melihat setiap ruangan untuk mencari pelayan lain-nya yang memiliki Mana, tiba-tiba mereka baru saja ingat tentang dua orang yaitu Putri dan Daisy. Wilhelm dan Satria menatap satu sama lain karena mereka mulai khawatir dengan kedua gadis itu yang belum menunjukkan kemampuan Mana mereka dalam bertarung.
"Kalian tidak perlu mengkhawatirkan tentang nona Putri karena dia memiliki kemampuan Mana yang cukup hebat juga..." Pelayan itu menunjuk ke lorong dimana ia melihat Putri yang berhasil membunuh beberapa preman itu dengan membuat mereka sesak nafas menggunakan kemampuan Mana tipe sihir yaitu air.
Putri menghampiri mereka dengan ekspresi yang terlihat khawatir, "Apakah kalian melihat Andrian di sekitar sini...? Dia hilang tiba-tiba dan aku dikejutkan oleh beberapa pria yang tiba-tiba masuk ke kamar-ku." Pelayan itu mulai memberitahu Putri bahwa Andrian bersama yang lain-nya sedang berada di lapangan, Satria mulai terkejut ketika pelayan itu tidak membicarakan Daisy sama sekali.
"Oi!? Apakah kalian melupakan Daisy sekarang...?! Dia itu tidak bisa bertarung loh...!" Seru Satria keras sehingga preman lain-nya mulai datang dan menembak mereka semua dengan peluru yang sudah dialirkan Mana, Putri meminum botol air-nya lalu mengangkat jari telunjuk-nya sehingga gelembung muncul di luar peluru itu lalu gelembung itu ia lempar kembali ke arah mereka semua.
"Kemampuan Mana yang cukup hebat... mengontrol air dan membunuh lawan dengan pelan-pelan itu cukup keren juga, marvelous!" Kata Wilhelm sehingga seorang pria yang kekar muncul sambil memegang sebuah beliung dan palu di kedua tangan-nya. Mereka semua mulai menatap pria itu bertopeng Kelana itu, sepertinya musuh yang terlihat kuat karena ia memiliki penampilan yang terlihat sangat mencolok.
"Sekarang apa lagi, hah? Aku sudah melihat banyak sekali kemampuan Mana yang aneh, seseorang yang membawa jangkar... sekarang seseorang yang memegang palu dan beliung, kau ingin menambang apa?" Tanya Satria, ia memanggil silet-nya kembali dan di dalam hati-nya ia berbicara bahwa sihir batu atau sesuatu yang berkaitan dengan benda keras itu adalah kelemahan silet-nya.
"Hari ini... aku akan menambang emas, aku adalah seorang penambang emas... nama-ku adalah Steve dan aku ingin menambang organ tubuh kalian lalu dijual menjadi uang agar aku bisa kaya!" Steve mulai menunjukkan beliung-nya yang terbuat dari logam baru yang sudah di alirkan Mana, tiba-tiba di dalam lorong yang cukup panjang ini... mereka bisa mendengar suara teriakan Daisy yang menggema.
"S-Sial... itu suara Daisy...!" Satria mencoba untuk mengikuti suara itu tetapi Steve menghantam beliung-nya dengan tembok di sebelah-nya sehingga tembok yang terbuat dari batu muncul di hadapan-nya dan ia tidak sengaja menabrak-nya, "K-Kemampuan Mana apa itu...!?"
"Kemampuan Mana tipe sihir yang berdasarkan tanah atau batu 'kah...?" Pelayan itu sendiri bahkan terkejut karena satu hantaman yang tercipta dari beliung itu maka akan menciptakan sebuah tembok atau sesuatu yang berkaitan dengan penambangan, Steve mulai menghantam lantai menggunakan palu itu sampai beberapa kayu tajam muncul di lantai lalu bergerak menghampiri mereka semua.
"Oi, Satria...! Hati-hati, kedua alat-nya itu dapat menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan penambangan dan pembangunan! Ini adalah salah satu kemampuan Mana yang cukup mengerikan dan hebat karena silet-mu itu tidak akan bisa mempan untuk menembus pertahan-nya!" Kata Wilhelm sehingga ia bisa melihat sebuah tembok yang terbuat dari batu dan besi muncul di hadapan mereka.
"Kita terjebak...! Maaf, aku tidak bisa membantu banyak... sihir air-ku mungkin tidak akan cukup berguna." Kata Putri, ia menyentuh tembok besi yang berada di hadapan-nya dan ia bisa merasakan jumlah Mana yang besar di dalam-nya, "Tembok ini akan membutuhkan waktu yang lama untuk menghancurkan-nya." Kata pelayan itu yang mulai menghancurkan-nya sedikit demi sedikit menggunakan tongkat-nya.
"Lebih baik kita mencari jalan lain untuk membantu Satria yang terjebak di ruangan sama dengan Steve itu." Pelayan itu menyerah ketika ia mencoba untuk menghancurkan-nya karena akan menghabiskan waktu yang cukup lama jika mereka mencoba untuk menghancurkan tembok tersebut, "Bagaimana dengan Daisy?!" Tanya Putri.
"Kalau begitu, kalian saja yang pergi untuk mengejar Daisy itu... serahkan Satria kepada-ku." Kata Pelayan itu yang mulai mengusap kumis-nya, mereka mengangguk lalu Putri mengajak Wilhelm untuk pergi mencari jalan pintas menuju ruangan di hadapan mereka, "Jaga diri-mu baik-baik, Anton!"
"Siap, nyonya..." Pelayan yang bernama Anton mulai pergi mencari jalan untuk membantu Satria yang terjebak. Ia mulai memikirkan kelemahan apa yang dimiliki oleh Steve ini sampai ia memiliki kemampuan Mana yang cukup hebat dan menyusahkan.
Satria mulai berkeringat ketika ia terjebak di lorong yang dipenuhi dengan tembok batu dan besi itu, ia tidak bisa pergi kemana-mana bahkan ketika ia mencoba untuk menghancurkan tembok tersebut... tembok itu benar-benar sangat keras karena mengandung jumlah Mana yang sangat banyak. Satria mencoba untuk berpikir cerdik disini karena ia harus menggunakan jumlah Mana yang ada di dalam diri-nya dengan benar.
"Sial... bagaimana kau bisa memiliki jumlah Mana sebesar ini, hah!? Penambang seperti-mu seharusnya mencari uang dengan cara yang benar, tidak baik jika kau menjual organ kami di pasar ge---" Satria melebarkan kedua mata-nya ketika tembok itu mengeluarkan berlian tajam yang mampu merobek pipi kanan-nya itu, "A-Apa lagi ini...?!"
"Tutup mulut-mu... kau sudah melukai Kak Marco, itu arti-nya kau harus aku bunuh... organ-organ tubuhmu sangat berharga dan juga kemampuan Mana-mu hebat juga, biarkan aku mengambil-nya sedikit." Ucap Steve yang berada di balik tembok, Satria mundur beberapa langkah sambil menutup pipi robek-nya itu.
"Dasar babi, ternyata kau selama ini adik dari seorang monyet yang bernama Marco itu 'kah!?" Satria tercengang ketika melihat lantai yang ia injak mulai mengeluarkan beberapa kaya runcing yang mencoba untuk menusuk-nya tetapi Satria berhasil menghancurkan-nya dengan Silet yang ia lempar, "Kau sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, Satria... lorong ini adalah gua yang aku ciptakan sekarang dan kau adalah berlian-ku!!!"
Tembok yang berada di belakang Satria mengeluarkan batangan emas panjang yang mampu mendorong-nya ke belakang, "A-Ahh!" Satria melebarkan kedua mata-nya ketika ia melihat berlian runcing di hadapan-nya, ia tidak bisa melakukan apapun karena batangan emas di belakang-nya terus menghantam punggungnya sampai mata kanan-nya tertusuk dengan salah satu berlian runcing itu.
"AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHH....!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pride of Indonesia
Fantasy~Original Story by LegendaNgawur~ ~Cerita ini Fiksi.. Tokoh, kelompok, tempat, hukum, dan nama yang digunakan dalam novel ini tidak ada hubungan dengan kehidupan sebenarnya~ ~Semua sejarah Indonesia masih sama dan tidak akan diubah juga para nama pa...