Bima saat ini masih belum menjelaskan rencana yang akan dilaksanakan bersama teman-temannya termasuk Aditya karena dia selalu memikirkan tentang reaksi apa yang akan dibuat oleh Aditya, saat ini mereka semua beristirahat dan membaca berita yang ada di koran bahwa setiap hari-nya korban Petrus mulai berkurang.
"Sepertinya Petrus terkadang memberi keuntungan juga ya, mengurangi populasi Indonesia sedikit demi sedikit dan yang berkurang-nya adalah populasi tidak berguna." Kata Arif sambil membaca koran itu lalu merobek-nya ketika dia selesai membacanya.
"Walaupun menguntungkan seperti itu, seseorang yang dibunuh oleh pelaku Petrus itu bangsa Indonesia... Bangsa Indonesia saling membunuh bangsa Indonesia itu adalah tindakan yang sangat menyakitkan bagi manusia seperti-ku yang hidup di era penjajahan." Jawab Aditya.
Ruangan mendadak sunyi ketika Aditya berbicara seperti itu, ia benar-benar mendalami kebanggaan-nya tentang Indonesia bahkan ia tidak suka melihat bangsa Indonesia yang membunuh bangsa-nya sendiri. Operasi Petrus dan juga operasi untuk menghancurkan Petrus itu sama-sama kedua pihak yang Aditya bisa benci.
"Seharusnya kita bisa mengatasi-nya dengan sebuah perbincangan di meja bundar. Saling menukar pendapat dan kenapa harus melakukan tindakan jahat seperti itu...?! Kapan Indonesia akan maju jika pembantai seperti ini akan terus terjadi...!?" Seru Aditya hingga ia bangkit dengan ekspresi kesal-nya, dia sudah muak mendengar banyak sekali rakyat Indonesia yang terbunuh oleh rakyat-nya sendiri.
Apalagi masa pembantaian masal yang terjadi beberapa tahun yang lalu, mengingatnya kembali sudah membuat Aditya merasa kesal dan ingin menangis kecewa ketika melihat tanah air yang dicintai semakin maju semakin hancur dan sangat bertentangan dengan harapan dari Presiden pertama.
Bima menghampiri Aditya dan mencoba untuk menenangkan dirinya, Bima mulai menceritakan beberapa perkembangan baik yang dialami oleh Indonesia sampai Aditya bisa kembali merasa tenang, hawa yang terasa cukup mengganggu bisa terasa oleh mereka semua berkat sumber Mana yang mereka miliki.
"Hawa apa ini...? Apakah seseorang datang---" Ketika Aditya mencoba untuk bangun, Bima menghalang dirinya untuk pergi menyelidiki hawa yang dia rasakan, lebih baik Aditya beristirahat sebelum seseorang yang mengikuti Presiden mengetahui tentang keberadaan dirinya dan menjadi-nya sebagai prajurit yang paling mematikan.
Bima menyuruh beberapa teman-nya untuk menyelidik hawa aneh itu dan membiarkan dirinya bersama Aditya diam di dalam gudang itu, belum saatnya Aditya pergi keluar dan mengetahui tentang rencana yang dibuat oleh Bima.
Bima mulai kehabisan topik pembicaraan dengan-nya karena Aditya sudah tidak membutuhkan lagi guru atau seseorang yang memberitahu-nya tentang ilmu bela diri dan Mana. Bima dapat memprediksi bahwa Aditya memang bukan tandingan dirinya karena dia sudah jauh lebih kuat karena pengalaman-nya ketika melawan para penjajah.
Keberanian, semangat, dan kekuatan yang sangat besar hingga tidak terbatas terdapat di dalam dirinya, dia benar-benar sudah mengalami banyak kesusahan dengan kehidupan-nya sampai menjadi seorang prajurit Indonesia yang dapat hidup cukup lama untuk melihat perkembangan Indonesia yang berjalan cukup buruk.
Bima baru saja teringat tentang sesuatu, senjata... Aditya membutuhkan senjata yang baru untuk bisa bertahan hidup di era seperti ini... Senjata yang canggih dan juga menyakitkan. Bima bangkit dari atas kursi lalu ia pergi menghampiri peralatan-nya untuk mencari dua senjata yang akan ia berikan kepada Aditya sebagai hadiah.
Aditya melihat Bima menghampiri diri-nya sambil memegang sebuah senapan yang terlihat tidak asing, [Arisaka]. Arisaka merupakan bolt action rifle buatan negara Jepang. Arisaka sendiri terbagi menjadi 5 varian yakni type 30, 38, 44, 97 dan 99. Para pejuang Indonesia kala itu sering atau banyak menggunakan varian type 44.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pride of Indonesia
Fantasy~Original Story by LegendaNgawur~ ~Cerita ini Fiksi.. Tokoh, kelompok, tempat, hukum, dan nama yang digunakan dalam novel ini tidak ada hubungan dengan kehidupan sebenarnya~ ~Semua sejarah Indonesia masih sama dan tidak akan diubah juga para nama pa...