POI 29 - Saling Membantu

36 9 2
                                    

Aditya datang untuk menghadapi Andrian karena ia ingin membicarakan tentang suatu hal sebelum makan malam sudah Putri siapkan, Andrian yang sedang berbicara bersama pelayan lain-nya melihat Aditya yang datang dengan ekspresi yang terlihat serius. Ia mulai menyuruh pelayan-nya untuk segera melakukan pekerjaan-nya lalu ia menatap Aditya.

"Apakah kau memiliki urusan dengan-ku, Aditya?" Tanya Andrian dan ia mulai mengangguk, mereka mulai masuk ke dalam ruangan tamu karena tempat itu cukup nyaman juga untuk dipakai berbicara tentang sesuatu, "Jadi... apa yang kau ingin bicarakan?" Tanya Andrian yang mulai meminum teh hangat-nya.

"Apakah kau tahu bahwa Yogyakarta dipenuhi dengan preman atau geng yang sudah---"

"Aku akan langsung memotong pembicaraan-mu itu karena aku sudah mengetahuinya, apakah kau ingin mencari informasi tentang dua geng yang saat ini sedang panas-panasnya di berita? Geng topeng Pelana dan geng topeng Bapang, kedua geng yang dipenuhi dengan preman berdarah dingin juga kemampuan Mana mereka cukup mengesankan." Andrian mengeluarkan beberapa gambar dan juga koran tentang berita geng itu sehingga Aditya mulai mengambil-nya lalu menatap gambar-nya terlebih dahulu.

Aditya bisa melihat semua gambar itu dipenuhi dengan pria dan juga wanita yang menggunakan topeng, Andrian mulai memisahkan gambar dan berita tentang geng topeng Pelana dan Bapang. Andrian menandakan gambar kedua geng pemimpin itu dengan pulpen warna biru sehingga Aditya tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas.

"Dilihat dari tubuh dan otot mereka... sudah pasti mereka itu pria yang cukup berbahaya, kejahatan apa saja yang sudah mereka lakukan?" Aditya mengambil koran yang membicarakan berita tentang topeng Pelana, pemimpin yang bernama [Marco] bersama dengan pasukan-nya yang tidak bisa dihitung berapa jumlah-nya.

"Tidak ada yang tahu markas geng topeng Pelana ini dan bahkan aku sendiri tidak tahu berapa jumlah dari mereka, jika saja mereka mencoba untuk membunuh kerusuhan maka hal itu akan menarik perhatian tentara militer Wahyudi juga tentara militer lain-nya untuk melakukan penembakan misterius." Aditya melihat gambar pemimpin dari topeng Bapang dan identitas mereka sangat tersembunyi karena topeng yang mereka gunakan itu, "Menurut-mu... dari kedua geng ini, siapa yang lebih mengerikan?"

"Ancaman yang paling besar adalah geng topeng Bapang, kau tahu karakter dari topeng Bapang ini 'kan? Bapang merupakan salah satu tokoh jahat yang digambarkan dengan topeng yang berwarna merah yang melambangkan sifat pemarah dan jahat. Bapang memiliki hidung yang panjang, mata yang besar, jambang dan kumis yang menunjukkan bahwa Bapang adalah laki-laki. Topeng Bapang juga memiliki titik emas diantara alis yang menunjukkan ia adalah keturunan dewa." Andrian membuka laci-nya lalu mengeluarkan lebih banyak berita tentang kedua geng itu.

Aditya cukup kaget ketika melihat koran yang menumpuk di depan-nya, kedua geng itu sepertinya sudah melakukan banyak kejahatan, "Jika kau ingin mengetahui informasi mereka maka baca semua koran ini, kau juga mungkin bisa mencari kemampuan Mana apa saja yang mereka semua miliki. Mereka tidak selalu melakukan kejahatan di Yogyakarta, ingat itu."

Aditya mengangguk lalu menunjuk semua koran dan gambar itu lalu ia mengalirkan semua benda itu dengan Mana-nya untuk menyimpan-nya ke dalam penyimpan Mana. Andrian bisa melihat Aditya terlihat serius dan kesal tetapi ia setidaknya dapat membantu dirinya untuk memberitahu diri-nya tentang informasi dari kedua geng tersebut.

"Terima kasih, Andrian... sekarang aku memiliki sebuah pekerjaan untuk membaca informasi mereka semua, masalah-ku sekarang mulai bercabang karena kedua geng ini. Biarkan aku melakukan hukuman yang pantas untuk mereka semua." Tatap Aditya serius dan Andrian mulai menepuk bahu Aditya, "Kau tidak sendirian, Aditya, kita semua akan membantu-mu untuk menghukum semua geng itu."

"Sekali lagi, terima kasih..." Aditya mengangguk.

Putri mulai membuka pintu ruangan tamu karena ia mencoba untuk mencari Andrian dan Aditya, "Kalian disini ternyata, ayo kita makan malam." Mereka berdua bangkit dari sofa mereka lalu mulai mengikuti Putri, Andrian bisa melihat Aditya yang sudah membaca koran itu, ia mulai mengeluarkan sebuah kacamata untuk Aditya.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang