Satria dan Marco mulai menatap satu sama lain, Satria membuang puntung rokok-nya yang sudah habis, setelah itu ia mengeluarkan batang rokok lain-nya untuk ia nyala-kan dan hisap... karena jantung-nya yang terus berdetak kencang, Satria harus menggunakan kemampuan Mana tipe sihir-nya itu agar ia bisa bertahan lebih lama lagi melawan Marco yang masih menatap diri-nya.
"Baiklah, apakah kita akan memulai-nya lang---" Satria melompat ke atas ketika Marco melempar sebuah jangkar yang sangat besar, ia tercengang ketika melihat jangkar itu muncul begitu saja di tangan kanan-nya dan ia mulai mengeluarkan jangkar lain-nya menggunakan tangan kirinya lalu melempar-nya ke atas sehingga Satria merapatkan gigi-nya.
Satria mengeluarkan sebuah asap besar yang mampu mendorong jangkar itu, Marco mengepalkan tinjunya ketika melihat Satria memiliki kemampuan Mana tipe sihir, sepertinya pertarungan ini akan berjalan cukup merepotkan tetapi dua jangkar yang memiliki rantai panjang itu dapat ia gerakan dengan mudah, ia melempar-nya ke arah Satria tetapi ia berhasil melarikan diri dengan menghembuskan asap rokok yang besar.
"Aku tidak menyukai seseorang yang bertarung sambil melarikan diri."
"Teu nanya, sumpah. Aku lebih membenci preman seperti-mu yang sudah membunuh banyak orang yang tidak bersalah!!!" [Teu nanya] bahasa Sunda dari Gak nanya, Satria mendarat di atas tanah lalu ia mengeluarkan senapan pistol dan menembak-nya ke arah Marco tetapi Marco berhasil menghancurkan peluru itu dengan menggerakkan kedua jangkar-nya sekaligus lalu ia mencoba untuk menimpa Satria tetapi selalu saja gagal.
Satria diam-diam mengeluarkan silet di saku celana-nya, ia tidak perlu menanggung resiko itu karena ia dapat menangani resiko tersebut. Marco menggerakkan kedua jangkar-nya dengan cepat sehingga jarak yang dapat ditempuh oleh jangkar tersebut bertambah panjang tetapi Satria berhasil menghindari-nya dengan melompat ke belakang.
Satria mulai menjatuhkan rokok-nya lalu ia menarik nafas dalam-dalam dan menahan-nya sehingga ia melempar sepuluh silet ke depan, Marco mundur beberapa langkah lalu menggerakkan kedua jangkar itu dengan arah berlawan sehingga menghancurkan semua silet itu, ketika silet itu hancur... Satria masih bisa melihat karena ia menahan nafas-nya demi mengatasi resiko itu.
"Kau kuat juga ya... jika saja aku menyempurnakan kemampuan Mana-ku dalam menggunakan silet maka tidak ada resiko yang harus aku tangani." Satria mulai bergerak cepat mengelilingi Marco tetapi Marco tersenyum karena ia menggunakan kemampuan Mana lain-nya dimana kedua jangkar-nya dapat menciptakan rantai yang lalu membelit kedua tangan dan kaki Satria.
Wilhelm berhasil mengalahkan preman bertopeng dengan hanya menggunakan pisau-nya karena ia tidak mau terlihat mencolok di mata mereka semua, ia lebih tertarik melihat pertarungan Satria dari jauh karena prediksi-nya salah tentang resiko yang dimiliki kemampuan Mana, "Sekarang aku bisa mengerti... kemampuan Mana yang tidak dilatih atau baru akan memiliki resiko tetapi jika kau melatih-nya maka satu-satunya resiko yang harus dilawan adalah terkurasnya Mana." Ungkap Wilhelm.
"Tidak buruk juga... wah-wah, aku tercengang." Ketika Marco mencoba untuk menghancurkan tubuh Satria dengan jangkar itu, ia langsung dikejutkan dengan Satria yang berhasil membebaskan diri dari rantai yang terbuat dari logam itu, "Tetapi... aku masih sayang dengan nyawa-ku dan aku tidak akan kalah oleh preman seperti-mu."
"B-Bagaimana kau?!" Marco mulai menghantam daratan beberapa kali menggunakan kedua jangkar-nya sehingga Satria melompat-lompat ke belakang karena ia mencoba untuk membuat diri-nya terjatuh tetapi trik apapun itu, Satria akan selalu waspada sehingga ia mengeluarkan pita negara Indonesia yaitu merah putih lalu ia menggunakan pita itu di kening-nya.
Satria mengeluarkan silet lain-nya tetapi ia tidak akan melempar-nya sampai jaraknya sudah dekat dengan Marco, Marco merasa sangat kesal karena ia dipermalukan oleh-nya, ia langsung menghancurkan daratan menggunakan jangkar itu lalu mencoba untuk menghantam tubuh Satria menggunakan jangkar itu tetapi gagal ketika Satria berhasil menghindari semua serangan itu.
Kedua mata Satria mulai ia alirkan Mana karena pergerakan jangkar itu bertambah cepat setiap Marco menggerakkan-nya, jika dia melakukan satu pergerakan yang salah maka tubuh-nya bisa saja hancur. Marco tersenyum karena ia menyembunyikan sebuah rencana sejak awal, ia menghancurkan daratan menggunakan kedua jangkar-nya sehingga beberapa batu mulai terlempar ke atas.
"Jika kau memiliki kemampuan Mana tipe sihir maka aku juga sama...!!!" Semua batu yang terlempar ke atas itu melesat menuju arah Satria sehingga ia lengah dengan batu-batu itu tetapi ia menoleh ke belakang lalu menghancurkan semua batu itu menggunakan silet-nya tetapi batu-batuan yang berada di dalam lubang yang baru saja ia hancurkan mulai terbang menuju arah Satria dan mengenai tubuh-nya.
"S-Sial!" Satria tidak sempat untuk menahan-nya sehingga perutnya terkena dengan semua batu yang sudah dialirkan Mana itu, Satria mulai memuntahkan darah melalui mulut-nya dan ia mendengar pergerakan dua jangkar yang melesat menuju arah-nya sehingga ia menoleh ke belakang tanpa menghiraukan semua batu yang mengenai diri-nya itu.
"Harrrrgghhhh!!!" Satria menahan-nya menggunakan kedua lengan-nya sehingga jangkar itu berhasil mengenai Satria sampai menciptakan suara hantaman yang cukup besar, bagian tajam dari jangkar itu mampu menyayat pipi dan dada Satria sampai ia terlempar ke belakang.
"Satria...!" Wilhelm terkejut ketika Marco berhasil mengenai serangan yang terasa menyakitkan itu bahkan Satria sampai terlempar sepuluh meter ke belakang. Ketika ia mencoba untuk menghampiri beberapa preman bertopeng Kelana mulai menghalang-nya dengan menggunakan kemampuan Mana mereka masing-masing, "Shit...!!!"
"Hahaha... itulah yang kau dapatkan jika kau meremehkan seorang preman seperti diriku!!!" Marco memutar jangkar-nya ke atas lalu menjatuhkan-nya ke arah Satria tetapi ia berhasil menghancurkan kedua jangkar itu menggunakan kedua lengan-nya, "APAAAA!?"
Satria bangkit dari atas tanah dengan senyuman serius di wajah-nya, walaupun dirinya sekarang dipenuhi dengan luka dan darah ia masih bisa bangkit dan tidak terlalu merasa kesakitan ketika menerima serangan fatal tadi, "Terasa seperti pukulan, menyakitkan tetapi tidak terlalu menyakitkan untuk bisa membunuh-ku." Satria berjalan ke depan dengan kedua lengan-nya yang sudah ia alirkan dengan Mana.
"Tidak mungkin...!!! Bagaimana kau bisa bertahan ketika menerima serangan tadi!?" Marco melempar jangkar lain-nya ke arah Satria tetapi ia dengan mudah menghancurkan semua jangkar itu menggunakan kedua lengan-nya, kehancuran yang diterima jangkar itu terlihat sangat rapi... seperti menerima satu tebasan pedang.
"Ahh...?! Jangan-jangan kau memiliki kemampuan Mana lain-nya yang dapat mengubah kedua lengan-mu menjadi pedang atau semacam-nya?!"
"Entahlah, coba pikir lagi." Kata Satria yang sedang berjalan menghampiri Marco, beberapa pengikut-nya mulai menyerang Satria tetapi berakhir terbunuh dengan luka dalam di bagian leher mereka yang disebabkan oleh silet yang berputar di sekitarnya, "Ketika terbiasa menggunakan kemampuan silet ini, aku sekarang hanya merasakan Mana-ku yang terkuras."
"Sialan...!!! Berani-beraninya kau...!!! BABIII!!!" Marco melepaskan dua jangkar yang ia alirkan dengan seluruh Mana-nya ke depan, Satria menghindari kedua jangkar itu karena ia bisa melihat sesuatu yang lebih berbahaya dari kedatangan dua jangkar tersebut, Marco tersenyum sehingga rantai yang dimulai jangkar itu mulai memunculkan beberapa rantai yang mencoba untuk mengikat Satria.
"Tidak berguna..." Satria menghancurkan semua rantai itu menggunakan kedua lengan-nya dan jangkar yang berada di belakang-nya melesat menuju arah-nya tetapi hancur dengan lima silet yang berputar di belakang-nya, "Kau meremehkan seorang pejuang yang sudah mengusir para penjajah! Preman seperti-mu ini yang tidak bersyukur dengan kedamaian pantas untuk aku hukum!!!"
Satria bergerak maju ke arah Marco sehingga ia mulai panik karena semua serangan-nya dapat Satria hancurkan dengan mudah, seseorang mulai menyelamatkan Marco dan Satria secara refleks melompat ke belakang karena ia bisa melihat panah yang melesat ke arah-nya, ketika panah itu menyentuh daratan... panah tersebut langsung meledak.
Baaaammmm...!!!
"Monyet... dia kabur..." Satria berhasil menahan ledakan itu menggunakan kedua lengan-nya, ia mulai menghisap asap ledakan yang terdapat di depan-nya lalu ia menatap ke depan dan melihat Marco yang sudah menghilang, "Pengguna Mana yang menembak panah ledakan itu sepertinya kuat..."
Wilhelm mulai mendarat di sebelah Satria, "Mereka semua kabur begitu saja, apakah kau dihentikan oleh panah ledakan itu?"
"Ya... menyebalkan sekali, aku hampir membunuh-nya tadi! Sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pride of Indonesia
Fantasía~Original Story by LegendaNgawur~ ~Cerita ini Fiksi.. Tokoh, kelompok, tempat, hukum, dan nama yang digunakan dalam novel ini tidak ada hubungan dengan kehidupan sebenarnya~ ~Semua sejarah Indonesia masih sama dan tidak akan diubah juga para nama pa...