POI 52 - Penjajahan

34 8 0
                                    

Normal's POV

Setelah semua latihan dan perkataan yang diberikan Satria kepada Aditya, hari yang tidak bisa dibilang positif datang, Aditya terjun menuju medan perang untuk mempertahankan negaranya dari negara belanda yang mencoba untuk menjajah. Dengan perlawanan, seluruh pejuang indonesia maju untuk mempertahankan tanah air yang mereka cintai.

"Aditya, apapun yang terjadi... gunakan pengalaman sebagai gurumu itu, persenjataan Indonesia hanya mengandalkan bambu runcing ini dan senjata yang tidak bisa dibilang canggih tetapi kita dapat mencurinya!" seru Satria, ia mengangkat dua senapan lalu melemparnya satu kepada Aditya yang berlindung di balik pohon.

Dengan cepat Aditya mengambil senapan tersebut lalu mengisinya dengan cepat, ia juga bisa melihat pasukan belanda berada tepat di belakang pohon itu dan jumlah mereka banyak sekali. Hanya Satria dan Aditya yang berpisah dari pejuang lainnya tetapi mereka bisa melihat Satria dan Aditya yang kesulitan.

Untungnya terdapat satu pejuang yang memegang sebuah busur, ia menggunakan busur itu untuk mengurangi jumlah pasukan Belanda bahkan sampai membuat mereka berpencar dan waspada dengan setiap pohon, mereka baru saja mengetahui bahwa salah satu pasukan Indonesia baru saja bersembunyi di atas pohon.

"Aditya... gunakan senapan ini untuk menunjukkan siapa yang pantas untuk meraih kedamaian tersebut, mencuri senjata canggih seperti ini adalah cara yang cukup baik untuk meriah kemerdekaan." Satria mulai membidik salah satu prajurit Belanda yang sedang melihat arah lain dan ia berhasil menembak kepalanya sampai hancur.

Aditya melakukan hal yang sama dengan menembak salah satu prajurit Belanda yang lengah, mereka berhasil bertahan dan seluruh pasukan Belanda yang mereka lihat mulai berkurang tetapi Aditya mulai meminta Satria untuk melarikan diri karena ia melihat bala bantuan yang datang, Satria mulai menghampiri beberapa warga yang tidak bersalah lalu mengajak mereka menuju tempat yang aman.

Pasukan Belanda lainnya datang, mereka mulai menembak beberapa warga yang tidak bersalah bahkan sampai membuat Aditya terkejut ketika melihatnya, ia mencoba untuk menyerang tetapi Satria menghentikan dirinya dengan menghampirinya lalu menurunkan senapan yang hampir saja ia bidik ke salah satu prajurit.

"Kita harus tenang... jika kita ingin menang maka lakukan semua ini dengan pelan, proses itu dibutuhkan dan akan lebih baik lagi jika kita membunuh mereka secara diam-diam... satu per satu..." Apa yang baru saja dikatakan oleh Satria membuat Aditya terdiam sesaat.

Satria dan Aditya mulai melarikan diri ke tempat yang aman, beberapa prajurit belanda mulai menyadari Satria dan Aditya yang mencoba untuk melarikan diri, seluruh prajurit Belanda itu langsung membidik mereka dan mencoba untuk menembak mereka tetapi tidak ada satupun peluru yang mengenai tubuh mereka karena Satria dan Aditya terus lari dengan cara zig-zag dan berlindung di balik pohon yang begitu besar.

Aditya mulai membidik beberapa prajurit Belanda di belakangnya menggunakan senapan itu dan ia mulai menembaknya dengan asal agar bisa menahan semua pasukan itu, nafas mereka mulai terasa berat ketika mencoba untuk melarikan diri sejauh mungkin dari pasukan belanda itu. Aditya tidak memiliki pilihan lain selain melompat ke jurang di hadapannya yang memiliki air terjun.

"Satria, kau ikut aku?"

"Kau merencanakan sesuatu?"

"Ya..." Aditya mulai melompat ke depan dan ia bisa melihat air sungai yang begitu besar tetapi tujuannya tidak jatuh menuju sungai itu, ia sempat menggunakan bambu runcing yang ia bawah di belakang punggungnya dengan menusuk salah satu batu yang memiliki celah besar.

Bambu runcing itu mulai masuk ke dalam celah itu, dengan cepat Aditya memegangnya erat dan ia mulai membantu Satria yang baru saja jatuh dengan meraih tangan kanannya, Satria terkejut ketika melihat Aditya yang dipenuhi dengan keringat karena mencoba untuk menahan beban tubuh Satria dan mencoba untuk memperkuat genggam tangannya.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang