POI 22 - Sultan

52 13 6
                                    

Setelah bertemu kembali dengan Daisy dan Henzie, Aditya tidak lupa untuk memperkenalkan mereka berdua kepada Wilhelm dan juga Satria. Mereka saling berjabat tangan sehingga dalam waktu beberapa menit saja mereka semua sudah langsung akrab, Satria awalnya tidak menyangka bahwa Aditya yang dulunya membenci orang Belanda sekarang dia malah bersama dua wanita Belanda, mungkin wanita mengubah segalanya.

"Ini pertama kali-nya aku melihat teman yang dekat sekali dengan, Aditya. Apakah kamu benar tentang sahabat sejak jaman dahulu?" Tanya Daisy kepada Satria, "Tentu saja, dulu-nya dia itu sangat tegas dan keras bahkan ia juga mengerikan sejak itu tetapi sekarang... aku bisa melihat beberapa perubahan dari-nya."

"Oi... jangan terlalu banyak membicarakan tentang diri-ku, kau sendiri tidak memiliki perubahan apapun, Satria." Aditya terlihat kesal ketika Satria selalu saja membicarakan diri-nya kepada Henzie dan Daisy, Satria dan Wilhelm terkejut ketika mereka melihat perkembangan sikap Aditya dimana ia menunjukkan sikap malu dan kesal ketika diri-nya dibicarakan di depan kedua gadis itu.

Satria mulai menepuk punggung Wilhelm beberapa kali karena rasa senang yang tidak bisa ia tahan ketika melihat Aditya memiliki dua bini yang berasal dari negara luar, "Henzie dan Daisy ya...? Apakah kalian istri atau pacar, sang Raden tampan dan gagah ini?" Tanya Satria sambil menunjuk Aditya yang sedang melihat sekeliling kota Yogyakarta yang terlihat ramai sekali.

Ketika Satria berbicara seperti itu, wajah Henzie dan Daisy mulai berubah menjadi merah bahkan ekspresi mereka juga terlihat seperti menyembunyikan rasa malu juga canggung, tidak ada satupun kata yang keluar melalui mulut mereka sehingga Satria menahan tawa-nya karena mereka sepertinya sama-sama mencintai Aditya, "Pffftt... Uhugh... ngakak sumpah..." Kata Satria pelan.

"Sudahlah, karena kita sudah mengalami perjalanan yang cukup panjang, mari kita sarapan. Eat Breakfast!" Wilhelm melihat warteg yang berada di seberang jalan, "Bagaimana kalau kita makan disana?" Tanya Wilhelm sambil menunjuk warteg itu, mereka semua mulai setuju lalu mereka pergi menghampiri warteg itu untuk sarapan.

Setelah mereka tiba di warteg tersebut, Satria memesan beberapa makanan karena mereka terserah ingin memakan apapun asalkan sehat dan bergizi untuk tubuh. Aditya terlihat sangat waspada dengan sekitar-nya karena terdapat banyak sekali rakyat Indonesia yang sedang melakukan aktivitas mereka, Henzie mulai menatap Aditya dan bisa membaca pikiran-nya.

"Kau tidak harus bersikap waspada seperti itu, Aditya. Aku bisa mencari orang yang memiliki Mana, jika aku merasakan salah satu-nya maka biarkan aku yang menjaga-mu dari belakang, sekarang kau hanya perlu istirahat sejenak saja. Kau pasti diserang 'kan?" Tanya Henzie.

"Begitulah... selama ini aku mengerti kenapa Wahyudi menyerang-ku dan aku juga mengetahui identitas asli-nya juga kebenaran dibalik topeng yang selalu ia gunakan." Aditya mulai menceritakan identitas Wahyudi secara rinci kepada Henzie sehingga ia sekarang mengerti, Wahyudi benar-benar mengincar rakyat Indonesia yang memiliki kemampuan Mana hebat... itu artinya Aditya bisa saja dipaksa untuk menjadi tentara militer atau dibunuh dengan ditembak secara misterius.

"Tetapi setidaknya kau selamat ya, Aditya, aku juga ikut senang ketika melihat-mu memiliki teman yang lama-mu dan juga teman yang berasal dari Amerika." Henzie tersenyum.

Sarapan yang dipesan oleh Satria lumayan berlebihan karena ia memesan lima [Gudeg], gudeg adalah makanan khas dan yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan dan disajikan dengan kuah santan kental, ayam kampung, telur, tempe, tahu, dan sambal goreng .

Terlihat cukup lezat sampai mereka mulai mengambil sendok mereka lalu memakan Gudeg itu, reaksi dari wajah mereka terlihat sama... merasakan kenikmatan dari makanan tersebut, Aditya yang tadi ekspresi-nya terlihat serius langsung berubah menjadi tenang ketika melihat Daisy dan Henzie sedang menikmati rasa dari Gudeg itu.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang