"Hah... hah... hah..." Aditya bernafas berat karena ia bersama Henzie sudah berlatih selama berjam-jam, mereka sudah melakukan latih tanding dalam menggunakan bermacam-macam seni bela diri.
Aditya bisa merasakan tubuh-nya mulai terbiasa dengan sumber mana-nya sendiri, Henzie mengajarkan diri-nya semua yang ia ketahui tentang Mana dari mulai dari awal sampai akhir, sekarang Aditya mengerti untuk mempertahankan diri-nya ketika melihat orang lain mencoba untuk melawan atau membunuh-nya, ia akan membanting tubuh mereka atau menyerang anggota tubuh mereka yang dapat menghentikan mereka untuk menyerang.
[Self-Defense] itu penting sekali sampai Aditya sampai saat ini mengetahui hal seperti itu, berkat bantuan dari sumber Mana juga... semuanya menjadi mudah karena Henzie mengajarkan-nya untuk memindahkan sumber Mana-nya ke dalam kedua tapak-nya agar ia bisa menghancurkan barang yang keras juga langsung membuat seseorang pingsan dengan menghantam tengkuk mereka.
"Tidak apa-apa untuk bertarung jika kamu memiliki tujuan yang adil, Aditya... jika kamu terus diam maka mereka bisa melihat banyak celah dan memiliki banyak keuntungan untuk melawan-mu." Kata Henzie karena ia bisa melihat Aditya yang menyesal untuk membunuh bangsa-nya sendiri, ia sudah berjanji kepada teman baiknya bahwa ia tidak akan membunuh mereka.
"Aku sudah janji kepada teman baik-ku, aku mencoba sekuat mungkin untuk mencegah terjadi-nya konflik antar bangsa Indonesia, beliau memberitahu-ku bahwa perjuangan-ku akan lebih sulit ketika melawan bangsa-ku sendiri dan aku tidak ingin itu terjadi." Aditya mengepalkan kedua tinju-nya.
Henzie bisa merasakan tujuan besar di dalam diri Aditya bahwa ia mencoba sekuat mungkin untuk bertentangan dengan pikiran-nya sendiri, jika dia diam saja maka dia sendiri tahu bahwa ia akan terbunuh karena operasi yang masih berlangsung yaitu [Petrus], untung-nya dia sejak itu menyelamatkan Aditya dari operasi Petrus itu.
Melihat Aditya memiliki tujuan besar-nya itu membuat Henzie tertarik dan tak sabar untuk melihat perkembangan Aditya, untuk sekarang ia akan terus mendengarkan perkataannya dengan menjawab-nya pelan-pelan karena ia tidak mau mengatakan sesuatu yang dapat menyakiti perasaan-nya itu.
"Apakah kita akhiri latihan-nya sekarang?" Tanya Henzie.
"Ya... matahari sebentar lagi akan terbenam, lebih baik kita pulang saja dan melanjutkan-nya besok." Aditya bangkit dari atas tanah lalu ia menghabiskan botol air-nya itu.
"Ya, ayo--- Aw..." Ketika Henzie mencoba untuk berdiri, ia baru saja menyadari kedua kaki-nya lecet karena latihan yang ia lakukan bersama Aditya. Luka lecet yang terdapat di kaki-nya itu sepertinya berasal dari bambu runcing milik Aditya ketika Henzie ingin menunjukkan kemampuan Mana yang di alirkan ke dalam kedua tapak-nya yang dapat menghancurkan benda apapun.
"Apakah kau baik-baik saja...?" Tanya Aditya.
"Sial... aku sepertinya ceroboh dan melupakan serpihan bambu runcing itu ketika hancur, bambu runcing-mu itu terlalu kuat, Aditya... walaupun sudah hancur, serpihan-nya itu masih tajam." Henzie terkekeh dan ia memaksakan kedua kaki-nya tetapi tidak bisa karena luka itu terlihat cukup menyakitkan jika ia memaksanya lebih lanjut.
"Tidak ada pilihan lain ya..." Aditya mengulurkan lengan kanan-nya untuk membantu Henzie berdiri, "Ehh...?"
"Ayo, biar aku bantu kau berdiri." Kata Aditya sehingga Henzie langsung tersipu ketika melihat sisi jantan-nya itu, dia ternyata seorang pria yang berbudi halus. Henzie mengangguk lalu menggenggam tangan-nya dan Aditya pelan-pelan mencoba untuk membantu diri-nya bangkit.
Henzie berhasil berdiri tetapi ia mencoba untuk jalan tetapi tidak bisa sehingga Aditya tidak memiliki pilihan lain selain menempatkan lengan kanan-nya di atas bahunya untuk membantu dirinya berjalan, "Ayo." Henzie bisa melihat ekspresi Aditya yang terlihat biasa saja, apakah dia tidak merasa malu ketika berdekatan sedekat ini dengan wanita? Henzie sendiri tidak bisa menahan rasa malu itu sampai wajah-nya memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pride of Indonesia
Fantasy~Original Story by LegendaNgawur~ ~Cerita ini Fiksi.. Tokoh, kelompok, tempat, hukum, dan nama yang digunakan dalam novel ini tidak ada hubungan dengan kehidupan sebenarnya~ ~Semua sejarah Indonesia masih sama dan tidak akan diubah juga para nama pa...