POI 34 - Terima Kasih

41 9 9
                                    

Ketika seluruh preman bertopeng itu meninggalkan Mana Battlefield maka dunia itu akan hilang juga sehingga Andrian melihat sekeliling dan semua-nya terlihat baik-baik saja, lain hari ia harus waspada dengan Mana Battlefield ini. Wilhelm menyentuh bahu-nya yang terasa pegal lalu ia menatap ke depan dan melihat Antoni yang sedang membawa Satria menuju putri agar semua luka-lukanya yang parah itu bisa disembuhkan secepat mungkin.

Seluruh polisi pengguna Mana itu mulai berbicara dengan Andrian, Andrian memberitahu semua informasi tentang kedua geng tersebut sehingga polisi wanita yang bernama [Friska] mulai memberitahu diri-nya bahwa Keraton Yogyakarta akan aman karena ia akan melepaskan beberapa tentara dan polisi untuk mengawasi Keraton Yogyakarta agar tidak diserang secara massal seperti tadi.

Beberapa dokter dan suster yang memiliki Mana mulai datang untuk menyembuhkan luka dan memulihkan Mana mereka, Daisy sendiri tidak bisa menyembuhkan Aditya sepenuh-nya karena luka yang ia alami besar sampai punggung-nya terdapat luka bakar besar. Untuk satu hari ini, hari ini adalah yang cukup buruk bagi mereka semua sehingga Andrian mulai berbicara dengan Antoni untuk mempelajari kemampuan Mana yang dapat membuat sebuah perangkap.

Tidak ada lagi preman yang akan berani menyerang secara diam-diam seperti tadi, Andrian sampai menyuruh Antoni untuk mencari pengawal yang memiliki Mana tetapi dia harus mencari yang benar, seseorang yang ingin melindungi bukan hanya mengarah uang yang akan diberikan oleh Andrian saja.

***

Daisy duduk di sebelah kasur sambil menatap Aditya yang masih tertidur, sudah dua kali ia membahayakan nyawa Aditya karena diri-nya yang ceroboh dan tidak bisa melindungi dirinya sendiri sama sekali. Ia mulai mengupas apel untuk Aditya ketika dia bangun tetapi sudah satu hari penuh ia masih tertidur, kondisi-nya tidak buruk karena ia sekarang sedang berada di fase pemulihan diri.

Andrian menyuruh Daisy untuk tetap menemani Aditya di kamar-nya, Henzie kali ini tidak sedang bersama Daisy karena ia memiliki tugas sendiri bersama Wilhelm dan Satria, walaupun Satria sudah beberapa kali diperintahkan untuk beristirahat oleh Putri dan Andrian, ia dengan keras kepala-nya ingin ikut dan membawa karena luka yang alami itu tidak seberapa sampai mereka menyerah dan membiarkan-nya pergi.

Daisy dan Aditya hanya berduaan di kamar, hanya terdengar suara gemuruh udara sejuk dan sinar terik matahari. Sekarang pukul [10:12] dan Aditya masih tertidur dengan damai, Daisy terus menyalahkan diri-nya tetapi Andrian memberitahu-nya bahwa semua itu bukan salah-nya melainkan semua preman itu memang sialan, tujuan mereka hanya membunuh dan menculik gadis yang masih suci.

Daisy berhenti mengupas apel lalu ia menempati piring di atas meja, ia meraih tangan Aditya lalu menggenggam-nya dengan sangat erat, "Aditya... terima kasih... sudah dua kali kau terluka seperti ini karena mencoba untuk menyelamatkan-ku, sepertinya aku benar-benar harus belajar untuk memberanikan diri-ku sendiri dari-mu."

Daisy menatap Aditya dengan ekspresi yang terlihat terharu, air mata mengalir deras melalui kedua mata-nya karena ia tidak bisa menahan air mata-nya itu ketika melihat Aditya yang masih tertidur. Daisy tidak mau kehilangan Aditya walaupun dia sudah mencoba untuk menyelamatkan diri-nya yang lemah ini, ia mulai menyentuh pipi Aditya.

"Hangat... tangan dan pipi-mu hangat sekali..." Daisy perlahan-lahan mendekat lalu membuka selimut Aditya sehingga ia bisa melihat tubuh bagian atas Aditya yang dipenuhi dengan luka, "Semua luka-luka ini pasti hasil dari perjuangan-mu ya... Aditya... kau sungguh berani..." Daisy masih menangis, ia mulai mengusap tubuh-nya dan rasa hangat mulai ia rasakan.

"Aku mencintai-mu... Aditya... andai saja kamu bisa lebih peka dan mengetahui perasaan-ku secara langsung, aku... tidak terlalu baik dalam menyatakan sebuah perasaan cinta, aku terlalu malu dan ini pertama kali-nya aku melihat seorang laki-laki yang begitu baik dan hebat di pandangan-ku sendiri." Untungnya tidak ada yang sedang berjaga di balik pintu kamar itu karena Daisy menyatakan perasaan-nya secara langsung kepada Aditya yang sedang tidur.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang