POI 40 - Bersenang-senang

41 8 5
                                    

Pukul [16:56], semua orang saat ini sedang melakukan aktivitas mereka masing-masing dengan berlatih dan mengurus sesuatu yang penting... Satria dan Antoni saat ini sedang mengelilingi kota Yogyakarta untuk mencari bukti tentang preman bertopeng itu, mereka juga tidak lupa untuk menanyakan warga. Saat ini mereka tidak mengenal takut dengan arti diserang secara mendadak karena Antoni memiliki kemampuan Mana yang dapat melarikan diri dengan mudah.

Daisy dan Putri saat ini masih fokus menciptakan beberapa tablet dan juga makanan dengan efek pemulihan, Andrian ikut berlatih bersama Wilhelm dan Aditya. Hanya Henzie sendiri yang tidak melakukan aktivitas penting kecuali tertidur, ia perlahan-lahan membuka kedua mata-nya karena seluruh Mana-nya telah kembali pulih.

Jika ia tertidur karena kehabisan Mana seperti tadi, jika dia mengulang-nya maka dia tidak akan tertidur lagi karena resiko kemampuan Mana hanya terjadi sekali sehingga resiko itu sendiri dapat membantu kemampuan Mana berkembang menjadi sesuatu yang lebih baik. Henzie duduk di atas kasur dan sadar bahwa ia melihat tiga kancing terbuka sampai menunjukkan dada-nya itu.

"E-Ehh...? A-Apa ini...?!" Henzie mulai panik ketika ia melihat kancing-nya terbuka tiga, seseorang pasti melakukan sesuatu yang mesum kepada diri-nya dan ia mencoba untuk tidak panik. Dengan menggunakan kedua mata-nya yang ia alirkan Mana, ia dapat melihat sidik jari dan sidik jari itu pernah ia lihat sebelum-nya.

"A-Aditya...? A-Apa yang dia lakukan pada tubuh-ku...?" Wajah Henzie berubah menjadi merah karena Aditya baru saja menyentuh kedua dada-nya tiga kali dan itu bukan membuat-nya marah melainkan ia merasa senang dan pertama kali, "Aku... disentuh oleh Aditya... proses--- tidak, apa yang aku kata--- sebentar lagi dia akan membu--- tindakan itu tidak layak... aku seorang gadis... dia seorang laki--- laki-laki yang akan mengha--- ahhhh...!!! Bodoh-bodoh-bodoh...!!!" Henzie mulai menutup wajah-nya dengan bantal sambil berguling di atas kasur.

Beberapa menit kemudian, Henzie keluar dari kamar mandi-nya dan ia melihat Aditya yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu dengan tubuh yang dipenuhi keringat, "Aditya... selamat datang kembali."

"Kamu sudah bangun ya, merasa baikan?" Tanya Aditya, ia mengambil handuk-nya karena ia ingin membersihkan tubuh-nya yang dipenuhi dengan keringat. Henzie mengangguk dan wajah-nya masih terlihat merah karena ia tidak menyangka Aditya yang tidak mengenal cinta dengan berani-nya menyentuh dada-nya sendiri, ia menyangka Aditya mungkin penasaran sampai ia tidak sengaja menyentuh-nya.

Aditya masuk ke dalam kamar mandi, untungnya ketika Henzie keluar dari kamar mandi... ia sudah memakai pakaian-nya, ia duduk di atas kursi lalu menatap diri-nya sendiri di depan cermin. Ia mulai menata rambut seperti biasa-nya dan menunggu Aditya untuk keluar dari dalam kamar mandi karena sebentar lagi makan malam, ia ingin pergi bersama-nya menuju ruangan makan.

Menghabiskan waktu selama tiga menit, Aditya keluar dengan pakaian baru-nya lalu ia melihat Henzie yang sedang duduk di atas kasur-nya sambil membaca buku Mana, ia melihat Aditya dan ia langsung tersenyum ketika melihat diri-nya yang terlihat sangat tampan, "Kenapa kamu masih disini...? Aku kira kau sudah pergi dan menunggu Daisy untuk menyediakan makanan."

"Aku menunggu-mu... aku ingin pergi bersama-mu..." Kata Henzie, Aditya mengerti lalu ia duduk di atas kursi sambil mengusap rambut-nya yang masih basah dengan handuk. Sebelum-nya ia berkunjung ke ruang makan dan melihat sebuah kue besar berwarna putih yang terlihat sangat lezat, ia ingin sekali memakan-nya bahkan ketika Daisy memberi-nya satu potongan kue... kue itu terasa kenyal dan empuk.

"Sepertinya satu minggu ini kita akan sibuk ya..." Kata Henzie, ia berhenti membaca buku lalu memeluk kedua lutut-nya sambil menatap Aditya.

"Aku ingin melihat-nya lebih jelas lagi... sesuatu yang empuk dan kenyal itu." Kata Aditya, ia mulai mengingat kue itu yang terlihat cukup lezat sampai ia melupakan nama dari makanan tersebut. Henzie tercengang ketika mendengar Aditya berbicara seperti itu, ia mulai membicarakan tentang dada-nya yang baru saja ia sentuh ketika siang.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang