POI 47 - Api Tekad

37 8 6
                                    

Hari yang akan menentukan hukuman sudah tiba, Ajax memerintah seluruh anggota-nya untuk tetap waspada dan bertarung demi kebebasan diri mereka masing-masing untuk menguasai kota Yogyakarta. Jika mereka menang maka kota Yogyakarta sudah pasti akan hancur dan tidak ada lagi yang bisa menghentikan mereka semua, mereka tidak memilih untuk melarikan diri karena mereka sudah menunggu hari ini... hari dimana mereka akan menaklukkan Yogyakarta.

Hujan turun dengan deras dari kemarin, tidak ada yang perlu mereka khawatirkan karena hujan seperti ini cukup menyenangkan... bertarung dalam hujan yang turun cukup deras. Kedua belah pihak sudah sepenuhnya siap dan entah kenapa jam berjalan cukup lama karena malam hari adalah dimana penyerang itu akan dimulai, malam hari adalah hari yang pas agar mereka bisa menyembunyikan semua mayat itu.

Malam hari juga candi prambanan pasti sepi walaupun mereka bertarung di Mana battlefield, Andrian menoleh kepada jam dinding dan jam itu memperlihatkan pukul [17:22]. Sebentar lagi pertarungan akan dimulai, ia bersama Putri saat ini sedang saling menyemangati dan menghabiskan waktu bersama. Putri tidak merasa khawatir melainkan gugup karena ia bersama Andrian akan menikah sebentar lagi.

Satria yang sedang duduk di atas kasur-nya sambil menatap luar jendela mulai menikmati rokok dan cangkir kopi-nya itu. Tidak ada lagi yang lebih menenangkan dibandingkan dengan kedua benda yang selalu ia bawa yaitu rokok dan cangkir, ia melihat hujan mulai bertambah besar sehingga hujan itu tidak akan berakhir sebelum malam tiba. 

Satria menoleh kepada tongkat-nya dan ia mulai mengingat Antoni, tujuan utama-nya adalah menghukum mereka semua karena ia sudah tidak perlu mengarah seseorang lagi karena Marco dan Steve sudah terbunuh. Entah kenapa Satria bisa ikut campur dalam masalah ini, awal-nya di mulai ketika ia bertemu dengan Wilhelm dan Aditya hingga sekarang masalah itu meninggalkan beberapa ingatan dan tanda untuk diri-nya seperti luka di mata kanan-nya itu.

Wilhelm sebelum pergi untuk bertarung, ia membaca kembali buku kecil yang selalu ia bawa untuk melihat seluruh kemampuan Mana musuh-nya sendiri. Aditya saat ini sedang mengalami waktu yang sangat menyenangkan bersama Henzie dan Daisy bertiga di dalam kamar dengan pintu yang terkunci... sebentar lagi ia bersama Henzie akan bertarung bersama untuk menghukum semua preman bertopeng itu.

Pukul [19:23], Andrian mengetuk pintu kamar Aditya dan Aditya langsung membuka-nya... wajah-nya terlihat serius sekarang dan bahkan ia bisa melihat gambar benda merah putih di kedua pipi-nya, ia sekarang benar-benar terlihat seperti pejuang negara. Aditya bergerak melewati Andrian karena ia sudah siap untuk masuk ke dalam mobil.

Andrian menoleh kepada Henzie dan Daisy dimana wajah mereka terlihat mereka juga ekspresi mereka terlihat malu, ketika di pikir-pikir lagi... Andrian tadi mencoba untuk membuka pintu kamar-nya tetapi terkunci, itu artinya mereka bertiga bisa saja melakukan sesuatu di dalam kamar tidur dan ia juga sampai terkejut ketika melihat kasur besar itu mulai berantakan sampai seprai-nya bisa berada di atas lantai.

"Apa seseorang menyera---" Henzie dan Daisy pergi melewati Andrian sehingga ia bisa menembak-nya, "Astaga... Aditya... apa yang kau lakukan kepada mereka?"

Kelompok Api tekad sudah masuk ke dalam mobil Wilhelm, Satria dan Aditya memiliki penampilan yang terlihat sama karena gambar benda di kedua pipi-nya tetapi Satria terlihat menonjol karena pita merah putih yang langsung ia gunakan. Wilhelm menyalakan mesin mobil-nya dan mulai memanaskan mesin tersebut.

Daisy melihat keluar jendela dan melihat banyak sekali mobil berwarna hitam dan juga mobil polisi, seperti mereka semua berada di pihak yang sama untuk menghentikan kejahatan yang disebabkan oleh preman bertopeng itu. Wilhelm memperingati mereka semua bahwa ia akan menjalankan mobil-nya sekarang, mereka sepenuh-nya siap sehingga semua mobil itu melaju cepat menuju candi prambanan.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah tiba di jalan menuju candi prambanan itu... tidak jauh sehingga Wilhelm memperingati mereka semua bahwa ia melihat lingkaran biru yang menandakan Mana Battlefield. Mereka semua mulai bersiap dan mengeluarkan senjata mereka masing-masing.

"Putri... Daisy... kalian tepat disini bersama pelayan yang akan menjaga kalian." Kata Andrian yang mulai mengalirkan kedua mata-nya dengan Mana, ia bisa melihat banyak sekali preman bertopeng yang sudah menunggu kedatangan mereka. Satria dan Aditya keluar dari mobil itu lalu ia melompat masuk ke dalam Mana Battlefield sehingga mengejutkan mereka dengan serangan bambu runcing dan silet secara bersamaan.

Semua preman yang mencoba untuk menyerang mobil itu langsung terbunuh karena tertusuk dengan bambu runcing yang Aditya lepaskan, Satria juga berhasil menusuk leher mereka menggunakan silet sehingga mobil polisi dan hitam mulai berdatangan. Perang di mulai dan Ajax sendiri terkesan melihat mereka bisa mengetahui perangkap yang sudah ia pikirkan sejak pagi.

Aditya mengarah Ajax dan Ajax langsung tersenyum sinis ketika melihat diri-nya, Aditya mengalirkan kedua kaki-nya dengan Mana lalu ia melompat menuju arah candi tersebut. Beberapa preman bertopeng yang menggunakan busur dan senapan mencoba untuk menyerang-nya tetapi mereka berakhir terbunuh karena serangan jarak jauh Satria dan Henzie.

Henzie mulai membidik Aditya yang saat ini sedang bertarung satu lawan satu melawan Ajax, mereka bertarung menggunakan tangan kosong tetapi pertarungan tangan kosong itu terlihat seperti setara tetapi Aditya lebih mahir dalam seni bela diri-nya sehingga ia hampir saja mengunci leher Ajax tetapi ia berhasil melarikan diri dengan memukul perut-nya lalu melompat ke atas dan melepas satu panah.

Henzie membidik panah itu lalu ia melepaskan satu panah yang mengenai panah Ajax sehingga ia terkejut ketika melihat seseorang membantu-nya dari jauh, Ajax menoleh ke arah-nya dan ia terlihat kesal tetapi ia menghilang begitu cepat sehingga menyambut Ajax dari depan dengan menendang wajah-nya sampai ia mengenai tembok candi itu dan Aditya memutarkan tombak-nya lalu melempar-nya ke arah Ajax.

Ajax berhasil menghindari-nya tetapi serpihan bambu runcing yang hancur itu mampu menyayat pipi dan lengan-nya, ia kembali bangkit untuk melawan Aditya... ia tidak perlu lagi berurusan dengan Henzie karena ia bersiul keras untuk memanggil seseorang. Siulan itu bisa terdengar jelas sehingga seorang gadis mulai memukul wajah Henzie sampai ia terlempar dan mengenai batu-batuan.

"Ack...!" Henzie kembali bangkit dan berhasil menghindari serangan lain-nya, pukulan itu kuat sekali sehingga ia memiliki luka tebas di pipi-nya itu, "Sialan... kau menggunakan knuckles ternyata." [Knuckles] bahasa inggris dari Keling atau Harkeling.

"Aku dengan senang hati akan menghancurkan tulang-tulangmu itu, gadis Belanda sialan..." Gadis itu tersenyum jahat lalu ia bergerak maju ke arah Henzie dan melancarkan beberapa pukulan tetapi Henzie dapat menahan dan menghindari semua serangan itu dengan mudah sampai ia melompat ke atas lalu mengunci leher-nya dari belakang tetapi gadis itu dapat membebaskan diri-nya dengan menggesek kedua keling-nya itu.

Gesekan itu secara refleks membuat Henzie melepas diri-nya lalu ia melompat ke belakang sehingga terjadi ledakan di sebelah-nya, "Aku mencium bensin dan bubuk mesiu... pertarungan ini seperti-nya akan berjalan sulit." Henzie membidik gadis itu dengan busur-nya lalu ia melakukan tarian tradisional-nya untuk meningkatkan serangan dari busur dan panah-nya.

"Nama-ku adalah Melinda---"

"Tidak perlu memperkenalkan diri karena nama itu pasti akan aku lupakan ketika aku menang melawan-mu!" Henzie mengalirkan tubuh-nya dengan Mana lalu ia bergerak maju ke arah Melinda dan ia ingin mengakhiri pertarungan ini secepat mungkin untuk bisa membantu Aditya.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang