POI 25 - Wisata

46 12 3
                                    

Aditya saat ini sedang berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh-nya, mandi dengan air dingin juga cukup membuat diri-nya tenang dengan semua beban yang ia angkat sejak dulu sampai sekarang, ia mulai menoleh ke atas dan menyiram diri-nya dengan air yang dingin agar bisa kembali semangat dan senang karena sekarang ia sudah aman di kota Yogyakarta juga ia memiliki banyak teman yang dapat dipercayai.

Andrian dan Putri saat ini sedang menyuruh seluruh pelayan-nya untuk menyiapkan sebuah ruangan yang sangat besar untuk dijadikan sebagai tempat tidur, tiga ruangan kamar tidur yang sedang disiapkan oleh para pelayan itu. Saat ini Satria dan Wilhelm pergi untuk mencari bahan makanan karena Putri akan menyiapkan makan siang dan makan malam yang cukup lezat.

Henzie dan Daisy mengelilingi wisata keraton itu bersama dengan para turis lain-nya, sebagai orang Belanda yang belum pernah mengunjungi satupun wisata yang ada di kota Indonesia... hal kecil apapun itu mereka sampai terkesan, mereka menghabiskan waktu yang cukup lama juga untuk melihat-lihat isi Keraton Yogyakarta yang begitu besar.

Aditya selesai mandi, ia mulai keluar dari kamar mandi dan melihat  sebuah pakaian yang sudah disediakan oleh pelayan. Aditya mengambil baju-nya dan ia langsung terkejut bahwa baju yang memiliki motif baik, ia sangat menyukai sehingga ia langsung berpakaian dan pergi keluar untuk mencari Andrian.

Aditya mengelilingi Keraton Yogyakarta sampai ia tersesat dan tidak melihat siapapun, ia mulai khawatir bahwa musuh bisa saja menyerang tetapi ketika ia memikirkan-nya lagi... tidak mungkin mereka menyerang di kawasan wisata seperti ini, mereka akan menakuti seluruh turis. Aditya melewati koridor di Kedhaton dengan latar belakang Gedhong Jene dan Gedhong Purworetno.

Ia bisa melihat Andrian yang sedang berbicara dengan seorang pelayan, ia menghampiri-nya lalu mulai menepuk punggung sehingga Andrian menatap diri-nya, "Kau terlihat seperti orang yang baru, Aditya. Benar-benar orang yang berasal dari era orde baru ini." Andrian terkekeh.

"Aku menghormati pujian-mu itu, Sultan."

"Sudahlah, panggil saja nama-ku, tidak perlu memanggil-ku dengan sebutan seorang Sultan." Andrian mulai mengajak Aditya untuk mengelilingi Keraton Yogyakarta agar ia bisa menenangkan diri, beristirahat seperti melihat berbagai hal yang terdapat di Keraton itu bisa dijadikan sebagai latihan untuk meningkatkan jumlah sumber Mana karena ketenangan dalam pikiran dan juga jiwa.

Ketika mereka mengelilingi Keraton itu, Aditya bisa melihat Henzie dan Daisy sedang berada di Bangsal Sri Manganti tempat pertunjukan tari dan seni karawitan gamelan di Kraton Yogyakarta. Daisy tersenyum ketika melihat Aditya kembali, ia mulai mengajak Henzie untuk menonton-nya bersama Aditya.

"Aditya... motif batik benar-benar cocok untukmu." Daisy terkekeh sambil menatap baju Aditya, "Kau terlihat semakin gagah." Daisy mengacungkan jempol-nya dan Aditya mulai terkekeh pelan lalu ia bersama Henzie dan Daisy mulai melihat beberapa tarian tradisional yang berasal dari Yogyakarta. Andrian mulai meninggalkan karena beberapa pelayan baru saja memanggil-nya.

Mereka mulai menikmati wisata Keraton ini, seorang pemandu mulai mengajak seluruh turis untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang akan menunjukkan berbagai tarian yang berasal dari Yogyakarta. Aditya mencari sebuah tempat duduk yang nyaman untuk bisa melihat semua tarian itu, Putri tiba-tiba melihat mereka lalu menghampiri mereka untuk mengajak duduk di tempat VIP agar mereka bisa berbicara sambil melihat semua tarian itu.

Tempat VIP itu cukup nyaman karena mereka duduk di bagian paling atas, "Ngomong-ngomong soal Keraton Yogyakarta ini, benar-benar hebat loh! Aku semakin menyukai Indonesia." Kata Daisy, Putri langsung terkekeh karena ia senang mendengar hal itu dari orang yang berasal dari luar Negara.

Pertunjukan dimulai dan memperlihatkan tarian yang pertama bernama Tari Beksan Lawung Ageng... karena Daisy dan Henzei tidak mengetahui tarian tradisional jadi Putri harus menjelaskan-nya kepada mereka sedangkan Aditya hanya diam dan menikmati pertunjukan itu karena kepala-nya masih terasa pusing ketika selesai bertarung melawan Andrian.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang