POI 43 - Rasa Hormat

29 7 5
                                    

Satria mengepalkan kedua tinju-nya lalu ia menatap ke depan sambil melihat Marco yang dipenuhi dengan keringat, ia tidak merasa takut karena emosi amarah-nya lebih tinggi dari rasa takut yang menyelimuti diri-nya ketika menatap tatapan Satria yang berbeda. Ia terlihat lebih serius dan tegas sekarang tetapi itu semakin membuat Marco kesal karena ia baru saja membunuh sahabat-nya yaitu Steve.

Marco sudah merencanakan balas dendam-nya di tempat seperti ini, tempat yang bisa disebut sebagai dominasi untuk diri-nya karena ia tidak sabar untuk mengubah Satria menjadi potongan daging kecil menggunakan jangkar dan kemampuan Mana sihir-nya yang dapat mengontrol tanah. Satria tidak melakukan pergerakan-nya sebelum ia melihat Marco menyerang duluan karena ia sudah bisa melihat situasi yang ia hadapi saat ini.

"Mana Burst...!!!" Marco mulai menggunakan Mana Burst-nya karena ia ingin pertarungan berakhir dengan cepat, wilayah candi prambanan mulai berguncang seperti terkena gempa bumi. Satria menoleh ke belakang dan melihat beberapa batu besar yang melayang di belakang-nya lalu terbang ke atas udara, Marco mengangkat kedua jangkar-nya ke atas lalu ia memutar-nya sehingga menciptakan angin topan.

Satria mencoba untuk menahan tubuh-nya agar tidak terbawa dengan angin itu tetapi beberapa serpihan batu kecil meninggalkan beberapa luka sayat di wajah dan tubuh-nya, Satria melihat situasi yang mulai memburuk, ia bisa melihat beberapa preman lemah terbawa angin dan terjebak di putaran jangkar itu dengan hasil mereka langsung berubah menjadi potongan daging kecil.

Marco melempar beberapa batu besar itu ke arah Satria dan Satria mengepalkan kedua tinju-nya lalu ia melancarkan beberapa pukulan yang mampu menghancurkan semua batu itu tetapi batu yang ia hancurkan bukanlah sekedar batu biasa yang sudah di alirkan Mana... Satria merasa seperti meninju sesuatu yang sangat keras, ia berputar lalu menghantam semua batu-batu itu menggunakan kedua tinjunya.

"Semua luka ini hanyalah luka biasa...!!!" Satria melayangkan pukulan-nya dengan cepat sekarang sehingga Marco merapatkan gigi-nya, ia merasa kesal melihat Satria berhasil menahan semua serangan batu itu dan juga angin besar yang tercipta dari putaran jangkar-nya itu tidak mampu untuk menari Satria.

Satria menghisap rokok-nya sampai habis lalu ia menjatuhkan puntung rokok-nya itu, Satria membuka mulut-nya dengan sangat lebar dan menghisap semua angin topan itu dengan mudah sampai Marco tercengang ketika melihat Satria dapat melakukan kemampuan Mana mengerikan seperti itu, putaran jangkar-nya tidak lagi menimbulkan angin besar itu tetapi semua batu yang melayang di atas langit itu mulai berjatuhan menuju arah Satria.

"MANA BURST!!!" Seru Satria keras sehingga ia menghembuskan asap rokok besar yang mampu menghalangi wilayah candi prambanan itu, Marco tercengang ketika melihat-nya bahkan Ajax tidak menyangka bahwa ia juga dapat meningkatkan kemampuan Mana sihir-nya sampai bisa menggunakan Mana Burst yang sangat kuat itu. Wilayah candi prambanan dipenuhi dengan asap rokok sampai mereka yang menghirup asap itu langsung batuk-batuk.

Ajax sebelum-nya melihat tubuh Satria yang dipenuhi dengan garis abu-abu di bagian kepala-nya, ia tidak bisa melihat apapun dan ia mencoba sekuat mungkin untuk tidak menghirup asap itu. Ajax melepaskan beberapa panah di sekitar-nya untuk menghapus semua asap itu agar ia bisa kembali bernafas, Antoni tidak memiliki pilihan lain selain mengayunkan tongkat-nya beberapa kali sampai asap di sekitar-nya mulai menipis.

"Sungguh Mana Burst yang cukup mengerikan... asap rokok ini dapat membunuh manusia jika mereka menghisap asap itu dengan sangat banyak, asap ini juga dapat melemahkan musuh dengan membuat-nya batuk-batuk." Antoni masih bisa melihat beberapa preman bertopeng yang mulai berdatangan.

Satria menggunakan Mana Burst-nya untuk meningkatkan kemampuan Mana tipe sihir-nya itu, Mana Burst itu mampu mengubah udara yang Satria hisap menjadi asap rokok sehingga ketika ia menghembuskan-nya melalui mulutnya maka jumlah asap itu sangat besar bahkan bisa sampai menghalangi seluruh wilayah candi prambanan. Satria berada di dalam asap itu bisa bernafas karena kedua paru-parunya sudah ia alirkan Mana agar bisa bernafas di dalam asap itu.

Mereka semua tidak dapat melakukan-nya karena aliran Mana itu harus bisa dilatih dengan benar dan sangat teliti, Marco mulai panik dan terus batuk-batuk... ia tidak bisa melihat Satria karena asap rokok itu berwarna hitam seolah-olah ia terjebak di dalam kegelapan tetapi dengan bantuan pendengar tajam-nya, ia mengarahkan jangkar itu ke arah Satria tetapi Satria dengan mudah menghancurkan jangkar itu menggunakan kedua tinju-nya.

Satria bisa melihat jangkar yang hancur itu mulai membentuk rantai yang mengikat kedua kaki-nya tetapi Satria berhasil memutuskan rantai itu lalu menarik-nya sehingga Marco tiba di hadapan Satria dengan ekspresi yang terlihat ketakutan, "S-Sebenarnya kau ini siapa... uhuk... kemampuan... uhuk... mana... uhuk... apa..."

'Aku adalah seorang pejuang negara Indonesia..." Satria menarik kedua lengan Marco menggunakan tangan kanan-nya dan satu tarikan saja sudah mampu memutuskan lengan-nya itu, "Uwaaaaggghhhh!!! Sakit...!!!" Marco terjatuh dan kedua lengan-nya menyemburkan darah yang mengalir deras, itu mencoba untuk melarikan diri tetapi Satria mengikat kedua kaki-nya itu.

"Sudahlah, tidak ada gunanya... lebih baik kau menikmati asap rokok ini, paru-parumu akan tersenyum." Satria tersenyum lalu ia menyalakan rokok lain-nya dan menghisap-nya sekali, setelah itu ia mengenakan ujung rokok-nya dengan dahi Marco lalu ia mengalirkan rokok-nya dengan Mana sampai rokok itu masuk ke dalam otak Marco dan menghancurkan isi otak-nya.

"Hukuman terlaksana..." Tubuh Satria mulai merasa lemas dan Mana-nya terkuras habis ketika ia melepaskan asap rokok-nya itu, semua asap-nya hilang begitu saja karena faktor dari Mana Satria yang sudah hampir habis. 

Satria sontak kaget ketika melihat kedatangan preman bertopeng lain-nya yang mencoba untuk menghabisi diri-nya karena ia sudah kehabisan Mana. Untung-nya Antoni datang untuk menyelamatkan Satria dan meninggalkan diri-nya di tempat yang lebih aman karena sekarang... mereka tidak memiliki celah untuk melarikan diri, kesempatan mereka untuk mati seperti-nya sangat besar.

"Aku masih bisa..." Satria berlutut di atas tanah karena kedua kaki-nya terasa sangat lemas, "Kau sudah mencapai batasan-mu itu... serahkan semua ini kepada-ku, aku akan membuat sebuah jalan untuk kita!" Antoni mengusap kumis-nya lalu ia memutar tongkat-nya untuk bersiap menghadapi mereka semua seorang diri.

Beberapa silet mulai Satria lemparkan agar bisa melindungi diri-nya, percuma saja jika semua preman itu mencoba untuk menyerang Satria karena mereka pasti akan berakhir menjadi potongan daging kecil, Satria mundur beberapa langkah ke belakang lalu ia mengeluarkan tablet terakhir tetapi ia tidak membutuhkan-nya sehingga ia melemparnya kepada Antoni dan ia langsung mengambil-nya.

"Serahkan semua ini kepada-ku, wahai Satria!" Antoni mengeluarkan dua tongkat sekarang dan ia segera maju ke depan dengan ekspresi yang terlihat serius, Ajax bersama preman bertopeng lain-nya yang sedang berada di atas candi prambanan mulai melepaskan beberapa panah dan peluru yang meluncur cepat.

Antoni menghancurkan semua serangan yang berasal dari jarak yang sangat jauh itu menggunakan tongkat-nya tetapi beberapa peluru berhasil mengenai tubuh-nya, Antoni mencoba untuk menyerang preman yang berada di jarak jauh tetapi ia selalu saja dihalang oleh preman yang memegang senjata yang sudah di alirkan oleh Mana. Sepertinya semua preman bertopeng itu tidak bisa diremehkan begitu saja karena mereka cukup terlatih.

Antoni mengayunkan kedua tongkat-nya dan berhasil menghancurkan organ-organ tubuh mereka dengan mudah, beberapa peluru melesat dari belakang dan Antoni menoleh ke belakang lalu melempar tongkat-nya ke arah candi prambanan itu sehingga mengenai beberapa dari mereka tetapi Ajax berhasil menghindari-nya dengan mudah.

"Babu ini... berani-berani sekali dia mempermalukan geng kita! Bunuh dia dan jangan sampai kalian kalah! Geng bertopeng akan terus kekurangan anggota jika seperti ini...!!!" Seru Ajax keras.

Antoni melompat ke belakang dan tubuh-nya sudah dipenuhi dengan luka yang mengeluarkan darah deras, "Jadi seluruh anggota geng bertopeng satu ini sudah sepenuh-nya terlatih ya... itu artinya tidak ada lagi preman bertopeng yang akan terus berdatangan..."

"...perbuatan jahat kalian berakhir sekarang juga!"

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang