Satria mengarah seorang pria yang memakai busur dan dia adalah inti pemimpin dari semua preman bertopeng, Ajax... Antoni memegang erat kaki-nya lalu ia melempar Satria ke arah Ajax sehingga pria itu sendiri terkejut ketika melihat Satria dengan gegabah-nya maju ke depan. Ajax membidik wajah-nya dengan panah tetapi panah itu langsung hancur oleh silet yang ia lepaskan.
Ajax terkejut ketika melihat pergerakan dari silet itu tidak dapat ia lihat walaupun dia sudah mengalirkan kedua mata-nya menggunakan Mana, Satria tiba di hadapan-nya sambil melancarkan satu pukulan yang mengenai wajah-nya, satu pukulan itu mampu menghancurkan setengah dari topeng Bapang yang ia gunakan sampai ia merasa kesal lalu menendang Satria mundur.
Mereka berdua jatuh di atas candi prambanan, di Mana Battlefield... wisata apapun itu, tempat tersebut akan tidak bisa dihancurkan karena seluruh tempat sakral atau bersejarah memiliki segel tersendiri yang tidak dapat dengan mudah dihancurkan begitu saja. Satria dan Ajax saat ini bertarung satu lawan satu, Ajax terlihat kesal ketika Satria memiliki kemampuan bela diri yang sangat hebat, ia menggunakan seluruh ilmu bela diri yang ia ketahui.
Ajax berputar lalu mengenai satu tendangan di wajah Satria dan mampu membuat diri-nya terdorong ke belakang, Satria menatap ke depan lalu tercengang ketika diri-nya menghilang begitu saja, "Sial... Sebagai pemimpin kau pengecut juga untuk bertarung melawan seorang manusia biasa seperti-ku, tunjukkan karisma itu dan lawanlah aku!"
"Kau adalah pejuang negara... sudah pasti kau akan sangat mahir dalam bertarung, aku tidak menyangka kakek tua seperti-mu dapat mengalahkan generasi baru seperti-ku." Ajax mulai berbicara dan suara-nya bisa terdengar jelas oleh Satria, ia mencoba untuk mencari diri-nya sebelum Ajax melakukan serangan secara diam-diam.
Satria mendengar suara panah yang meluncur ke arah-nya, beberapa silet ia keluarkan lalu lempar sehingga menghancurkan semua panah di sekitar-nya tetapi semua panah yang hancur itu mulai menimbulkan ledakan besar yang mampu menghalangi tubuh Satria. Ajax saat ini sedang bersembunyi di balik candi itu sambil membidik Satria dengan busur-nya itu.
"Kau terlalu gegabah untuk melawan seorang pengguna Mana seperti-ku, kau tidak akan bisa bertahan dari ledakan apapun itu... semua-nya telah dikuasai dengan bubuk mesiu, kemampuan Mana-ku cukup hebat juga bahkan aku yakin bisa menghancurkan satu negara dengan kekuatan penuh-ku." Ajax tersenyum jahat lalu ia membuka topeng-nya, ia tidak perlu lagi menyembunyikan identitas-nya kepada seseorang yang sudah mati.
Ajax berdiri di atas candi paling atas sambil menatap asap hitam itu, ledakan tadi sepertinya sudah membantu Satria tetapi ia salah ketika merasakan tekanan Mana besar di sekitar-nya, "A-Apa ini!?" Satria melompat keluar dari dalam asap itu lalu ia mencekik leher Ajax dengan sangat erat, setelah itu ia melempar-nya ke bawah lalu menghantam wajah-nya beberapa kali menggunakan kedua tinju-nya yang sudah ia alirkan Mana.
"Belegug sia! Belegug sia! Belegug sia! Belegug sia! Belegug sia!" Satria terus mengatakan-nya setiap pukulan keras itu mengenai wajah Ajax, pukulan dan cekikan tadi tidak mampu membunuh Ajax karena tubuh-nya sudah ia alirkan dengan Mana yang dapat meningkatkan pertahanan-nya itu, Ajax tidak menyangka bahwa Satria memiliki kemampuan Mana hebat yang dapat menyelamatkan diri-nya dari ledakan tadi.
Ajax berhasil melawan balik dengan menendang perut-nya sampai ia terdorong ke belakang, Ajax kembali bangkit lalu ia membidik busur-nya ke depan dan Satria sudah mempersiapkan pukulan berhadiah untuk Ajax, "Ini hadiah untuk-mu!!!" Ajax tidak sempat untuk melepaskan panah-nya karena jarak-nya dengan Satria sangat dekat sehingga sebuah rantai mulai membelit perut Ajax lalu menarik-nya turun dari candi itu.
Pukulan Satria mengenai jangkar keras yang mampu mematahkan tulang tapak kanan-nya itu, Satria merapatkan gigi-nya karena ia sudah tidak merasa asing lagi dengan jangkar itu. Seorang kakak dari penambang yang ia bunuh sebelum-nya, "Grrgghhhh..." Satria terbakar penuh dengan emosi karena ia tadi hampir saja membunuh Ajax, tapak kanan-nya tidak bisa ia gerakan dan Ajax menyambut-nya dari atas dengan melepaskan satu panah yang terbelah menjadi sepuluh panah.
Satria hanya diam, ia tidak memiliki celah untuk melarikan diri melainkan menerima semua serangan itu seperti seorang prajurit yang layak, pejuang negara seperti-nya masih belum merasakan kesakitan apapun bahkan terkena ledakan dari jarak yang dekat tidak akan menghentikan-nya, ia sempat untuk mengeluarkan sebuah tablet dan juga pita merah putih yang ia langsung gunakan.
"Indonesia... tanah air beta... pusaka abadi nan jaya...." Tubuh Satria mulai terbakar dengan api merah dan putih, ia masih berdiri tegak dan melihat panah itu menusuk batu di sekitar-nya lalu menyebabkan ledakan besar sehingga Antoni sendiri melihat-nya dan terkejut, kemungkinan besar Satria tidak akan selamat ketika menerima sepuluh ledakan dari panah itu.
Antoni saat ini tidak bisa melarikan diri karena ia diserang oleh banyak sekali preman yang bersenjata pisau dan tombak kayu tetapi ia sendiri dapat mengalahkan mereka semua dengan mengayunkan tongkat-nya itu. Tongkat-nya sudah ia alirkan Mana sepenuh-nya agar serangan yang mengenai musuh dapat meninggalkan kerusakan besar seperti menghancurkan organ-organ tubuhnya.
Kemampuan Mana-nya lebih menonjol dengan serangan dan kecepatan terutama tongkat-nya itu yang sangat mematikan dan dapat meninggalkan lubang besar bagi musuh-nya jika ia mencoba untuk menusuk udara menggunakan tongkat yang ia pegang, "Kalian memiliki kesopanan yang tinggi ya, untuk melayani seorang pria tua seperti-ku." Kata Antoni sambil memegang kumis-nya, ia terus membunuh mereka semua dengan satu serangan tongkat tersebut.
Antoni masih tidak percaya dengan Satria yang kalah begitu saja, ia menundukkan kepala-nya untuk memberi kehormatan besar kepada Satria tetapi asap yang menghalangi candi itu mulai menghilang dan terlihat Satria melompat tinggi ke atas menghampiri Marco yang mencoba untuk menyerang-nya dari jarak yang sangat jauh.
Satria mendarat di hadapan Marco dengan ekspresi yang terlihat serius, Marco sontak kaget ketika ia bertahan hidup walaupun sudah terkena sepuluh panah ledakan tadi. Ajax dari jarak yang sangat jauh melihat Satria terluka di bagian tengah-nya saja dan bahkan kepala-nya dipenuhi dengan darah yang mengalir deras, "Aku memang sudah kebal dan tidak pernah takut dengan rasa kesakitan, sejak jaman penjajahan... aku lahir untuk memperjuangkan indonesia sampai menginjak puncak kemerdekaan!"
"Tetapi sayang sekali, semakin maju era maka semakin bermunculan rakyat Indonesia yang terus merugikan tanah air ini. Ledakan tadi itu kuat tetapi aku masih tidak bisa merasakan arti dari kesakitan tersebut, lebih menyakitkan lagi jika kau sudah memperjuangkan negara tetapi rakyat-nya sendiri tidak bersyukur sehingga menyebabkan kejahatan yang dapat merugikan negara-nya sendiri...!" Satria mengeluarkan rokok-nya lalu ia menyalakan-nya, ia sudah memastikan bahwa hari ini adalah pertarungan terakhir-nya melawan Marco, ia harus segera dihukum mati.
Ajax dari jarak jauh terus melepaskan beberapa panah ke arah Satria, panah itu tidak mampu mendekati-nya karena silet yang Satria lepaskan menghancurkan semua panah itu menjadi kepingan kecil. Walaupun kepingan kecil itu masih menimbulkan ledakan, setidaknya Satria dapat menikmati pertarungan satu lawan satu yang adil melawan Marco, preman bertopeng lain-nya yang mencoba untuk mengganggu Satria berakhir menjadi potongan daging kecil.
"Silet-ku sekarang sudah menjaga-ku... silet yang membunuh semua rekan dan bahkan panah dari pemimpin sialan-mu, silet itu bisa disebut sebagai wasit untuk-ku karena aku ingin pertarungan kita berjalan dengan adil. Kau dengan jangkar-mu itu dan aku dengan kedua lengan ini!" Satria menghembuskan asap rokok keluar melalui hidung-nya lalu ia memegang tinju-nya sendiri.
Ajax dan Marco menyadari kemampuan Mana lain-nya, itu terletak jelas pada kedua lengan-nya yang terlihat biasa saja. Ledakan tadi tidak mampu meninggalkan luka gores apapun kepada lengan-nya karena kemampuan Mana-nya dapat mengubah kedua lengan-nya menjadi keras dan tajam seperti besi bahkan beberapa tingkat lebih atas dari besi juga baja. Itulah kenapa wajah Ajax saat ini masih terus mengalirkan darah yang deras.
"Pukulan yang cukup mengerikan... untung-nya aku melatih kemampuan Mana yang dapat meningkatkan fisik dan pertahanan-ku." Kata Ajax, ia mulai mengusap darah-nya dan menoleh kepada Antoni yang terlihat seperti memenangkan pertarungan melawan preman bertopeng yang berjumlah banyak sekali.
"Kalian mungkin melukai-ku dan menumpahkan beberapa darah yang ada di dalam diri-ku... tetapi ada satu hal yang kalian tidak bisa hapuskan dari dalam diri-ku..."
"...HARGA DIRI SEORANG RAKYAT INDONESIA YANG MENCOBA UNTUK MELINDUNGI TANAH AIR-NYA!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pride of Indonesia
Fantasy~Original Story by LegendaNgawur~ ~Cerita ini Fiksi.. Tokoh, kelompok, tempat, hukum, dan nama yang digunakan dalam novel ini tidak ada hubungan dengan kehidupan sebenarnya~ ~Semua sejarah Indonesia masih sama dan tidak akan diubah juga para nama pa...