POI 12 - Dankjewel

82 14 10
                                    

"Mffffhhhh!!!" Daisy melihat Aditya yang tertembak sampai ia bisa melihat darah yang mengalir keluar dari luka-nya itu, ia berpikir bahwa Aditya terbunuh karena serangan tadi itu, dia terbunuh karena mencoba untuk menyelamatkan diri-nya yang tidak bisa melakukan apapun walaupun sudah diberkahi sumber Mana untuk  Daisy.

Daisy mencoba sekuat mungkin untuk melepaskan ikatan yang mengikat kedua lengan-nya juga tali yang menutup mulut-nya, tentara yang duduk di sebelah-nya tadinya sedang membaca buku tetapi ia bisa melihat sandera-nya yang mencoba untuk melarikan diri, ia langsung menghantam wajah Daisy dengan tinju yang di alirkan Mana sampai ia pingsan.

"Sungguh gadis yang bod---"

Jroott...!!!

Kepala tentara yang tadi memukul Daisy langsung hancur ketika sebuah bambu runcing menusuk kepala-nya itu, tentara lain-nya dan supir langsung tercengang ketika melihat itu karena Aditya masih hidup... bisa terlihat jelas dari serangan bambu runcing-nya itu, tentara lain-nya membuka atap mobil-nya lalu ia berdiri untuk melihat situasi di luar dengan kedua senapan otomatis yang sudah ia siapkan.

"Status?! Apakah kau melihat dia!?" Tanya supir itu.

"Tidak... aku tidak melihat diri---" bambu runcing yang berada di sebelah Daisy mulai bergerak sehingga menusuk perut tentara tersebut lalu bambu runcing itu mencabik-cabik organ-nya tubuh sehingga keluar melalui mulut-nya, hasilnya tentara itu terbunuh dengan cara yang cukup mengerikan.

Awal-nya jumlah dari tentara yang menculik Daisy berjumlah lima dengan seorang supir yang mengendarai mobil tersebut, kedua teroris yang masih bertahan hidup itu mulai menghancurkan bambu runcing itu dengan mengeluarkan pisau tajam mereka yang di alirkan Mana, mereka menoleh ke belakang dan melihat Aditya yang sedang lari mengejar mereka dengan pergerakan-nya yang tidak normal itu.

"Si sialan itu masih hidup..." Kata salah satu dari teroris itu, ia bisa melihat luka di bagi kening-nya yang masih mengeluarkan darah, wajah Aditya sekarang dipenuhi dengan darah itu... dia merasa nyeri di bagian kepala-nya tetapi ia tidak akan membiarkan Daisy di culik oleh mereka semua walaupun dia sendiri yang menghampiri kematian tersebut.

Kedua tentara itu mulai menghancurkan seluruh kaca yang terdapat di jendela belakang mobil lalu mereka mulai menciptakan senapan otomatis yang menembakkan banyak peluru, Aditya melompat tinggi ke atas dengan mengalirkan Mana di kedua kaki-nya lalu ia mendarat di atas mobil itu dan mengejutkan mereka semua.

"Musuh di ata---" Aditya tidak berpikir dua kali untuk membunuh mereka karena pikiran-nya saat ini sedang bertentangan dengan membunuh atau membuat mereka pingsan, Aditya memasukkan tapak-nya ke dalam leher salah satu dari tentara itu lalu ia menarik tulang yang ada di dalam leher itu keluar sehingga kerangka-nya ikut tertarik.

Melihat Daisy yang disandera juga diri-nya yang hampir saja terbunuh karena serangan mereka, ekspresi Aditya terlihat seperti pembunuh berdarah dingin... tentara lain-nya melihat temannya terbunuh dengan cara yang sadis, ia panik dan mencoba untuk mendekati Daisy agar ia bisa mengancam Aditya.

"Berhenti sekarang juga!!!" Kata tentara itu yang mulai membidik kepala Daisy dengan pistol yang ia pegang, Aditya hanya diam karena ia melihat Henzie datang dari belakang mobil, ia menarik tentara itu keluar lalu menjatuhkan-nya di atas jalan. Supir itu melihat seluruh rekan-nya telah kalah melalui kaca spion.

Supir itu dengan panik mengeluarkan sebuah senapan tetapi Aditya memegang tangan-nya sehingga supir itu menarik pelatuk-nya sehingga senapan yang ia pegang mulai menembak peluru itu ke depan dan tidak mengenai Aditya bersama kedua gadis yang berada di belakang-nya, Aditya menatap-nya dengan tatapan yang mengancam lalu ia menusuk leher-nya dengan serpihan bambu runcing yang terletak di atas kursi.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang