POI 38 - Mana Burst

29 8 1
                                    

Apa yang dibicarakan oleh Aditya sempat membuat mereka percaya karena mereka sudah mengetahui jelas sikap-nya itu yang benar-benar menyebalkan dan menginginkan tentara militer yang penuhi dengan pengguna Mana, itu artinya mereka harus waspada dengan tentara yang memiliki Mana juga. Pembicaraan telah selesai dan mereka mulai melakukan aktivitas mereka sendiri yaitu berlatih ditambah dengan kerja.

Aditya menghampiri kamar-nya sambil menggendong Henzie, ia mulai menempati-nya di atas kamar sehingga ia mendengar seseorang mulai mengetuk pintu, "Masuklah." Seorang pria membuka pintu dan Aditya bisa melihat pria itu adalah Wilhelm dengan seragam olahraga-nya, sepertinya dia ingin berlatih tetapi kenapa harus mengunjungi Aditya dulu?

"Sesuatu terjadi kepada Henzie?" Tanya Wilhelm.

"Dia baik-baik saja, terlalu berlebihan dalam menggunakan Mana jadi dia tertidur." Jawab Aditya ia mulai menyelimuti tubuh Henzie dengan selimut, setelah itu ia menatap Wilhelm dan menanyakan tentang keperluan Wihelm, Aditya sudah mengenal seluruh sikap dan karakteristik teman mereka... dan Wilhelm sendiri jika datang pasti ia memiliki sebuah urusan atau keperluan dengan Aditya.

"Jika tidak keberatan dan tidak sibuk, apakah kau mau ikut berlatih dengan-ku? Henzie sudah memberitahu-ku beberapa kemampuan yang belum ia ajarkan kepada-mu dan sebagian kemampuan Mana... ia sendiri tidak tahu cara untuk mengajari-mu, sepertinya aku akan mengajarkan-mu beberapa hal." Wilhelm mengajak Aditya untuk berlatih dan ia dengan senang hati ingin menerima-nya karena ia tidak memiliki seseorang yang mau melatih-nya karena Henzie saat ini sedang tidur.

Mereka mulai pergi menuju lapangan untuk berlatih, kali ini Aditya harus benar-benar berlatih dan bertambah kuat untuk bisa memberi hukuman kepada seluruh preman bertopeng itu. Mereka memulai pemanasan dengan saling berhadapan di lapangan, Aditya tersenyum serius ketika melihat Wilhelm memiliki kemampuan seni bela diri yang mampu membuat diri-nya langsung serius.

Mereka melakukan pemanasan terlalu lama karena menikmati pertarungan menggunakan tangan kosong, setiap serangan yang mereka lancarkan dapat ditahan dengan mudah dan Aditya sendiri bahkan tidak mampu melakukan teknik kuncian kepada Wilhelm karena refleks-nya yang begitu cepat. Mereka sama sekali tidak menggunakan Mana karena mereka ingin bertarung secara adil... hanya menggunakan pengalaman dan seni bela diri.

Aditya sendiri mulai berkeringat sampai kedua lengan-nya menonjolkan sebuah urat ketika mencoba untuk mengenai serangan kepada tubuh-nya itu, Wilhelm dengan mudah menahan seluruh serangan itu menggunakan tapak kanan-nya dan pergerakan-nya cukup cepat sampai Aditya terkejut karena ia tidak menggunakan Mana sama sekali.

"K-Kecepatan apa ini...?! Apakah kau benar-benar manusia!?" Tanya Aditya dengan ekspresi yang terlihat terkejut sehingga Wilhelm menendang kaki-nya sampai ia terjatuh di atas tanah, "Aku manusia kok, tenang saja. Tetapi kau harus menetapkan fokus-mu itu agar kau tidak lengah ketika menerima serangan orang lain."

Wilhelm membantu-nya untuk berdiri dan sekarang Aditya menyarankan diri-nya untuk bertarung menggunakan Mana, Wilhelm awalnya tidak yakin karena Aditya masih belum cukup siap untuk melawan diri-nya ketika menggunakan Mana. Aditya terus memaksa-nya sehingga mereka mulai bertarung, Wilhelm sempat terkejut dengan kecepatan Aditya tetapi dalam waktu lima menit, ia terjatuh karena refleks Wilhelm yang cukup hebat.

"Inilah yang aku harapkan dari orang Amerika, untungnya aku tidak melawan penjajah Amerika seperti-mu, kau terlalu kuat." Aditya kembali bangkit dan menggerakkan leher-nya yang terasa pegal, Wilhelm setidaknya merasa terhormat untuk bisa bertarung dengan seorang pejuang negara yang membawa negara-nya menuju puncak kemerdekaan. 

Aditya mencoba untuk melawan-nya lagi tetapi Wilhelm menghentikan-nya karena ia tidak perlu lagi belajar tentang ilmu bela diri, ia hanya harus fokus tentang kemampuan Mana dan juga kemampuan dalam menggunakan bambu runcing dengan benar. Wilhelm menyuruh-nya untuk menciptakan bambu runcing sebanyak-banyaknya.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang