POI 23 - Kemampuan Mana yang Berbeda

43 13 3
                                    

"Seorang Sultan 'kah...? Cukup menarik." Satria tersenyum dan senyuman itu langsung terbalik ketika Andrian baru saja memanggil nama Aditya secara tidak sopan, semua orang seharusnya memanggil diri-nya dengan sebutan Raden, "Entah apa itu diri-mu tetapi berani sekali kau memanggil nama Raden dengan nama-nya saja, kau seharusnya memulai-nya dengan yang pertama yaitu Raden!"

"Untuk apa aku memanggil diri-nya Raden di era seperti ini? Nama-nya saja sudah cukup... setidaknya aku tidak memanggil-nya dengan sebutan yang lain." Andrian mulai bangkit dari tahta-nya setelah itu ia mendekati Aditya karena ia sangat penasaran dengan seorang rakyat Indonesia yang lahir sejak era penjajahan Belanda dan lain-nya tetapi di era orde baru ini... sepertinya Aditya diperlakukan dengan sangat buruk.

"Kau hebat juga bisa selamat, kalau tidak salah tempat asal-mu itu Jakarta 'kan? Mengalami perjalanan selama delapan jam menuju Yogyakarta disaat kau sedang diburu itu cukup mengesankan." Andrian bisa melihat beberapa teman dari Aditya seperti berwaspada, mereka berpikir bahwa Andrian bisa saja berpihak dengan Wahyudi.

"Kalian di belakang, tenang saja... aku tidak memihak Jenderal yang sedang mencari Aditya bahkan aku sendiri tidak setuju dengan operasi Petrus itu."

Aditya terkejut ketika mendengar itu karena sejak awal ia terus membaca pikiran-nya, ia mengatakan semua-nya dengan jujur sehingga Aditya bisa mempercayai-nya untuk sekarang. Henzie hanya diam dan menatap Andrian dengan ekspresi yang biasa saja karena sejak awal dia sudah mengetahui diri-nya tidak akan memiliki kaitan apapun dengan Jenderal Wahyudi bersama tentara militer-nya.

"Berita itu bahkan bisa sampai Yogyakarta, sungguh mengerikan... jika semua orang membaca koran itu maka mereka akan mengingat wajah itu dan menganggap-mu sebagai buronan, Aditya." Kata Wilhelm.

"Sebagian dari rakyat Indonesia pasti akan melihat diri-nya sebagai orang yang beruntung karena bisa lolos dari Petrus, Wahyudi tidak memiliki keberanian tinggi untuk menyebar fitnah tentang Aditya karena Presiden RI sendiri pasti akan bertindak jika Wahyudi melakukan sesuatu yang licik." Henzie mengeluarkan sebuah koran yang dilipat di dalam saku-nya, ia mulai membaca koran itu kembali sehingga ia tercengang ketika membaca-nya kembali.

"A-Apa...?" Wilhelm menoleh kepada Henzie dan ia pasti merasakan sesuatu yang beres di dalam koran tersebut, "Ada apa?! Apakah kau menemukan sesuatu?!" Henzie mengangguk pelan lalu ia memberikan koran itu kepada Wilhelm sehingga mereka semua mulai membaca kembali berita tersebut dan menemukan sesuatu yang aneh.

"I-Ini...?" Satria sendiri bahkan tidak bisa berkata-kata ketika melihat-nya, "Terdapat tulisan biru yang memancarkan cahaya biru... apakah ini disebabkan oleh Mana?" Tanya Daisy.

"Benar sekali, jika kalian dengan teliti membaca berita tentang Aditya maka kalian akan menemukan sebuah tulisan kecil yang memiliki warna biru, hanya pengguna Mana saja yang bisa membaca-nya dan aku yakin kalian pasti bisa membaca-nya." Kata Andrian yang mulai mundur beberapa langkah untuk mengambil cangkir emas-nya.

Mereka semua mulai membaca tulisan biru, apa yang tertera dalam tulisan itu mampu membuat mereka terkejut dan kesal setelah selesai membaca-nya. Tulisan itu mengatakan bahwa Wahyudi menyewa seluruh pengguna Mana yang ada di Indonesia untuk mencari rakyat Indonesia yang bernama Aditya Loka... jika seseorang berhasil membawa-nya dengan selamat maka mereka akan mendapatkan hadiah uang rupiah yang cukup banyak.

"Si sialan itu... kenapa dia harus berlebih-lebihan!? Belegug emang." Satria mulai emosi dengan diri-nya sendiri, selama ini Wahyudi cukup cerdik juga dalam merancang sebuah rencana sehingga mereka baru menyadari tulisan Mana itu sekarang.

"Jika saja aku lebih teliti dan lebih lama membaca-nya maka aku bisa melihat sesuatu yang aneh di dalam koran ini, sepertinya salah satu dari tentara militer memiliki kemampuan Mana untuk menulis pesan rahasia menggunakan Mana yang bernama [Mana Words]." Henzie mengepalkan kedua tinju-nya, Aditya hanya diam ketika membaca tulisan itu... hanya amarah dan kekesalan yang ia rasakan saat ini.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang