POI 6 - Harga Diri

149 23 31
                                    

Hal pertama yang Aditya sadari adalah tiket menuju neraka berada di hadapan-nya, seluruh senapan yang sudah membidik dirinya bersama Bima... Perasaan yang dirasakan hanya ketegangan dan ketakutan sampai keringat dingin terus mengalir keluar tanpa henti, rasa panik yang Aditya mampu membuat tubuh-nya terus bergetar.

Rakyat Indonesia pada era seperti ini sudah tidak memiliki harga diri untuk saling melindungi bangsa yang sama, mereka tidak memiliki keseganan selain membidik senapan mereka dan menarik pelatuk itu dengan pelan-pelan. Bima maju beberapa langkah, mencoba untuk melindungi Aditya yang masih terlihat panik.

Apakah yang dimaksud oleh teman dekat Aditya itu seperti ini...? Rasa takut dan juga ketegangan ketika bangsa yang sama mencoba untuk membunuh bangsa-nya sendiri atau saudara-nya sendiri, Aditya menatap kedua telapak tangan-nya sehingga kedua telinga-nya bisa mendengar suara Presiden pertama yang terus membicarakan tentang konflik antara bangsa yang sama.

Bahkan ketika Aditya menutup kedua telinga-nya sambil menggelengkan kepalanya, tubuhnya masih bergetar dan keringat dingin-nya terus mengalir keluar. Setelah beberapa saat, pikirannya belajar tentang kedinginan, dingin yang menusuk kulit. Sama seperti bayi yang baru lahir merasakan dingin untuk pertama kalinya. Namun subjek-nya sendiri tidak punya waktu untuk mengalaminya.

Kedua kaki Bima mulai ia alirkan Mana hingga Jenderal itu memerintah seluruh pasukan-nya untuk membunuh mereka berdua dengan cepat, tetapi Bima bergerak cukup cepat dan berhasil menendang Aditya mundur hingga ia berlindung di balik mobil yang Bima ciptakan menggunakan kemampuan Mana-nya.

Garis Mana yang terdapat di kedua kaki-nya membuat Bima bergerak cukup cepat, tetapi ia tidak bisa menggunakan-nya terlalu lama karena sumber Mana-nya terkuras cukup cepat, seluruh pasukan yang ada di depan Bima menarik pelatuk senapan mereka hingga peluru yang berjumlah banyak melesat menuju arah-nya yang tersenyum sinis.

"Kali ini aku akan membayar kalian semua dengan kematian yang pernah kalian berikan kepada warga Indonesia...!!!" Kata Bima hingga kedua lengan-nya dipenuhi dengan aliran Mana yang menciptakan dua senapan bernama [Owen].

Owen merupakan SMB buatan Australia, dibuat berdasarkan tren SMG Sten Gun dari Inggris; dan Thompson dari Amerika. Owen di desain oleh veteran tentara Australia, Evelyn Owen. Para pejuang Indonesia berhasil mendapatkannya ketika merampas-nya dari Inggris. senapan ini mampu menembak 700 peluru per menit.

Bima segera mengalirkan Mana-nya ke kedua senapan-nya itu agar ia dapat menggunakan-nya tanpa harus menanggung resiko yaitu hentakan dan juga peluru yang akan habis, beban dari senapan itu juga mulai terasa ringan dan Bima segera menarik kedua pelatuk-nya hingga senapan-nya menembakkan banyak sekali peluru ke arah peluru musuh yang ada di depan-nya.

Jenderal itu tercengang melihat peluru Owen milik Bima mampu menghancurkan seluruh peluru senapan [Bren] dan [Nambu Type 97], sekarang ia mengerti bahwa Bima dapat menggunakan kemampuan Mana-nya cukup baik, lawan yang benar-benar pantas di bunuh lalu diambil kekuatan-nya.

"Pengguna Mana yang cukup baik... Sekarang aku bisa mengerti kenapa pasukan-ku terus berkurang ketika melakukan operasi, ternyata penyebab-nya adalah dirimu bersama teman-temanmu ya..." Kata Jenderal itu yang mulai melompat ke belakang sambil melakukan beberapa salto untuk menghindari semua peluru yang melesat cepat itu.

Peluru yang sudah dilapisi dengan Mana, pergerakan dan daya kehancuran-nya juga jauh lebih besar hingga mampu menembus peluru senjata yang dipegang oleh musuh, beberapa pasukan Jenderal itu tidak bisa melakukan apa-apa kecuali tertembak lalu tumbang di atas tanah dengan kondisi yang sudah mati.

Satu Manusia yang memiliki Mana mampu membasmi hampir seluruh pasukan Jenderal tersebut, Aditya melebarkan matanya ketika melihat Bima telah membunuh bangsa-nya sendiri, perang antar sesama bangsa memang terjadi hingga tubuh Aditya semakin bergetar... Kali ini bukan rasa takut tetapi amarah dan juga rasa kecewa melihat rakyat Indonesia pada era zaman sekarang.

Pride of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang