Pulang sekolah Capirco menyapu setiap ruang kelas dan mengepelnya, tak lepas dari itu juga dia juga membantu di kantin untuk mencuci piring. Karena hari ini tadi jualan laris banyak yang laku, dia juga membantu di waktu jam istirahat ia mendapatkan uang tambahan meskipun hanya bertambah sepuluh ribu.
Perlahan-lahan dia juga membantu orang-orang untuk memindahkan buah di pasar, tak lepas dari itu juga ketika hujan datang Capirco sangat senang ia bisa menjadi ojek payung. Semuanya dilakukan untuk menabung biaya sekolah sendiri dan menafkahi orang tuanya, tubuh yang kecil mungil itu seperti tampak dewasa badannya kekar dan kuat meski jiwa raganya telah rapuh belum mendapatkan kasih yang sempurna dari orang tuanya.
Selesai melakukan hal pekerjaan Capirco membeli makan malam karena hari sudah tiba berganti waktu petang, orang tuanya masih di luar dan tentunya semua pekerjaan rumah dari hal menyapu hingga menyiapkan makan selalu dia siapkan. Biasanya dia menyiapkan makanan sederhana dan meski kadang ada ayam goreng ia tidak pernah berani makan, kalau pun diperbolehkan hanya berani mengambil nasi dan sambal teri.
Ketika dia berada di kamar tiba-tiba terdengar gaduh dan ternyata orang tuanya dipukuli warga karena berusaha mencuri uang di warung, hal itu membuat Capirco iba dan mengganti uang tiga ratus ribu ke orang yang kehilangan uang itu.
Setelah kerumunan itu pergi Ibu tiri Capirco menyeretnya ke kamar lalu ditanyai berbagai macam bagaimana dia mendapatkan uang itu, Bapaknya yang terus melotot silih berganti bertanya. Capirco hanya menunduk tanpa jawaban, dan sekali dua kali tamparan dilakukan hingga orang tuanya geram dan pergi meninggalkan kamar.
"Ibu, ayah kapan kalian menyayangi Pirco. Pirco selalu salah di mata ibu dan ayah, apa Pirco bukan akan ayah dan ibu. Apa salah Pirco? Pirco sayang sama kalian, Pirco pengen seperti temen-temen punya apa-apa dari ayah dan ibu. Tuhan, apa Pirco nakal? Pirco sedih."
Capirco yang mengerjakan tugas PR sembari berharap sepi, air matanya membasahi pipi kanan kiri. Rajut asanya sering dicobai akan hal yang tak mudah bagi usia kecil ini. Banyak yang ingin sekali punya anak seperti Capirco yang selalu menurut keinginan orang tua dan bahkan ada banyak orang diluar sana belum juga memiliki keturunan, dan yang ini justru menyia-nyiakan Capirco yang masih belum mengenal kasih sayang dari orang tuanya.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
РазноеApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...