Siangnya Capirco mendatangi rumah orang tuanya menaiki angkot, ternyata ada Samuel sopirnya keherenan dan penuh tanya. Namun tiba-tiba saja penumpang lain malah justru tertawa.
"Mas sopir ini sama miripnya dengan mbaknya."
"Mungkin kebetulan saja." Saut Samuel.
"Iya, benar mungkin saja kebetulan." Jawab Capirco dengan sedikit senyum tawa.
"Ya gak ada kebetulan semuanya, terlebih perihal jodoh. Siapa tahu saja mungkin masih kecil belum apa-apa, tapi siapa tahu juga setelah kalian dewasa bisa jadi jodoh. Apalagi mas sopir juga orang pekerja keras, dan mbaknya juga rajin masak sepertinya. Banyak banget belanjanya, idaman itu."
"Ibu bisa aja, saya belanja juga buat keperluan sehari-hari dan terlebih juga buat stok juga dua hari kedepan." Capirco yang menjawab lembut.Dan setelah penumpang turun hanya mereka saja berdua, nampak keduanya malu-malu untuk bertanya bahkan saling menunduk. Capirco yang hendak meminta belok kiri tiba-tiba saja Samuel juga menanyakan hendak belok ke mana secara bersamaan.
Barulah Samuel bercerita bahwa dia memiliki mimpi untuk menjadi seoran dokter spesilalis kanker, namun usahanya juga ingin bekerja keras dan tidak meminta pertolongan dari keluarganya maupun temannya.
Pengajarannya mengenai kerja keras telah didapatkan dari figur ayahnya yang terkena kanker dan juga bekerja membanting tulang untuk kehidupan keluarganya maupu orang yang tidak mampu.
Terkadang manusia bisa saja mengambil sebuah keputusan untuk bekerja, ada pula yang menilai bahwa itu baik dan orang lain buruk. Nilai rupiah memang dibuat orang lain haus akan kekayaan, namun bisa saja untuk kesedekahan.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
RandomApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...