Selesai menyelesaikan pekerjaan Capirco menunggu pembeli di depan kedai toko, tak biasanya sangat ramai ketika ditunggunya. Bahkan sangat membuat kewalahan.
Mbak Un yang sangat culas melakukan aksinya ketika ditinggal bosnya, harga yang seharusnya wajar dinaikan dua kali lipat tanpa sepengetahuan Capirco maupun bosnya. Usahanya itu berangsur ke pembeli lainnya, adapun yang curiga mencoba bertanya kepadanya malah justru dijawab dengan keras.
Pembeli yang terbiasa harga murah dari Capirco malah memilih tempat yang disediakan lainnya, tentunya Mbak Un tidak semudah itu mempercayai ataupun menerima bahwa dia kalah saing dengan bocah SMP.
Mengetahui hal tersebut barulah serigala berbulu domba itu menjalankan segala cara untuk mendapatkan alih-alih gelar rajin, Capirco yang nampak begitu lelah dimintanya untuk beristirahat santai duduk dan sementara ia nampak membawa kemoceng dan berpura-pura.
Layaknya pemeran topeng dalam sandiwara penuh reka dan adegan yang terkadang tak pantas menjadi pantas, yang pantas dijadikan tak pantas. Memilih karakter yang mungkin saja bisa menjadi baik ataupun bijak, tetapi tak semuanya mengetahui halnya tertutupi.
Manuisa bisa saja menjadi piawai dalam memerankan sebuah aksi tanpa siapapun tuk peduli, namun tembok derita akhir jaman dalam penghakiman ilahi akan menjadi sebuah saksi.
Dunia bisa saja kau ingkari untuk bersalam damai, namun tidak Sang Ilahi yang bisa saja berdamai dan bisa menghakimi baik diantara orang hidup maupun mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
SonstigesApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...