Berulang kali disetiap bulan dia mendonorkan darah untuk sahabatnya, tak pernah terpikirkan bahwa justru Capirco kondisinya terkadang menurun.
Dwi sahabatnya mendengar kabar tersebut sangat khawatir apabila kondisi tersebut berlarut-larut.
"Apa kamu yakin dengan melakukan hal itu dia bisa menerima dan baik dengan kamu?""Janganlah kamu khawatir mengenai pemberian barang berhargamu, kepintaranmu, dan apa yang darimu untuk mendapatkan kebaikan kembali dari orang lain tetapi dengan pemberian dengan iklhas dan rendah hati. Apabila kita tak mampu memberikan apa yang kita miliki, ada baiknya kita tidak mencemooh melainkan berdoa itu lebih dari cukup."
"Iya sih, semoga saja ya Fannya cepat sembuh dan kamu kuat. Aku masih khawatir, kalau dia sembuh kamu bakalan disakitin lagi."
"Lebih baik aku merasakan sakit di dunia yang bisa disembuhkan karena Tuhan pemberi segalanya, bahkan yang mustahil bagi manusia tidak berlaku bagi nama-Nya yang kekal."
"Iya, tinggal hitungan minggu saja kita akan ujian nasional. Sebenarnya belum siap, ya karena aku jarang masuk jadi ketinggalan banyak materi."
"Apa mau belajar kelompok?"
"Boleh, boleh. Nanti siang aku mau anterin ibu ke kondangan, apa sore aja?"
"Aku siang juga mau ke rumah ibu, sore baru pulang tapi palingan petang aja ya habis mandi hehe."
"Boleh juga, nanti aku ke kost kamu. Jangan lupa ya kasih coklat."
"Coklat yang dulu?"
"Iyalah, enak tahu itu. Kamu belinya pasti mahal, iya kan?"
"Itu aja dari orang yang gak aku kenal, disana tertulis Mister S."
"Ya udah deh, nanti aja ya. Aku kan mau ujian susulan. Malahan kamu ajak banyak bicara, Dada... Capirco cantik."
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
RandomApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...