Seorang lelaki yang mengenakan kacamata dan berjas biru itu menunggu Tegar hingga Capirco kembali lagi, namun tidak menuntut kemungkinan jika Fannya justru orang pertama kali yang dilihat.
Sebuah memori diingatan itu telah pudar ketika melihat sekelilingnya bahkan yang diingat hanyalah peristiwa beberapa saja dan itu bukan kenangan indah bersama kekasihnya melainka orang lain.
"Sayang, ini aku pacar asli kamu dan bukan dia." Paksa Fannya terhadap Tegar yang baru saja sadar.
"Sayang, akulah tunagan kamu yang lebih dulu melingkar sebuah janji dan juga di jari manismu." Capirco yang terus berusaha agar Tegar mengingat perjanjian itu ternyata tidak mengingat dan bahkan dengan kelicikan Fannya sudah lebih dahulu mengambil cincin itu.
"Kalian siapa aku tidak kenal satupun, tapi aku mohon keluar dari sini. Aku ingin sendiri dan jangan ganggu." kata Tegar yang memegangi kepalanya.
Capirco yang keluar hendak memanggil dokter tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh Fannya, mereka memperdebatkan akan apa yang terjadi pada Tegar. Merekalah berusaha untuk mengambil alih yang sementara masih mengambang ketidak jelasan akan hilangnya ingatan Tegar.
Dokter juga menyarankan untuk memberikan sebuah kelegaan untuk Tegar, karena peristiwa kecelakaan yang cukup parah telah membuat sebagian memori yang dalam ingatan itu hilang seketika dan perlu waktu lama untuk dapat memulihkan keadaannya. Hal itu juga justru membuat kesempatan emas bagi Fannya untuk mencuci otak agar mendapatkan hati Tegar.
"Fan, asal kamu tahu ya. Sebuah hati yang tulus mungkin saja bisa dikalahkan oleh ingatan tetapi ketulusan itu masih akan tetap saja melekat dalam seumur hidupnya meski seorang itu berusaha semaksimal mungkin untuk terus melupakannya."
"Aku tidak percaya akan kata bijak atau apapun darimu, aku akan tetap berusaha untuk mengalahkanmu. Ingat baik-baik kata-kataku."
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
RandomApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...