Capirco menuju ke ruangan dokter mempertanyakan bagaimana kondisi Tegar yang sebenarnya dan tidak ada jalan lain selain mengenalkan kenangan-kenangan lalu untuk memicu kembalinya sebuah ingatan.
Sangat disayangkan jika hal itu sangat dilakukan Capirco, sementara ponselnya tidak ada kamera begitu pula sebaliknya. Belum juga tingkah Fannya yang berpura-pura baik untuk mendapatkan apa yang dinginkannya itu.
Namun kali ini semangat Capirco tetap harus terbagi dengan tujuannya lulus sekolah terlebih dahulu hanya sesekali menjenguk di luar, karena adanya Fannya takut emosinya meledak dan membuat Tegar kepalanya pusing.
"Terkadang Tuhan itu menguji sebuah kesucian cinta dengan segala perkara, siapa yang bisa menahannya dia akan mendapatkan sebuah ketulusan. Apabila dia mengalah akan mendapatkan kehancuran, cinta itu tidak bisa saling dipaksakan. Sebuah batu dengan es sama memiliki bentuk yang padat, namun mereka memiliki sifat cair yang tidak sama. Hal itulah dalam hal cinta, yang memiliki bentuk sama namun dengan sifat yang berbeda."
Seorang lelaki itu selalu saja membuat nyaman bagi Capirco, apapun yang dikatakannya selalu mebuatnya luluh seketika. Tak hanya itu saja sikap keras kepalanya bahkan mengalahkan lewat kata-kata sederhananya itu.
"Aku memang tidak mengenal dirimu siapa, terima kasih sudah menjadi teman diantara kita. Aku tidak akan mudah menyerah untuk meninggalkan sebuah cintaku kepadanya, meskipun kini dia tidak mengingatku ataupun melupakanku. Jika suatu saat dimana masa kehancuran hati harus ada diantara kita untuk mengakhiri aku adalah satu-satunya manusia yang akan mengingat peristiwa itu lalu mengabdikan dalam karya sederhana nantinya."
"Apa kamu memiliki sebuah cita-cita sebagai penulis?"
"Sebenarnya aku ingin sekali menjadi seorang penyanyi namun orang tuaku tidak mengijinkan, aku juga ingin menjadi seorang dokter tetapi lihat dulu nanti. Perihal menjadi seorang penulis belum tahu juga, tapi aku ingin sekali suatu mimpi disalah satunya itu benar ada dan terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
RandomApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...