Part 98

10 5 0
                                    

Malam yang bersisik gemerlap tak sekalipun ilmu matematika merasuk dalam otaknya terlebih ada suara petasan yang berulang telah mengganggunya, tidak terima begitu saja dering ponselnya akan nomer tak dikenal terus menghubungi. Kemarahan Capirco memuncak dan keanehan itu muncul, ketika dia marah bukan orang lain yang dilampiaskan namun justru tembok.

Tak ada yang harus dilibatkan hanya tembok sama seperti samsak tinju yang berulangnya dipukul hingga tangan kanan-kirinya membiru, tak lepas dari itu percobaannya untuk menghadapi anak-anak kecil yang bermain petasan hanya berujung ledekan.

Ketika jalan sangat sunyi ia berusaha mengejar para anak kecil itu malah justru hanya satu tertangkap, mereka berpikir bahwa temannya bakal dihukum keji tapi Capirco hanya melakukan sebuag gelitikan yang tak kenal habis dan akhirnya dilumpuhkan kembali dan berujung sebuah tawa canda yang tak ujung selesai.

Capirco yang digelitiki hampir sembilan anak kecil itu sangatlah kewalahan tawa maupun tubuhnya, tak hanya itu ia justru mengajak semuanya ke kostnya dan diberikan air jus buatannya yang menggiyurkan.

"Kita pikir kakak bakal marah tetapi ternyata kita dikasih beginian, dan tadi sangat seru loh kak."

"Lain kali boleh kok main kesini, tapi jangan main petasan ya. Apalagi disini banyak orang yang lebih tua, bahaya juga buat kalian semuanya. Usia kalian masih kecil main petasan harus di dampingi sama orang dewasa."

"Iya kak." Jawab mereka serentak.

"Selesai ini kalian pulang, lihat hari udah makin larut kasihan orang tua menunggu dan khawatir pasti mencari."

"Ya udah kak, kita pulang dulu. Terima kasih minumannya, dan bakal ingat akan pesan kakak itu." Anak-anak kecil itu akhirnya pulang dan Capirco kembali mencoba belajar matematika hingga matanya sudah tidak bisa tertahan lalu ketiduran di lantainya itu.

(Bersambung)

Mask and Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang