Selama itulah Capirco mulai bercerita, Rio yang hingga tertidur ditinggalkannya dari kamar. Namun ketika hendak kembali tiba-tiba tak sengaja melihat cashbon mengatasnamakan dirinya, hal itu sontak membuatnya menaruh curiga.
"Cashbon milik siapa ini? Kok ada namaku, terus lagian juga sepeda. Berarti salah satu disini pengirim sepeda dong ke aku."
Tiba-tiba Samuel terkejut melihat Capirco berada di kamar adiknya dan otomatis pertanyaan melayang berkali-kali, namun semuanya dijawabnya seakan baik-baik saja. Tak khayal kebohongan terkadang terjadi baik dimasa terpojok ataupun hanya ingin berpikir jorok.
Hari yang semakin larut, acara memang belumlah begitu selesai namun Capirco sudah berniat undur diri dari rumah itu. Sebenarnya ia ingin mencari tahu, namun terhalang oleh akan waktu. Samuel yang hendak mengantar tetapi ditolak.
Perjalanan yang jauh membuatnya mencari jalan pedesaan untuk agar lebih cepat, nampaknya perasaan penuh tanya itu telah bergulat dalam pikirannya saat ini tiba-tiba saja ada salah satu gubuk tua nampak terdengar suara tangisan.
Tangisan yang begitu keras sangatlah terdengar, namun anehnya tak ada satupun orang mendengar. Capirco mulai mendekati gubuk tua dengan mengendap, nampak ada tiga orang disana. Satu perempuan yang masih mengenakan baju seragam SMA, yang satu mengenakan baju biasa dan satunya adalah seorang lelaki yang usianya lebih dari tiga puluh tahun.
"Kamu harus minum jamu ini!" Bentak laki-laki itu yang memaksa meminumkan kepada perempuan tersebut.
"Tidak, aku tidak mau."
"Ikat saja dan lolohkan dia dengan jamu itu."
Perempuan itu kedua kaki dan tangannya diikat kuat diantara tiang ranjang, begitupun langsung mulutnya tersumpal kain. Ia terus menggesekkan tubuhknya seakan jamu itu langsung bereaksi.
Darah merah segar itu mengalir deras ke lantai, lelaki tua itu langsung menelanjangi perempuan itu dan mengurutnya cukup kuat. Tak disangka laki-laki itu juga memukul perut sangatlah keras, perempuan yang berbaring itu kini diikat biasa dan diminta untuk mengejan dengan posisi jongkok.
Pandangan yang mengerikan sangat begitu lama dan terlihat kedua kaki itu ada di sela kewanitaan perempuan itu, ia terus menerus berusaha mengejan sekuat tenaga dan bahkan isaknya terdengar. Bungkaman terbuka dan perempuan itu mengeluh kesakitan.
"Udah, aku gak mau lagi. Sakit."
"Sekarang kau baring." Minta lelaki tua dan diturutinya, dengan terus mengejan tiba-tiba saja nafas perempuan itu seakan diujung tanduk yang tidak akan bisa ditolong lagi.
"Gimana ini pak?"
"Udah diam saja, sekarang kau bantu aku ambil pisau itu dan plastik."
"Ini pak."
"Terus saja mengejan, aku bakal menarik anak kamu." Tanpa ada ukuran tahu menahu akan proses melahirkan, lelaki tua itu menarik kedua kaki bayi itu dan darah muncrat ke tubuh mereka. Tangisan bayi itu sangatlah keras berulang kali dan sama dengan yang keduanya, dan mengenai ari-ari itu disimpan rapat dalam kotak.
Sadisnya lebih gila, laki-laki itu membunuh kedua bayi itu dan membuangnya. Disamping itu pula lelaki tua tidak tahu malu, kelakukan bejatnya telah datang seakan menujam. Kegiatan keji itu berlangsung cukup lama, bahkan perempuan itu sudah cukup merintih.
Namun kejadian di luar kendali itu tiba-tiba datang, Capirco yang ketakutan berusaha menghindar terlebih dahulu. Ada seorang yang tiba-tiba saja menyentuh pundaknya dan ia toleh tak ada.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
NezařaditelnéApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...