Kondisi Capirco kini tak sadarkan diri, kejadian yang sudah terlihatnya benar terjadi. Guru pengajar yang menyesal tidak mendengarkan itupun panik dan membawa ke rumah sakit terdekat, sesampai disana selang oksigen dan infus terpasang.
Barulah sekitar lima belas menit sadar, dan ingin melanjutkan penilaian ujian. Capirco yang memiliki sifat keras kepala memaksakan dirinya sendiri untuk kembali sekolah dan ikut, ia tak sedikitpun takut kali ini. Hanya saja Fannya mendekat di telinga "Seharusnya tadi lo gak usah tertolong dan udah mampus saja ke kolam renang, biar Tegar menjadi kekasihku selamanya. Kenapa sih lo gak mampus aja, bikin repot semua orang tahu gak sih."
Perjalanan penilaian itu kembali dilakukan bahkan mengenai tes selanjutnya ialah lomba lari, lagi dan lagi Capirco dilawankan dengan Fannya. Kali ini penglihatannya tak seperti yang di kolam renang, dan bahkan usahanya harus lebih untuk yang terakhir.
Sebuah aba-aba telah dipersiapkan dan harus mengelilingi sejauh 300 meter, sedangkan Capirco lupa jika ia tidak diperbolehkan mengeluarkan tenaga ekstra terlebih lari jauh dari 100 meter. Hal ini mengingat bahwa ada kecacatan jantungnya sejak lahir yang bisa saja mengakhiri kehidupan atau membuatnya kesakitan lebih dari sebelumnya.
"Kalau ini kau kalah, kau harus merelakan Tegar untukku."
"Apa maksudmu Fan?"
"Ini adalah perlombaan, siapa menang ia mendapatkan Tegar dan siapa yang kalah tak akan mendapatkan Tegar."
"Aku gak mau Fan."
"Terserah kamu saja."
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
RandomApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...