Suara keras dan teriak-teriak di luar membuat Capirco terbangun sekaligus orang tuanya, tanpa pikir panjang tiba-tiba dia ditarik "Bilang ibu sama ayah gak ada di rumah, awas aja jika kamu bagi tahu? Gak ada ampun."
Capirco yang menghampiri suara, pagi yang sudah bersinar di hari libur justru mendapatkan gangguan. Tanpa rasa takut dia menghampiri beberapa orang yang ternyata menagih janji kedua orang tuanya "Ya sudah jika balik suruh datangi ke rumah mami."
Mereka semua sudah pergi dan Capirco masuk lalu orang tuanya pergi keluar, dia tidak ikut dan memilih untuk menyapu halaman rumah sekaligus mengangkat kursi-kursi untuk akan di pel. Selesai melakukan tersebut ia berjalan menuju keluar rumah kebetulan ada yang angkat-angkat kayu.
Capirco yang mengangkat kayu kecil-kecil ke mobil itu merasakan dadanya terasa sakit, orang-orang memintanya berhenti namun dengan sifatnya keras kepala tak ada kata menyerah baginya sebelum pekerjaan itu selesai.
"Hari ini aku harus cari uang lagi, aku gak mau berhenti sekolah gara-gara gak punya uang. Pirco harus rajin cari uang buat ayah, ibu dan sekolah aku. Jangan menyerah." Dia yang selalu berkata-kata di hati dan selalu menyemangati dirinya sendiri, selesai dari situ semua istirahat untuk makan siang namun Capirco masih mengambil satu demi satu kayu dan dibawanya ke dekat mobil.
"Nak, sini makan dulu nanti kamu capek." Sebuah gelengan kepala dengan sikap keras kepala ditujukan Capirco selalu, tangan kecil itu memerah dan gatal tapi tetap berusaha menjadi baik diantara yang terbaik. Bahkan selesai mendapatkan bayaran dan makan ia langsung pulang untuk disimpan, dia segera bergegas ke pasar untuk mengangkut buah atau barang orang lain.
Pagi hingga sore hari Capirco berhasil mengantongi tiga ratus tiga puluh lima ribu rupiah, harinya dipenuhi dengan kecapekan yang tiada henti namun bagai api yang selalu disiram belerang semangatnya membara meski terkekang. Dan meski kecil tetapi meraih mimpinya tidak ikut tengil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
RandomApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...