Sekitar tengah malam ia mendapatkan kabar jika Tegar mengalami kecelakaan dan dibawakan ke rumah sakit jauh dari tempat tinggal, rasa cemas tak karuan itu telah dibendungnya.
Bagi Capirco, Tegar adalah seorang lelaki yang ia impikan sebagai figur ayah yang telah hilang selama ini. Tidak tanggung-tanggung bahwa dalam perjalanan naik ojek terus menerus melantunkan doa, bahkan ketika hujan deras telah mengguyur badannya.
"Sayang, terkadang aku belum bisa menjadikanmu sebagai orang sempurna bagaikan langit bersama hujan ini mereka bersatu untuk melengkapi dengan lainnya dan sebagai tujuan membersihkan segala debu muka bumi tapi ketahuilah bahwa ketidaksempurnanya aku di hadapan kamu doa-doaku untuk kehormatan kesuksesan bersamamu terus aku tekankan." Hujan deras yang terus mengguyur hingga satu jam perjalanan tetap melaju, ia tidak memedulikan apa yang ada tetap pikiran itu tertuju kepada Tegar.
Seketika itu juga ada nomer yang tak dikenal menelponnya berulang kali namun sedikit saja pendengaran itu mengalahkan rajinnya percikan air dari cakrawala.
Dua jam berselang barulah ia tiba dalam rumah sakit untuk meminta di mana kekasihnya dirawat, suster yang menjaga memberikan ruang barulah Capirco berlari. Perasaan yang tak tanggung-tanggung dibendung dalam perjalanan, dan terjatuhnya ia melihat orang yang sangat disayangnya terpaku dalam alat-alat medis.
"Ini nak Capirco, sahabatnya Dwi?"
"Maaf, ibu siapa?"
"Saya ibunya Dwi."Percakapan yang cukup panjang dan mendapatkan kabar akan kejadian tersebut jantung Capirco juga melemah 'Bruk' ia terjatuh tak sadarkan diri begitu lama.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
RandomApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...