Hari yang sangat menyebalkan bagi Capirco yang setiap waktu mendengar minta tolong, bahkan membuat geram terkadang membuatnya menyetuskan kata-kata yang dinilai aneh oleh teman-teman sekelas maupun lainnya.
Ketika guru menjelaskan mengenai ujian praktek olahraga nampak terlihat jika perempuan yang pernah ia lihat sebelumnya telah mengganggu jalannya proses penerangan, tak luput dari itu juga Capirco yang merasa bulu kudunya berdiri langsung menoleh kanan kiri dan belakang.
"Menyebalkan, kenapa sih kamu ganggu aku?"
"Ada Pirco?"
"(Mampus, kedengeran pak guru.) Gak papa pak, ini nyamuk banyak ganggu saja."
"Capirco mulai gila ini, bukan lagi sering ngomong sendiri. Aku harus manfaatkan situasi ini, terlebih besok ujian prakteknya olahraga dan takkan kubiarkan kali ini dia bahagia." Gerutu Fannya.
Semuanya yang meninggalkan kelas, hanya Capirco saja yang terus menerus diikuti bahkan ketika hendak dijahili oleh sahabatnya justru tertimpa batunya sendiri. Makanan yang ditukar super asin itu terkena Fannya.
"Sialan, kenapa aku terus yang kena? Jangan-jangan pakai jimat dia."
"Jimat apaan Fan?"
"Lo gak tahu jimat, Dit?"
"Tahu kok, cuma canda Dita kan pinter dan suka menabung juga, terus anak baik tidak sombong."
"Apa coba jimat?"
"Itu kan yang habis kamis terus jimat, ya kan ya? Pasti bener yakin aku, seyakin-yakinnya aku ke kamu."
"Bodo, bodo amat. Itu Jumat bukan Jimat, dasar oon."
"Ganti ya, Fan?"
"Kepala lo peyang, gak ganti emang itu dasar oon."
"Canda juga, ya udah balik aja."
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
RandomApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...