Suara yang tak asing baginya tetap membuatnya tertunduk dan memaafkan segala yang pernah dijadikan sebagai cambuk semangatnya. baginya sahabat yang melakukan hal tersebut adalah lelucon yang mungkin saja bisa baik ke depannya. Begitu pula dengan Fannya yang melakukan keburukan terus menerus tak pernah sedikit digubris dan malah justru memberikan maaf sekaligus doa agar dia terhindar dari hal yang sama dengan menimpanya.
Tiba di tempat kerja ternyata bos meminta Capirco untuk fokus ujian nasional dan mendapatkan uang dua ratus ribu, hal tersebut memicu keirian terhadap Mbak Tun. Ketika hendak berjalan pulang tiba-tiba dia berpura-pura menjadi pengemis.
"Mbak, minta rezekinya mbak. Saya belum makan dari kemarin, anak saya juga sakit sekarang tidak ada biaya buat berobat." Jiwa kepolosan Capirco telah memuncak, uang dua ratus itu dibagi menjadi dua. Seratus untuk pengemis tersebut dan sisanya sebagai pengganti belanja Dwi untuk dirinya.
Rencana Mbak Tun di luar dugaan ternyata Capirco hanya memberikan setengahnya berbeda apa yang diharapkan, namun dengan hal itu uang tersebut jutru dibuangnya sebagai tanda tidak sudi menerima uang dari orang yang paling dibenci.
Capirco yang berjalan menuju tempat berhentinya angkutan untuk menuju ke rumah Dwi, hampir lima belas menit menanti tak kunjung mendapatkan akhirnya pulang untuk belajar pagi hari. Ujian nasional yang bermata pelajaran matematika membuatnya pening, hal yang paling dibencinya ialah itu namun tak menuntut kemungkinan jika dia berusaha agar selesai.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
RandomApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...