Hari kedua tanpa kehadiran Tegar, semuanya nampak biasa namun tidak dengan kehadiran Capirco yang selalu diawasi. Tetapi siapa sangka tiba-tiba sebuah kecemburuan itu berpihak di hati mereka, yang di datangi oleh orang-orang baru.
Pagi yang baru saja memperlihatkan kehadirannya, nampak ketika ia mengendarai sepeda yang diberikan orang yang tak dikenal itu ada seorang laki-laki yang terburu-buru hingga membuat Capirco terjatuh.
"Maaf, saya terburu-buru jadi kena adik."
"Iya, gak papa. Tapi nampaknya sepeda motor mas juga bocor, kalau ditambal juga tidak terkejar waktunya." Capirco yang melihat ke arah ban motor, sembari menunjuknya.
"Aduh, gimana ya? Padahal saya juga ada ketemu orang yang tak bisa ditinggal."
"Ya udah, mumpung Capirco masih jam setengah delapan kakak bisa pakai ini sepedanya." Lesung lekung pipinya yang manis telah diberikannya, tak ada jalan lain jika Capirco juga diminta untuk dibonceng.
Sebuah kehormatan yang luar biasa apabila kita memberikan sebuah maaf, walau kita tidak memiliki noda kesalahan. Dan sebuah kemanisan apabila kita menerima maaf lalu tidak menyimpan dendam yang memicu perpisahan yang tak berkesudahan.
Selama perjalanan mereka mengobrol seperti sudah mengenal begitu lama, ternyata laki-laki itu berhenti di sebuah taman yang letaknya tidak jauh. Capirco yang masih menunggu dari kejauhan nampak, anak kecil yang ada di kursi roda terlihat begitu senang akan kehadirannya.
"Ternyata, dia sudah memiliki keluarga. Semoga saja di masa depan, aku bisa seperti itu. Bukan mengenai kemewahan yang di dapat, melainkan saling melengkapi satu demi satu." Capirco yang bengong sendiri telah dipanggil.
"Kakak!" Teriak seorang laki-laki kecil yang ada di kursi roda, sambil meminta untuk datang ke tempatnya. Tentunya hal itu membuatnya sedikit gugup, dan melegakan anak itu.
"Iya, panggil kakak kenapa?"
"Kakak namanya siapa? Nama aku Rio, usia baru delapan tahun."
"Kakak namanya Capirco, usia baru empat belas tahun."
"Oh, ini kakak jagoan Rio namanya kak Samuel dan ini mama Rio namanya Sarah." Rio yang mengenalkan semuanya.
"Iya, nama saya Sarah. Kamu tidak sekolah?" Tanya Sarah dengan berjabat tangan dengan Capirco.
"Sekolah tante, ini tadi mengantarkan kak Samuel. Sepedanya bocor bannya."
"Memang nak Samuel itu sukannya seperti itu."
Dengan tersipu malu Samuel menundukan kepalanya dan terus menerus mengucapkan minta maaf, Capirco yang harus sekolah akhirnya berpamitan. Tanpa lama itu juga tante Sarah meminta untuk kehadiran di ulang tahun Rio.
"Benar ya kak, kakak datang di ulang tahun Rio. Rio tunggu."
"Iya, kak Pirco akan datang rumah kakak juga tidak jauh dari sini."
"Biar kak Samuel yang menjemput kakak."
"Tidak usah, kakak bisa sendiri."
"Gak papa nak Pirco, biarkan nak Samuel yang menjemput."
"Baiklah tante, mas Samuel dan Rio. Capirco berangkat sekolah dulu."
"Iya, hati-hati." Saut Samuel.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask and Two Sides
RandomApa kalian tahu bahwa seorang penulis itu tidak hanya mengandalkan imajinasinya? Atau mengapa seorang bisa menulis meski tidak mengandalkan imajinasinya? Dan lalu kapan kita bisa dikatakan sebagai penulis? Semua jawaban itu ada, sebuah imajinasi bis...