O8

2.2K 342 100
                                    

"Mas aku mau minum susu~"

"Sebentar ya Misa, saya sibuk. Kerjaan saya banyak. Kamu ngambil sendiri saja gimana?"

"Mas Doyi, perut aku pengen diusap"

"Sebentar ya sayang, tugas saya numpuk. Nanti kalau tugas saya sudah selesai saya usap perut kamu ya?"

"Mas Doy, Misa pengen peluk.."

"Sayang.. kamu ngga lihat kalo Mas masih ngerjain tugas kantor Mas? Ini banyak banget lho, sayang. Kalo ngga dikerjain ngga bakal selesai. Kalo ngga selesai, manjain kamunya makin lama. Tolong ngerti ya?" Doyoung menolehkan kepalanya ke arah Misa. Sejak tadi lelaki tampan itu berfokus pada pekerjaannya dan baru menolehkan kepalanya pada Misa setelah beberapa saat.

"Aku cuma pengen Mas manjain.." Misa menunduk, pipi gembilnya memerah. Dia ingin menangis. Kenapa Doyoung sibuk sekali dengan pekerjaannya. Apa Doyoung tidak tau kalau wanita hamil itu butuh perhatian?

"Kan saya udah bilang, saya bakal manjain kamu kalau kerjaan saya sudah selesai. Bagian mana dari kata-kata itu yang kamu tidak mengerti?" Doyoung sedikit menaikan nada bicaranya. Mulai kesal dengan Misa yang dirasanya sangat kekanakan hari ini.

Misa menggigit bibir bawahnya sendiri. Apa tadi barusan? Doyoung baru saja membentaknya kan? Doyoung membentaknya karena pekerjaan sialan itu kan?

"Mas ngga perlu ninggiin nada bicara Mas." Habis ngomong gitu, Misa beranjak dari duduknya. Posisi mereka tadinya berada di ruang kerja Doyoung di rumah mereka dan sekarang si manis memilih pergi dari sana, menuju kamarnya. Dia ingin menangis disana.

Doyoung menghela nafasnya. Lelaki itu membuka kacamata yang ia gunakan, memijat pangkal hidungnya untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya akibat masalah yang muncul secara berturut-turut.

"Misa sangat kekanakan." Lirih Doyoung. Setelahnya memilih menggunakan kacamatanya lagi dan melanjutkan pekerjaannya.

Setelah pekerjaannya selesai, dia akan minta maaf pada Misa. Toh dia yakin sang istri tidak akan marah terlalu lama padanya.

🎭🎭🎭

Doyoung menutup laptopnya, meregangkan tubuhnya yang terasa kelelahan. Kaki panjangnya bergerak, lelaki itu bangun dari duduknya dan memilih keluar dari ruang kerjanya menuju kamar, sudah tiga jam yang lalu pertengkaran itu terjadi. Dia yakin Misanya sudah berhenti marah padanya.

Lelaki itu memasuki kamarnya. Menatap sekeliling dan menemukan si manis sudah terlelap di atas kasur. Tubuhnya ditutupi selimut. Apa si manis kedinginan?

Doyoung naik ke atas kasur, mengusap rambut sepunggung istrinya, setelahnya memberi satu kecupan di kening gadis itu, "udah tidur?"

"...." Misa bergeming, diamnya bisa menjadi jawaban untuk Doyoung, istrinya sudah tidur.

Doyoung menghela nafasnya, memilih memposisikan tubuhnya di tempat biasa ia tidur kemudian mencoba masuk ke alam mimpinya. Besok dia yakin semuanya akan baik-baik saja.

Misa tidak akan marah padanya, dia yakin itu.

🎭🎭🎭

"Mas.." Misa mengusap rambut Doyoung, ingin lelaki itu bangun karena jam telah menunjukan pukul enam pagi. Lelaki itu dengan kelelahan membuka kedua matanya, menatap istrinya yang masih mengusak rambut lebatnya.

"Pagi."

Lelaki itu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, mengecup kening sang istri kemudian memberi kecupan pada perutnya, "pagi sayang."

Misa tersenyum, "mandi, aku mau bikinin kamu sarapan."

Doyoung mengangguk, tidak membantah ucapan istrinya, memilih untuk pergi ke kamar mandi dan meninggalkan istrinya yang masih duduk di atas kasur.

Misa turun dari kasurnya dan berjalan menuju lantai dasar. Sarapannya harus segera siap sebelum Doyoung selesai mandi.

Dia tidak ingin Doyoung berangkat ke kantor tanpa sarapan.

🎭🎭🎭

Sarapan yang pagi ini Misa buat sudah ia tata rapi di atas meja. Si manis melepas apron yang ia gunakan kemudian duduk di atas kursi, menunggu Doyoung datang dan melahap sarapan bersamanya pagi ini.

Misa menatap Doyoung berbinar ketika lelaki itu sudah turun menuju lantai dasar. Hanya saja lelaki itu terlihat sedikit buru-buru.

"Mas, ayo sarapan."

"Maaf Misa, saya ngga bisa. Ada kerjaan penting di kantor."

"Tapi Mas, ini aku udah bikinin sarapan kesukaan Mas lho?"

"Iya sayang, tau. Maaf ya, kamu makan sendiri aja. Kalau ngga habis di buang saja." Doyoung cepat-cepat mengenakan sepatu kerjanya, tidak ingin terlambat karena hari ini ada meeting mendadak.

"Mas.." Misa menatap Doyoung marah. Kemarin pekerjaan, hari ini pekerjaan, apa besok akan ada pekerjaan lain yang mengambil atensi Doyoung dari dirinya lagi?"

Doyoung menoleh, menatap istrinya yang menggeram. Tampak sangat marah pagi ini, "kalo Mas berangkat tanpa sarapan, aku bakal marah banget ke Mas."

"Misa."

"Mas."

"ADA MEETING MENDADAK, BAGAIMANA SAYA TAU KALAU AKAN ADA MEETING MENDADAK PAGI INI? TEN BARU SAJA MENELPON SAYA, SAYA HARUS BURU-BURU. KENAPA MENGERTI SEDIKIT SAJA TIDAK BISA?"

Bentakan Doyoung cukup membuat Misa terdiam. Bahkan pipi gembilnya sudah memerah sekarang. Misa yakin dia akan menangis, sebentar lagi.

"Kamu terlalu kekanakan."

Itu menjadi kalimat terakhir yang keluar dari bibir Doyoung sebelum ia pergi meninggalkan rumah tanpa memberikan ucapan cinta sedikitpun pada Misa.

Rasanya sesuatu baru saja remuk.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

🔔💌yes, kita udah masuk ke konflik ceritanya. Kalau kalian tanya konflik ini berat atau engga.. jawabannya berat. Berat banget. Tapi semoga kalian tetep suka sama buku ini dan memberinya lebih banyak cinta.
Psst, tolong jaga kesehatan kalian. Semoga kalian semua selalu dalam lindungan Tuhan.
recnjwin
3 Maret 2020

Pandora Box [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang