89

2.2K 318 95
                                    

Apa tidak mau komen yang banyak biar double update?( ͡° ͜ʖ ͡°)

Ini tepat sebulan kepergian Doyoung dari kehidupan mereka semua. Tidak banyak berubah, tapi tetap saja kesedihan masih berada di diri mereka masing-masing. Mau bagaimanapun, Doyoung cukup berjasa karena dia adalah sekretaris, bodyguard, sekaligus kepala perusahaan yang menjalankan perusahaan Ayah Misa. Doyoung memiliki peranan yang besar sekali dalam hidup mereka tanpa mereka semua sadari.

Pagi ini tidak jauh berbeda dari pagi-pagi biasanya di kediaman Lianantha. Hari ini seperti biasa Misa bangun lebih awal untuk membangunkan suaminya yang masih terlelap.

Tangan kecil Misa mengusap pipi tirus Mark, tersenyum ketika melihat wajah polos tidak berdosa milik Mark ketika lelaki itu terlelap. Lihat bagaimana wajah itu tampak seperti anak-anak, padahal Mark akan menjadi ayah kurang dari delapan bulan lagi.

Misa merunduk perlahan, ia kecup bibir Mark lama karena merasa gemas dengan lelaki itu. Misa ngga perlu nunggu lama buat bikin Mark bangun setelah ia lakukan itu karena benar saja, mata Mark langsung terbuka beberapa detik setelah ciuman itu berakhir.

Misa terkekeh melihat Mark yang kini menguap kemudian mengusap matanya yang kelelahan. Mark mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, mengambil kacamatanya di nakas dan kini menatap Misa yang juga menatapnya.

Senyum Mark mengembang, "good morning, baby." Suara Mark serak khas orang baru bangun tidur. Lelaki itu masih tampak kelelahan, tentu saja begitu, Mark begadang kemarin malam untuk mengerjakan laporan dan sekarang ia tetap harus bangun pagi seperti ini.

Sebenarnya bisa saja kalau Mark bangun lebih siang dan berangkat siang ke kantor, tapi Mark tidak ingin menjadi atasan yang buruk bagi orang-orang di perusahaan. Mark harus memberikan contoh yang baik. Itu kenapa dia selalu pergi pagi walaupun dia masih kelelahan.

"Good morning, dadda. Gimana laporannya kemarin malam? Udah selesai atau belum? Kemarin bubu jam berapa sayang?" Misa naik kepangkuan Mark, duduk di atas paha lelaki itu dan mengalungkan lengannya di leher Mark, menyamankan dagunya di bahu lebar Mark. Misa selalu suka menghabiskan waktunya dengan menempel dengan Mark. Rasanya perasaan sedih dan beban pikirannya hilang begitu saja.

"Udah selesai, sayang. Kemarin aku tidur jam 11. Kemarin maunya aku minta di masakin mie, soalnya aku laper tapi kamu udah tidur jadi aku gak tega bangunin kamu, yaudah aku langsung peluk aja terus tidur deh hehe." Misa mencebikkan bibirnya, "kamu bisa bangunin aku kapan aja, Markie. Biasanya jam satu malem juga kamu bangunin aku, kan?"

"Yang itu kebutuhannya beda. Kalo makan masih bisa di tahan lapernya kalo itu hehe gak bisa." Misa terkekeh, mengusap perlahan surai hitam Mark yang berantakan, "bangun yuk? Sekarang kamu mandi biar ngga telat ke kantor. Aku mau turun siapin sarapan sama ngasi makan kucing kita."

"Heum, morning kiss?"

Cup. Sekali lagi, satu kecupan mendarat di bibir Mark. Lelaki itu tersenyum, ia bubuhkan kecupan hangat di kening Misa. Menyalurkan perasaan sayangnya pada gadis itu.

"Markie, aku mau kebawah dulu yㅡ" belum aja Misa bangun dari duduknya, si manis sudah di tahan lebih dulu oleh suaminya, Misa menatap Mark dengan tatapan bertanya.

"Kenapa Markie?"

Mark tersenyum, dia usap perlahan pipi gembil Misa, "aku tau kamu nangis tadi malam. Kenapa? Masih kepikiran Mas Doyoung ya?"

Misa menatap Mark dengan tatapan terkejut. Sebelum akhirnya menghela nafas dan mengangguk. Misa tidak mau berbohong pada suaminya, dia masih sedih karena kepergian Doyoung. Mau bagaimanapun, mereka pernah hidup bersama dulu.

Pandora Box [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang