15

2.4K 364 63
                                    

Misa menatap Mark masih dengan posisi duduk di atas ranjang rumah sakit dan lelaki itu berdiri berhadapan dengan si manis, menatap gadisnya tajam dan lembut disaat bersamaan.

"Mark.."

"Dimana Mas Doy?" Suara Mark datar. Tampak marah karena disaat seperti ini bahkan Doyoung tidak ada di samping gadisnya. Mark akan melayangkan sebuah tinjuan di wajah lelaki itu nanti, lihat saja. Tangannya sudah terasa sangat gatal.

"Mark.." Misa menunduk, tidak berani menatap Mark yang terus-terusan menatapnya tajam. Dia tertekan kalau kalian mau tau.

Mark menghela nafasnya, setelahnya mengangkat dagu si manis menggunakan telunjuknya, "aku ngga marah sama kamu, jangan takut ya?"

"Eung."

"Mas Doy dimana, hm?" Tangan Mark mengusap pipi gembil Misa. Oh, rasanya Misa sudah lama sekali tidak mendapatkan perhatian lebih seperti ini. Hal ini yang Misa butuhkan selama ini.

"Mas Doy sibuk kerja.."

"Dan ngga perhatiin kamu?"

"..katanya sibuk kerja." Misa menunduk kembali. Mark lagi-lagi menghela nafasnya, semua ini sangat berat untuknya. Setelahnya lelaki itu memilih untuk melepaskan ikatan hoodie di pinggang gadisnya dan memakaikan hoodie itu pada si manis.

"Jangan pakai baju terbuka seperti ini lagi, aku ngga suka. Kecuali kalau kamu memakainya di depanku."

"Maaf.." Misa bisa rasain tubuh tinggi Mark meluk tubuhnya. Tangan kecil Misa meremat rambut halus lelaki itu. Sudah lama sekali. Pelukan ini. Kehangatannya.

"Mi, kamu bisa cari aku kalo kamu butuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mi, kamu bisa cari aku kalo kamu butuh. Tolong jangan menjauh lagi."

"Mark.." Misa mengusap pipinya yang basah, setelahnya mengangguk dan memeluk kembali tubuh tinggi lelaki itu, "aku bakal cari kamu. Aku bakal.. selalu cari kamu."

🎭🎭🎭

"Dingin ngga? ACnya mau aku matiin atau engga? Kamu laper? Mau makan apa? Kita beli sekarang ya? Atau mau makan nanㅡ" Misa menutup bibir Mark yang terus saja mengoceh menggunakan telapak tangannya.

Gadis itu terkekeh, merasa gemas dengan semua perhatian yang Mark beri. Padahal lelaki itu bukan siapa-siapanya sekarang.

"Kasi aku satu satu pertanyaannya, aku bukan kamu yang bisa jawab semuanya dengan sekali ceplos, Mark."

Mark terkekeh malu, benar. Misa bukan dirinya yang biasa menjawab pertanyaan berentetan seperti itu. Lelaki itu mengusap rambut kesayangannya, "dingin ngga? Mau aku matiin ACnya?"

Misa menggeleng, "aku udah pakai hoodie kamu, makasih ya."

"Kamu udah makan hari ini? Kalau belum ayo kita makan diluar." Ajak Mark yang dibalas gelengan oleh si manis, "aku mau pulang aja, Mark."

"Tapi kamu ngga boleh capek-capek masak. Kata dokter kamu harus banyak istirahat biar kamu sama dedek bayinya ngga kenapa-kenapa." Lagi-lagi Mark mengeluarkan tatapan khawatirnya.

"Iya Mark, pesan online saja ya?"

Mark akhirnya mengangguk, sama sekali tidak membantah gadisnya, "fine, kita pulang ke rumahmu sekarang." Ucapan terakhir Mark sebelum mobil yang lelaki itu kendarai melaju keluar dari parkiran rumah sakit.

🎭🎭🎭

"Sayur?" Misa menatap hidangan berisi sayur dihadapannya dan setelahnya menatap Mark yang kini balik menatapnya.

"Iya, sayur. Ibu hamil harus banyak makan makanan sehat, sayur salah satunya." Mark udah nempatin beberapa sendok sayuran diatas piring Misa. Si manis menggeleng, dia tidak mau makan sayur.

"Kamu harus makan sayur, Misa. Jangan membantah."

"Eu.. tapi.. aku nda suka sayur, Markli." Misa menunduk dengan mata memelas, ayolah, tidak untuk sayuran. Dia sangat tidak ingin makan sayur sekarang.

"Misa."

"Markli.."

"Mau aku suapin? Sayurnya dimakan ya?" Mark udah ngarahin satu sendok berisi sayur ke depan mulut Misa, ingin sang gadis segera melahapnya. Mark tau Misa belum makan sejak pagi.

"Pahit, Markli.."

"Sayur tidak pahit, sayur enak. Lihat aku." Mark melahap satu suapan besar berisi sayuran itu. Setelahnya mengunyah, berekspresi seolah itu adalah makanan paling enak yang ia makan.

"Sekarang kamu, ayo makan." Mark udah ngarahin satu sendok berisi sayuran lagi ke hadapan mulut Misa. Akhirnya si manis menyerah, melahap sayuran itu dengan cepat dan segera mengunyahnya.

"Enak kan?"

Misa menggeleng cepat, "pahit!"

Lelaki tampan itu terkekeh, mengecup pelan sisi kepala Misa cukup membuat gadis itu membeku, "ibu hamil memang sangat menggemaskan ya."

🎭🎭🎭

"Aku udah kenyang." Misa mengusap perutnya setelah merasa kepenuhan dengan makanan yang Mark pesankan untuknya. Ada banyak sekali sampai Misa bingung harus makan dan menghabiskan yang mana.

"Ibu hamil harus makan banyak, biar tetep sehat. Sekarang minum susu dulu ya?"

Misa menggeleng, menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, menatap Mark dengan tatapan memelas, "no."

"Why? This is delicious, babe." Mark deketin Misa, berlutut dihadapan si manis yang masih duduk di kursi makannya.

"No, kalo minum itu nanti aku mual.."

"Tapi kamu harus minum, ayo diminum dulu." Mark memberikan gelas berisi susu itu pada Misa. Misa lagi-lagi menatap Mark dengan tatapan memelas yang sama sekali tidak menggoyahkan Mark. Misa harus minum susu hamilnya. Harus.

"Hing," Misa meneguk susu itu mencoba secepat mungkin agar ia tidak merasakan rasa mual itu. Mark mengusap perlahan perut Misa, memberi satu kecupan disana. Ingin membuat Misa merasa lebih baik setelah ia memberikan kecupan disana.

Misa menyerahkan gelas itu pada Mark dan kini lelaki itu masih tersenyum manis menatap Misa dari posisinya.

"Markli pulang, udah sore. Ngga enak dilihat tetangga nanti."

"Kamu mengusirku?"

"Nda!"

Lagi-lagi Misa mendapat kekehan dari reaksinya yang terlihat sangat menggemaskan di mata Mark.

"Iya Misa, aku pulang. Tapi kamu harus inget, kalo kamu butuh sesuatu..?"

"Aku harus cari kamu, aku inget."

"Good girl." Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Mark menggesekkan hidung keduanya. Persis seperti apa yang sering Mark lakukan pada dirinya dulu.

"Aku pulang dulu, kamu istirahat."

"Ayay, Markli. Dadah." Misa melambaikan tangannya pada Mark yang kini telah memasuki mobilnya. Misa tersenyum dari tempatnya sekarang. Melihat mobil lelaki itu melaju, Misa memilih untuk masuk ke rumahnya dan beristirahat.

Tanpa Misa ketahui, Mark tersenyum.

Rasanya sesuatu yang hilang dalam dirinya telah kembali.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

🔔💌apa ngga ada yang kangen sama Markmisa?😫😫😫
Sejauh ini, cerita ini gimana menurut kalian? Hshs. Kayaknya rada ngebosenin ya? Maaf, aku juga nga tau kenapa alurnya jadi gini. Tapi aku harap kalian tetep suka sama buku ini. Tolong tunggu sampai buku ini benar benar berakhir, oke?
recnjwin
11 Maret 2020.

Pandora Box [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang