59

2.1K 352 183
                                    

Ten menatap bingung pintu ruangan kantor Doyoung yang tidak terbuka sejak tadi. Ini sudah jam makan siang dan lelaki itu belum keluar dari ruangannya.

Perasaan bingung Ten membawa dirinya untuk memasuki ruangan itu. Dan Ten merasa bersyukur, kebingungannya itu ternyata bukan omong kosong. Doyoung kini tengah menidurkan kepalanya di atas meja kantornya, sepertinya tertidur.

Ten mendekat, menepuk bahu lelaki itu, "Doy."

Doyoung yang merasa bahunya ditepuk bangun. Mengangkat tubuhnya yang tadi setengah berbaring di atas meja. Lelaki itu mengusap mata sayunya, menatap Ten yang kini balik menatapnya.

"Lo kenapa tidur?"

Doyoung menggeleng, "saya kecapean. Saya rasa saya kurang tidur. Badan saya lemas sekali."

Ten reflek naruh tangannya dia di dahinya Doyoung dan sadar kalau lelaki itu tidak baik-baik saja. Doyoung demam, badannya panas sekali.

"Lo sakit, mending lo pulang sekarang."

Doyoung menghela nafasnya, "saya pulang-pun tidak ada yang bakal urus saya di rumah." Lelaki itu mengusak wajahnya kasar, "sudah tidak apa, saya baik-baik aja kok."

"Gue ngga mau ngomong kasar ya sekarang, kasian lo lagi sakit soalnya." Ten nepuk bahunya Doyoung.

"Udahlah, lo jangan keras kepala. Lo jangan lupa ya, terakhir kali lo keras kepala, lo kehilangan segalanya. Sekarang mending lo pulang, istirahatin badan lo. Kantor biar gue yang urus, tenang gaakan gue curi."

Doyoung tersenyum tipis. Ten benar, terakhir kali dia keras kepala, dia kehilangan Misanya. Mungkin sekarang dia harus belajar untuk tidak keras kepala lagi.

Doyoung bangun dari duduknya, melonggarkan dasi yang ia pakai. Menepuk bahu Ten dan berjalan sempoyongan keluar dari ruangannya.

Ten menghela nafasnya. Lelaki itu mengambil ponsel yang ia taruh di kantong celananya, mencari kontak seseorang yang ia yakin sangat Doyoung, sahabatnya butuhkan sekarang.

'Halo?'

"Misa, Doyoung sakit."

🎭🎭🎭

Doyoung menatap kosong rumah besar yang ia tempati sekarang. Dulu saat ia sakit seperti ini, Misa ada di sampingnya untuk mengurus dirinya yang sakit. Tapi sekarang, karena kesalahan bodoh yang ia lakukan, Misanya pergi.

Lelaki itu merebahkan tubuh tingginya di atas sofa. Kaki panjangnya melewati batas sofa, tapi Doyoung sama sekali tidak masalah dengan itu.

Sofa ini selalu mengingatkannya tentang betapa manisnya kehidupan ia dan Misa sebelum dirinya main gila di belakang istrinya.

Doyoung dan Misa suka menghabiskan waktu unruk cuddling di sana. Sofa ini tempat dimana hal-hal antara ia dan Misa terjadi.

Juga..

Tempat dimana dirinya menghancurkan hati sang istri.

Doyoung bodoh, lagi-lagi Doyoung merutuki dirinya.

Doyoung baru saja beranjak dari tidurnya di atas sofa, memilih melepaskan dasi yang ia pakai kemudian berjalan menuju tangga, ingin tidur di kamarnya.

Langkah kakinya terhenti setelah mendengar suara bel dari pintu rumahnya. Seseorang baru saja datang. Siapa orang yang mau bertamu ke rumahnya siang-siang begini?

Doyoung mengurungkan niatnya untuk naik ke atas. Turun kembali ke lantai bawah dan membuka pintu rumahnya, melihat tamu yang datang.

Doyoung tidak tau, orang yang datang  ke rumahnya siang ini adalah orang yang sangat ia harapkan kehadirannya sekarang. Disini, disampingnya.

Pandora Box [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang