"Mark." Panggil Misa pada Mark yang kini menatapnya dari depan pintu. Mark mengangguk, menanggapi panggilan Misa.
Misa bangun dari duduknya, meninggalkan Doyoung yang tertidur di sofa ruang keluarga. Kaki si manis melangkah mendekati Mark dan mengusap pipi tirus lelaki itu, "aku.. aku boleh urusin Mas Doy dulu ngga?"
"...kenapa minta ijin aku?" Mark menaikan sebelah alis camarnya, bertanya perihal ucapan si manis tadi.
Misa bergeming, tangan si manis telah berhenti mengusap pipinya. Kini tangan si manis memilih untuk bermain di jas yang ia pakai. Gadis itu menunduk, takut menatap Mark yang kini dirinya yakin menatapnya balik.
Mark terkekeh, mengangkat perlahan dagu si manis, menggesekkan hidung keduanya. Ten yang ada di samping mereka bingung. Sebenarnya apa Misa dan Mark memiliki sebuah hubungan?
"Aku ijinin, oke? Nanti kalau sudah selesai, telfon aku. Aku yang bakal jemput kamu." Misa mengangguk, memeluk erat tubuh Mark, "makasih Markie!"
"Sama-sama, babe." Mark mengecup kening Misa, setelahnya pergi bersamaan dengan Ten yang masih menatap bingung keduanya.
Ten dan Mark berjalan menuju pintu gerbang, hendak pergi dari kediaman Doyoung. Langkah kaki Mark tertahan ketika tangan lelaki itu di genggam. Mark berbalik, kini menatap Ten yang juga menatapnya.
"Ada apa?"
"Gue boleh tanya sesuatu sama lo?"
"Silahkan."
"Lo sama Misa ada hubungan apa? Lo tau kan kalo Misa itu istrinya Doyoung?" Ten mengerutkan dahinya, tanda dirinya pusing dengan masalah yang terjadi di sekitarnya.
"Gue tau. Dan gue sama Misa ngga punya hubungan apa-apa."
"Terus kenapa lo bersikap seolah lo adalah suami Misa?"
"Kenapa? Suami sahnya aja ngga bertanggung jawab sama dia. Gue udah cinta Misa jauh lebih dulu di banding Doyoung, jadi kalo gue mau bertanggung jawab atas dia dan bayinya, itu hak gue."
"Bro, gue ngga mau ngajak lo berantem kok. Santai napa. Tegang banget." Ten nepuk bahunya Mark, setelahnya tersemyum, "yaudah sih terserah lo. Jadi orang yang tulus ya, Mark. Jangan sampai lo nyakitin Misa kayak Doyoung nyakitin dia."
"Hum, pasti."
Dan setelah itu, keduanya memasuki mobil masing-masing dan meninggalkan kediaman Anantha.
🎭🎭🎭
Misa menatap Doyoung yang masih terbaring di atas sofa. Perlahan tapi pasti, tubuh kecilnya memapah tubuh tinggi Doyoung, membawanya ke lantai atas. Tepatnya menuju kamar mereka dulu.
Setelah perjuangan panjangnya, Misa berhasil merebahkan tubuh Doyoung di atas kasur. Misa menghela nafasnya, menatap Doyoung yang terlihat berantakan. Misa tidak pernah melihat Doyoung seberantakan ini sebelumnya.
Tubuh kecilnya turun dari kasur, melepas perlahan sepatu dan kaus kaki yang menempel di kaki lelaki itu. Melepaskan jasnya, dasinya. Misa menatap kembali Doyoung.
Beberapa kali lelaki itu memanggil namanya. Ada apa? Doyoung kenapa? Ada masalah apa sampai dia melarikan diri ke minuman beralkohol itu?
Misa melepaskan kemeja dan celana lelaki itu. Setelahnya membawa seluruh pakaian beserta kaus kakinya ke ruang cuci. Misa kembali membawa sebaskom air hangat, berniat untuk membersihkan sedikit tubuh Doyoung yang berkeringat.
Misa baru aja mau bersihin tubuh Doyoung lelaki itu malah memuntahkan isi perutnya ke lantai. Misa menghela nafasnya, pekerjaan tambahan.
Perlahan tapi pasti, Doyoung telah bersih dari keringat dan muntahannya. Misa berhasil menggantikan baju lelaki itu menggunakan piyama tidurnya.
Misa bangun, membuang air kotor di baskom itu kemudian kembali untuk membersihkan muntahan suaminya. Misa beruntung karena untuk Doyoung, Misa sama sekali tidak pernah merasa jijik.
Doyoung dan kamar sudah Misa bersihkan. Gadis itu mendudukan tubuhnya di atas kasur, tepatnya di sisi kepala Doyoung. Menyandarkan tubuhnya di headboard kasurnya.
Mengusap perlahan rambut basah Doyoung. Misa tidak menangis. Dia sudah terlalu banyak menangis, jadi air matanya rasanya sudah kering.
"Mas kamu kenapa?"
Doyoung membuka sedikit matanya, belum sepenuhnya sadar. Lelaki itu memilih untuk memeluk pinggang istrinya, menyamankan kepalanya di paha si manis.
"Jangan pergi.. jangan tinggalin saya.." lirih Doyoung dengan mata setengah tertutup.
Misa menahan nafasnya.
🎭🎭🎭
Doyoung membuka kedua matanya. Menyentuh kepalanya yang terasa sangat pusing. Doyoung menatap sekeliling, kemarin dirinya ada di club malam, kenapa sekarang dia ada di rumah.
Doyoung sekuat tenaga berusaha memunculkan ingatan kemarin malam. Yang ia ingat, dia di bawa pulang dan seseorang menggantikan bajunya. Dia tidur dengan sangat nyaman.
Doyoung menutup kedua matanya erat, berusaha mengingat siapa yang menggantikannya baju semalam dan wajah istrinya muncul diingatan.
Benar, Misa yang kemarin menemaninya ketika mabuk, kan?
Doyoung turun dari kasur, hendak melihat ke lantai bawah sampai sebuah surat menyita atensinya. Sebuah surat yang di taruh di atas nakas.
Lelaki itu mengambil surat itu, hanya sebuah surat pendek dan Doyoung membacanya. Dari Misa, istrinya.
Mas, kalo kamu udah bangun aku harap kamu baca surat dari aku. Sebelum itu, jangan lupa membersihkan diri, sarapan yang sehat dan minum air putih yang banyak.
Mas, aku ngga tau kamu ada masalah apa di kantor, atau kamu ada masalah dengan kekasihmu itu, aku ngga tau apa-apa tentang kamu dan masalahmu. Aku tau aku ngga punya hak buat larang kamu sekarang tapi jangan jadikan minuman beralkohol sebagai pelarian. Yang aku tau, kamu bukan orang yang mudah menyerah, Mas.
Apapun yang terjadi, berusahalah. Aku selalu doain kamu dari sini. Anak kita juga.
ㅡMisa Learnadi.
Doyoung meremat surat itu. Perlahan air matanya jatuh. Lagi-lagi Doyoung menjadi lelaki cengeng pagi ini. Yang dia khianati selama ini adalah orang yang mau mencintainya dengan sangat tulus.
Doyoung bodoh, dirinya adalah lelaki yang sangat bodoh.
Hari itu Doyoung berjanji, Doyoung akan memperbaiki rumah tangga mereka dan membawa Misa kembali.
Dia berjanji.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
🔔💌hayoloh? Kira-kira Mas Doyi berhasil ga nih rebut hati Misa lagi?
recnjwin
21 Maret 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora Box [✔]
Short Story╔════════╗ sᴇǫᴜᴇʟ, ᴅᴇᴀʀ ᴅʀᴇᴀᴍ ╚════════╝ ꜱᴜᴍʙᴇʀ ᴍᴀꜱᴀʟᴀʜ ɪᴛᴜ ʙᴇʀᴀꜱᴀʟ ᴅᴀʀɪ ᴋᴀᴍᴜ. Start : 21 Februari 2020. End : 14 Juni 2020. ʀᴇᴄɴᴊᴡɪɴ©